Tanahnya Bukan Gurun, Palestina Hidup dari Pertanian di Lahan Subur

30 September 2018 18:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Palestina memiliki lahan subur sehingga pertanian menjadi salah satu penopang ekonomi masyarakat. Antara lain dengan bertanam capai yang hasil panennya melimpah. (Foto: Dok. Suara Palestina)
zoom-in-whitePerbesar
Palestina memiliki lahan subur sehingga pertanian menjadi salah satu penopang ekonomi masyarakat. Antara lain dengan bertanam capai yang hasil panennya melimpah. (Foto: Dok. Suara Palestina)
ADVERTISEMENT
Jangan bayangkan tanah Palestina kering dan tandus seperti gurun di jazirah Arab. Baik di Tepi Barat maupun Jalur Gaza, memiliki lahan yang subur sehingga cocok sebagai areal pertanian.
ADVERTISEMENT
Di Khan Younis misalnya, wilayah yang berada di tengah jalur Gaza di antara pesisir laut tengah dengan tembok perbatasan Israel, terhampar berhektare-hektare ladang jeruk. Demikian juga di wilayah Jabaliya, yang pernah porak-poranda akibat agresi militer Israel pada 2012 silam, banyak terdapat kebun zaitun yang merupakan produk utama pertanian Palestina.
Aneka buah-buahan serta hasil panen lain dari ladang petani Gaza, bisa didapati di pasar Jabaliya. Ini menjadi tempat para petani menjual langsung hasil usaha mereka, selain menjual ke agen-agen dari Israel, untuk kemudian diekspor atau diolah.
Di pasar Jabaliya, tak juga menjual aneka kebutuhan harian masyarakat. Seperti kain dan pakaian, bahan pangan, dan tentu termasuk buah-buahan dan sayuran produk pertanian warga. Sebagian besar transaksi menggunakan shekel, mata uang Israel. Sebagai negara terjajah, Palestina belum punya mata uang sendiri.
ADVERTISEMENT
Beberapa mata uang lain yang diterima di sini adalah dinar Yordania atau pound Mesir.
Lebatnya buah anggur di kebun milik petani Palestina di Syekh Ajin, Gaza.  (Foto:  Abdillah Onim/Suara Palestina)
zoom-in-whitePerbesar
Lebatnya buah anggur di kebun milik petani Palestina di Syekh Ajin, Gaza. (Foto: Abdillah Onim/Suara Palestina)
Ali Al Bitur biasa menjual jeruk hasil panen dari kebunnya yang tak seberapa luas, ke pasar Jabaliya. Jeruk merupakan salah satu produk buah-buahan utama hasil pertanian Palestina, selain anggur dan kurma.
Sementara petani lainnya asal Gaza, Mansour Mahmoud Shamallakh, lebih memilih menjual anggur hasil panennya ke agen. Ini karena hasil panen dari kebunnya terbilang melimpah, tentunya jika sedang tak ada gangguan hama atau serangan Israel.
Lelaki 49 tahun ini memiliki lahan seluas 18 dunum atau setara 18.000 meter persegi. Dari setiap dunum (1.000 meter persegi), Mansour bisa meraih hasil panen 2 ton anggur biji atau 3 ton anggur non biji.
ADVERTISEMENT
“Saya tak mungkin mengolah sendiri anggur hasil panen sebanyak itu. Israel hanya memasok listrik 6 jam dalam sehari, bahkan kadang cuma 4 jam. Susah mengembangan usaha pengolahan,” katanya kepada Suara Palestina yang meliput untuk kumparan.
Panen Zaitun di Palestina (Foto:  AFP/Jaafar Ashtiyeh)
zoom-in-whitePerbesar
Panen Zaitun di Palestina (Foto: AFP/Jaafar Ashtiyeh)
Bertani merupakan pekerjaan utama warga Palestina. Mengacu survei terakhir Badan Pusat Statistik Palestina (PCBS) pada 2010, sektor pertanian menyerap 292.000 tenaga kerja terdiri dari 52 persen pekerja penuh waktu dan sisanya paruh waktu.
Luas areal pertaniannya sendiri, mencapai 121 ribu hektare (91,6 persen atau 1.694.554 di Tepi Barat, dan 8,4 persen di Jalur Gaza). Dari total areal pertanian tersebut, 68,2 persen digunakan bertani, 10 persen beternak, dan 21,8 persen kombinasi kedua usaha itu.
ADVERTISEMENT
Telah dicatat bahwa jumlah kepemilikan pertanian terus meningkat karena sistem warisan yang membagi lahan pertanian antara ahli waris.
Produk pertanian yang banyak diusahakan adalah buah zaitun, kurma, anggur, jeruk, dan kacang almon. Rata-rata produksi pertanian dari setiap luasan lahan, cukup melimpah. Kendalanya ada di pemasaran, yang sangat tergantung pada Israel.
Panen Zaitun di Palestina (Foto: AFP/Mohammed Abed)
zoom-in-whitePerbesar
Panen Zaitun di Palestina (Foto: AFP/Mohammed Abed)
Sebagai wilayah pendudukan, ekspor Palestina lebih banyak dilakukan melalui Israel atau negara lain terdekat seperti Jordania, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi. Keadaan ini membuat produk pertanian Palestina sulit bersaing.
Menjadi petani, apalagi dengan lahan olahan yang sempit, makin tidak menguntungkan. Hal itu dirasakan benar oleh Ali Al Bitur. Dia mengungkapkan, banyak petani seusianya yang kemudian beralih pekerjaan ke sektor jasa.
ADVERTISEMENT