Survei Reuters: Harga Minyak Diproyeksi Stabil Sampai 2019

1 Agustus 2018 10:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ladang minyak (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ladang minyak (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Harga minyak dunia diproyeksi akan cukup stabil sepanjang tahun ini, hingga 2019 mendatang. Hal ini didukung oleh peningkatan produksi dari OPEC dan Amerika Serikat, untuk memenuhi kenaikan permintaan dunia.
ADVERTISEMENT
Jajak pendapat yang dilakukan Reuters mengungkapkan, produksi minyak global bisa mengimbangin hilangnya pasokan minyak Iran di pasar dunia. Sehingga pesatnya permintaan yang dipimpin Asia, akan tetap dapat dipenuhi.
Jajak pendapat yang dilakukan terhadap 44 ekonom dan analis, memperkirakan harga minyak mentah Brent mencapai rata-rata 72,87 dolar AS per barel pada 2018. Angka itu 29 sen lebih tinggi dari 72,58 dolar AS yang diproyeksikan dalam jajak pendapat bulan sebelumnya, serta di atas harga rata-rata 71,68 dolar AS sepanjang tahun ini.
Minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI), mencapai rata-rata 67,32 dolar AS per barel pada 2018. Angka itu sedikit naik dibandingkan dengan perkiraan 66,79 dolar AS bulan lalu, serta jika dibandingkan rata-rata 66,16 dolar AS sepanjang tahun ini.
ADVERTISEMENT
Ini adalah bulan ke-10 berturut-turut di mana para analis telah menaikkan perkiraan harga minyak mereka.
"Kami memperkirakan harga sebagian besar akan tetap berada di kisaran ketat pada paruh kedua 2018 dan 2019. Di satu sisi, produksi minyak shale dari AS yang kuat dan kekhawatiran pasar atas perang perdagangan AS-Tiongkok akan membantu menjaga harga," kata analis dari Economist Intelligence Unit, Cailin Birch.
Pada sisi lain, kata Birch, situasi geopolitik akan tetap menjaga harga untuk tidak terlalu rendah di bawa level rata-rata saat ini.
Gedung OPEC. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Gedung OPEC. (Foto: Wikimedia Commons)
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan negara-negara non-OPEC, sepakat untuk meningkatkan pasokan dalam sebuah pertemuan di Swiss, bulan lalu. Komitmen ini penting untuk memenuhi permintaan global yang meningkat. Tapi kelompok itu tidak menentukan target yang jelas, peningkatan produksi di angka berapa yang mereka sepakati.
ADVERTISEMENT
Sementara itu sanksi ekonomi AS ke Iran, telah memutus rantai pasokan minyak Iran ke pasar dunia. Penurunannya sekitar 500.000-1 juta barel per hari (bph). Menyikapi ini ekonom menilai, ketegangan perdagangan global yang sedang berlangsung dapat mengurangi permintaan.
"Perang dagang akan memperlambat pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak. Sehingga di titik ini ada keseimbangan,” kata Jette Jorgensen dari Global Risk Management Ltd. Walaupun, pelemahan ekonomi akibat perang dagang, dapat berdampak pada anjloknya ekuitas lain.