Survei Loyalitas: 38 Persen Konsumen RI Suka Coba Merek Baru

13 Agustus 2019 10:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jakarta Great Sale 2017 Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Jakarta Great Sale 2017 Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Tingkat ketidaksetiaan (Disloyalty) sedang meningkat di kalangan konsumen dunia. Hanya 8 persen orang yang menganggap dirinya sebagai loyalis pada merek favorit mereka.
ADVERTISEMENT
Studi Global Consumer Loyalty Nielsen menunjukkan bahwa kini konsumen secara aktif mencari merek-merek baru karena pertaruhan membeli produk-produk baru ini didukung oleh faktor pendukung seperti meningkatnya tingkat pendapatan di negara berkembang.
Di Indonesia, lebih dari sepertiga atau sebesar 38 persen konsumen menyatakan bahwa mereka suka mencoba hal-hal baru, dan setengah atau 50 persen dari konsumen lebih memilih untuk tetap dengan apa yang sudah mereka kenal. Meski demikian, mereka dapat pindah merek untuk coba-coba.
Dikutip dari siaran pers Nielsen, Selasa (13/8), sebanyak 37 persen konsumen Indonesia sudah memiliki merek favorit setiap kali mereka berbelanja. Perilaku ini masih sama dengan cara mereka berbelanja 5 tahun yang lalu. Bahkan 59 persen konsumen Indonesia menyatakan lebih banyak membeli produk yang diproduksi di dalam negeri, meskipun tetap terbuka untuk mencoba produk dari negara lain.
ADVERTISEMENT
Lanjut survei Nielsen, sebesar 45 persen konsumen Indonesia memilih faktor peningkatan/kualitas unggul sebagai faktor utama yang mempengaruhi pilihan merek mereka, diikuti oleh fungsi/kemudahan penggunaan (41 persen), value for money (38 persen), ulasan dari pengguna/produk (33 persen), serta produk dari merek terkenal dan terpercaya (31 persen).
Persaingan ketat terjadi di berbagai kategori di pasar karena konsumen Indonesia mempertimbangkan pentingnya nama merek, namun juga masih berganti-ganti merek. Loyalitas di produk Cokelat & Biskuit (53 persen), Jus Buah dan Roti/Makanan yang Baru Dipanggang (masing-masing 47 persen) ada dalam daftar teratas untuk kategori di mana pergantian merek lebih umum terjadi. Kategori berikutnya adalah Pembersih Rumah Tangga (43 persen) dan Shampoo & Kondisioner (33 persen).
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, kesediaan konsumen untuk mencoba merek baru terus meningkat, yakni sebanyak 46 persen konsumen global mengatakan bahwa mereka lebih cenderung mencoba merek baru yang belum pernah dicoba sebelumnya. Di sisi lain, 51 persen konsumen Indonesia mengatakan bahwa mereka lebih suka bertahan dengan apa yang sudah mereka coba di masa lalu. Dibutuhkan lebih banyak upaya untuk meyakinkan konsumen ini untuk berubah, tetapi mereka masih mengirimkan sinyal adanya kemungkinan ketidaksetiaan.
Area makan di GoFood Festival Foto: Luthfa Nurridha/kumparan
Apa Berikutnya untuk Indonesia?
Keinginan konsumen untuk mencoba hal-hal baru (baik produk maupun merek) sebenarnya sudah ada sejak dulu. Yang membedakan saat ini hanyalah karakter media komunikasi pemasaran yang sulit dikontrol oleh para pemilik merek.
“Dulu para pemasar lebih memiliki kekuasaan untuk mengontrol apapun yang ingin mereka komunikasikan kepada konsumen. Di zaman sosial media seperti saat ini, kita tidak pernah sadar berapa banyak haters merek kita yang ada di luar sana. Begitupun kita juga tidak pernah tahu berapa banyak unofficial endorser yang mendukung merek kita di luar sana,” kata Executive Director Consumer Insight Nielsen Indonesia, Yudi Suryanata.
ADVERTISEMENT
Pemasar harus menyadari bahwa konsumen yang tidak loyal bukan berarti tidak menyukai merek mereka, hanya saja ketidaksetiaan itu terjadi karena merek lain menawarkan proporsi yang lebih menarik. Lebih jauh, Yudi memaparkan hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pemasar.
Menurutnya, value for money tidak sama dengan harga diskon. Merek harus mampu membangun emotional branding, tidak hanya sekadar program promosi. Merek harus terus menerus berevolusi untuk tetap 'cantik' di mata konsumen dan tidak terjebak pada kesuksesan masa lampau.
"Serta hindari mengandalkan gimmick dan program promosi untuk membangun loyalitas konsumen, karena yang diperlukan sebuah merek untuk tetap bertahan adalah brand loyalist, bukan promo loyalist,” sebutnya.
Tentang Survei Nielsen
Survei Global Nielsen menjangkau lebih dari 30.000 pengguna internet di seluruh dunia, mewakili populasi online global hampir 2 miliar konsumen. Survei saat ini mencakup 64 negara. Survei ini adalah kuesioner internet yang membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk diisi. Sampel ini bersumber dari penyedia eksternal dan termasuk pengguna internet yang setuju untuk berpartisipasi. Survei memiliki kuota berdasarkan usia dan jenis kelamin untuk setiap negara. Kuota ini ditinjau di tingkat negara oleh Ilmu Data. Tanggapan didasarkan pada perilaku responden dengan akses online saja. Tingkat penetrasi internet berbeda-beda di setiap negara. Nielsen menggunakan standar pelaporan minimum dari penetrasi Internet 60 persen atau 10 juta populasi online untuk inklusi survei. Pada tingkat negara di mana sampel adalah 500, margin kesalahan adalah ± 4,4 persen, yang berarti pergerakan harus lebih besar dari ini agar diperhatikan.
ADVERTISEMENT