Teknologi QR Code, Membiasakan Masyarakat Belanja Tanpa Uang Tunai

11 September 2018 16:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Papan belanja virtual JD.ID di Stasiun Tebet. (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Papan belanja virtual JD.ID di Stasiun Tebet. (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perkembangan teknologi yang cepat, menghadirkan banyak pilihan bagi masyarakat untuk berbelanja. Tren berbelanja bisa dilakukan di mana saja, hanya dengan membuka aplikasi smartphone sudah menjalar ke berbagai dunia, termasuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Adalah teknologi QR Code (Quick Response Code) atau kode respon cepat yang saat ini tengah diterapkan di berbagai lini layanan konsumen, termasuk belanja kebutuhan sehari-hari seperti yang dilakukan e-commerce JD.id dengan membuat papan belanja di stasiun-stasiun Jabodetabek.
Head of Corporate Communication and Public Affairs JD.id, Teddy Arifianto, mengatakan jenis layanan baru bernama JD.id Virtual ini bertujuan untuk membiasakan masyarakat belanja dengan mudah menggunakan teknologi canggih yaitu scanning kode QR dari smartphone dan tentunya tanpa uang tunai. Ini bagian dari pengalaman berbelanja yang berbeda.
“Kita ingin membiasakan orang atau konsumen belanja dengan scan QR code ini dulu. Enggak perlu nenteng belanjaan berat-berat. Konsumen Indonesia sudah harus mulai terbiasa dengan cara belanja yang aman, praktis, dan berbasis teknologi,” kata dia kepada kumparan, Selasa (11/9).
ADVERTISEMENT
Eksperimen e-commerce asal China ini adalah dengan menjajakan produk kebutuhan rumah tangga seperti susu, pasta gigi, gula pasir, minyak goreng, hingga beras. Menurut Teddy barang-barang ini dipilih karena termasuk Fast Moving Consumer Goods (FMCG) yang sifatnya cepat habis.
Papan belanja virtual di Stasiun Pasar Minggu. (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Papan belanja virtual di Stasiun Pasar Minggu. (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
Selain itu, harga dari produk-produk ini juga membuat orang mudah membuat keputusan untuk membeli saat itu juga saat sedang di stasiun, entah pergi atau pulang kerja. Meski begitu, Teddy mengaku ke depannya, perusahaan bisa saja menawarkan produk-produk lain selain kebutuhan pokok sehari-hari.
“Tidak seperti barang lain seperti fashion atau elektronik yang membutuhkan waktu dan pertimbangan lebih panjang. Lagi pula ini tahap awal. Jika sudah terbiasa dan percaya cara ini terbuktif efektif dan nyaman, pastinya konsumen akan segera membeli barang lain yang lebih dari groceries,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Dipilihnya stasiun menjadi tempat awal JD.id menerapkan JD.id Virtual lantaran tempat ini menjadi cerminan masyarakat urban. Semua kelompok kelas dan demografi masyarakat ada dan kumpul di sana.
“Mereka juga punya smartphone, banyak usia muda. Jadi gaya hidup mereka yang kami bidik,” jelas dia.
Diakui Teddy, sejak diluncurkan 5 September 2018 di 9 stasiun di Jabodetabek, memang belum banyak penumpang yang melirik papan belanja virtual mereka. Promosi saat ini masih sebatas di media sosial JD.id. Tapi, Teddy bilang, itu sengaja dilakukan agar penumpang KRL yang lalu lalang penasaran dengan papan besar yang terpampang di dalam stasiun.
“Biar mereka secara organik (alami) mengamati dan mencoba, observe and self-experience without being instructed. Memang salah satu taktik yang kita gunakan adalah “membiarkan” orang penasaran dulu ini tuh apa sih,” katanya.
ADVERTISEMENT
Ke depannya, perusahaan akan membidik 10 stasiun lain di Jabodetabek. Sementara untuk di luar stasiun, masih tahap dipikirkan dan direncanakan oleh tim. Selain itu, mereka juga akan kembangkan peningkatan fitur yang lebih menarik seperti tampilan produk, display QR code, hingga fleksibilitas promo dan circle produk.