Swasta Diminta Ikut Bangun Proyek Rel Kereta Layang Jakarta

28 Juni 2018 8:03 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepadatan penumpang kereta di Stasiun Manggarai. (Foto: Kumparan/ Jamal Ramadhan)
zoom-in-whitePerbesar
Kepadatan penumpang kereta di Stasiun Manggarai. (Foto: Kumparan/ Jamal Ramadhan)
ADVERTISEMENT
Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan mencatat, pembangunan proyek rel kereta layang atau loop line di DKI Jakarta baru diminati oleh konsorsium yang beranggotakan 3 badan usaha.
ADVERTISEMENT
Adapun 3 badan usaha tersebut yakni PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), dan PT Jaya Konstruksi. Ketiga badan usaha itu saat ini berperan sebagai pemrakarsa pendanaan proyek tersebut.
“Mereka sebagai pemrakarsa untuk pendanaan proyek ini. Kita masih membuka kesempatan untuk swasta ikut berpartisipasi,” kata Kepala BPTJ, Bambang Prihartono kepada kumparan, Kamis (28/6).
Dia menyebut, proyek itu diprediksi akan memakan biaya hingga Rp 15 triliun. Proyek pembangunan kereta layang ditargetkan dapat dibiayai menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU), bukan dengan APBN.
Kepadatan penumpang kereta di Stasiun Manggarai. (Foto: Kumparan/ Jamal Ramadhan)
zoom-in-whitePerbesar
Kepadatan penumpang kereta di Stasiun Manggarai. (Foto: Kumparan/ Jamal Ramadhan)
“Proyek ini KPBU, kalau APBN ini kan duitnya terbatas sehingga kita lihat perlu pendanaan investor. Baru 3 badan usaha ini yang berminat,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Bambang pun memaparkan, proyek loop line berupaya untuk mengangkat seluruh rel kereta yang berada di atas tanah di DKI Jakarta menjadi layang, misalnya seperti rel kereta di Stasiun Cikini, Stasiun Gondangdia, dan Stasiun Gambir.
Hal tersebut perlu dilakukan untuk meningkatkan frekuensi pemberangkatan kereta agar jumlah penumpang kereta meningkat. Selama ini, frekuensi pemberangkatan kereta terhambat karena rel kereta terganggung perlintasan sebidang.
“Misalnya seperti kebakaran di Tanah Tinggi (Jakarta Pusat) kemarin, itu mengganggu operasional KRL. Sekarang ini penumpang baru 1,1 juta per hari, ini mau ditingkatkan jadi 2 juta per hari. Maka diperlukan loop line,” tegas Bambang.