The Fed Tahan Suku Bunga, Berkah untuk Indonesia

23 Maret 2019 15:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas melayani penukaran uang dolar Amerika di salah satu gerai penukaran valuta asing, Jakarta. Foto: Antara/Puspa Perwitasari
zoom-in-whitePerbesar
Petugas melayani penukaran uang dolar Amerika di salah satu gerai penukaran valuta asing, Jakarta. Foto: Antara/Puspa Perwitasari
ADVERTISEMENT
Bank Sentral AS atau Federal Reserve telah memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 2,25-2,5 persen di bulan ini. Bahkan The Fed memberikan sinyal untuk terus menahan Fed Fund Rate (FFR) di level tersebut.
ADVERTISEMENT
Deputi Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) IGP Wira Kusuma mengatakan, keputusan The Fed untuk mempertahankan FFR membawa berkah bagi Indonesia. Hal ini lantaran dana asing masuk ke domestik akan terus bertambah, sehingga neraca modal bisa mencatatkan surplus.
BI mencatat, dana asing masuk ke Indonesia sejak awal tahun ini hingga 6 Maret 2019 mencapai Rp 59,9 triliun. Aliran tersebut masuk ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 50,2 triliun dan saham sebesar Rp 10,5 triliun.
Adapun aliran dana asing yang masuk di tahun ini jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Perry bilang, sejak awal tahun lalu hingga 6 Maret 2018 justru terjadi arus dana asing keluar (outflow) sebesar Rp 9,9 triliun.
ADVERTISEMENT
"Keputusan The Fed yang dovish ini menguntungkan, terutama ke neraca pembayaran kita, neraca modal akan surplus lebih besar lagi, aliran modal asing masuk terus," ujar Wira dalam pelatihan wartawan BI di Hotel Marriott Yogyakarta, Sabtu (23/3).
Untuk itu, suku bunga acuan BI atau BI-7 Day Repo Rate dijaga agar daya pasar keuangan domestik tetap menarik. "Makanya kita selalu bandingkan dengan negara peers. Kita bandingkan agar daya tarik pasar keuangan domestik kita," jelasnya.
Namun demikian, masih ada pula sejumlah risiko yang harus diwaspadai. Wira menerangkan, risiko tersebut antara lain risiko geopolitik seperti perang dagang AS dan China, serta keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit).
Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Ryan Kiryanto sebelumnya juga menilai, keputusan The Fed tersebut menguntungkan ekonomi Indonesia. Bahkan menurutnya sejumlah analis global menilai, ada kemungkinan The Fed menurunkan FFR sebesar 25 bps.
ADVERTISEMENT
"Bahkan ada kemungkinan FFR diturunkan 25 bos tahun ini. Kalau demikian, ini akan semakin menguntungkan Indonesia. Inflow bisa semakin bertambah," kata dia.
Namun demikian, Indonesia harus tetap memperbaiki sejumlah persoalan, salah satunya defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) dan memperbaiki ekspor.