Tambah 60 Gerai, Starbucks Indonesia Siapkan Modal Rp 250 Miliar

9 Mei 2018 19:40 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana di Starbucks (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Starbucks (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Anak usaha PT Mitra Adiperkasa Tbk ( MAPI), PT MAP Boga Adiperkasa Tbk (MAPB) tahun ini menganggarkan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 250 miliar. Rencananya dana tersebut akan digunakan untuk menambah gerai di tahun ini.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama MAPB Anthony Cottan menyebutkan, tahun ini perusahaan berencana untuk menambah sekitar 60 unit gerai. Namun sayang, Anthony tak merinci gerai mana saja yang akan ditambah tahun ini.
"Jadi capex tahun ini Rp 250 miliar, untuk tambah toko baru di mal dan pusat transportasi. Kita akan fokus di kota berkembang Medan, Surabaya, dan Semarang," kata Anthony dalam konferensi pers di Hotel Ayana Mid Plaza, Sudirman, Jakarta Selatan, Rabu (9/5).
Anthony menyebutkan, saat ini perusahaan memiliki 393 gerai yang tersebar di 23 kota. Adapun total gerai yang dimiliki perusahaan masih didominasi oleh gerai Starbucks yang mencapai 330 gerai. MAPB saat ini memiliki lima merek dagang yaitu Starbucks Indonesia, Pizza Express, Krispy Kreme, Cold Stone Creamery dan Godiva.
Suasana di Starbucks (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Starbucks (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
Selain itu, Anthony juga mengaku, tahun ini perusahaan juga tengah fokus dalam meningkatkan kinerja perusahaan, sebab tahun lalu perusahaan belum mencatatkan kinerja positif. Tahun ini perusahaan menargetkan bisa meningkatkan penjualan hingga 25%.
ADVERTISEMENT
"Tahun ini target 25% sales growth. Sekarang udah 22%. Tahun lalu emang anomali karena normalisasi itu," ujarnya.
Di sepanjang 2017, perusahaan membukukan laba bersih Rp 94,4 miliar atau turun 18,5% dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 116 miliar. Penurunan laba bersih perusahaan disebabkan karena adanya amortisasi diskonto obligasi atau premi obligasi tanpa bunga sebesar Rp 25,3 miliar di 2017.