Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pernyataan Luhut langsung direspons positif Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.
"Alhamdulilah," singkat kata Susi kepada kumparan, Selasa (23/7).
Sebelumnya, Luhut menjelaskan bahwa impor garam saat masa panen justru bikin harga garam lokal anjlok. Awal bulan ini, harga garam produksi rakyat kualitas unggul (KW I) ada di level Rp 600 per kilogram (kg). Sementara, untuk garam jenis KW II ada di level Rp 500 per kg dan KW III sebesar Rp 400 per kg. Padahal tahun lalu, harga garam sempat berada di atas Rp 1.000 per kg.
"Tadi saya saran ke Presiden soal harga garam supaya itu jangan lagi impor-impor kita. Karena saya pikir itu membuat harga garam jadi turun. Apalagi impor pada waktu panen. Jadi sekarang ini saya sarankan Presiden eloknya enggak usah ada impor-impor lagi lah. Itu bikin kacau," kata Luhut saat ditemui usai Rapat Koordinasi Nasional BMKG di Kompleks Istana, Jakarta, Selasa (23/7).
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan, sudah ada lahan garam baru sebesar 5.270 hektare (ha) di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dari situ diperkirakan akan ada tambahan produksi garam sebesar 800 ribu ton mulai 2021.
"Jadi sebenarnya kita enggak usah lagi impor-impor. Sekarang dalam perjalanan, itu sudah bertahap kan," tegas Luhut.
Impor garam, Luhut melanjutkan, juga membuat neraca perdagangan Indonesia makin terpuruk.
"Ya kalau sudah ada (garam lokal) ngapain kita impor. Sekarang yang bikin kita current account deficit kita itu kan terlalu banyak impor," tuturnya.
Soal kualitas garam lokal, Luhut yakin tak kalah dari garam impor. Katanya, garam lokal dari Kupang punya kandungan NaCl hingga 98 persen, bisa untuk memenuhi kebutuhan garam industri.
ADVERTISEMENT
"(NaCl) 98 persen. Bisa (terpenuhi) dari sana," tutupnya.