Tiket Konser John Mayer Ludes, Bukti Ekonomi RI Membaik?

27 Januari 2019 19:51 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
John Mayer (Foto: Instagram @johnmayer)
zoom-in-whitePerbesar
John Mayer (Foto: Instagram @johnmayer)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ribuan tiket konser John Mayer di Indonesia ludes dalam beberapa menit sejak ditawarkan secara online pada Jumat 25 Februari 2019. Padahal, harga tiket tak bisa dibilang murah karena dijual mulai dari Rp 1.440.000 hingga Rp 4.960.000.
ADVERTISEMENT
Penyelenggara menyediakan 10.000 tiket konser John Meyer untuk 6 kategori. Bila dibuat harga paling rendah Rp 1.440.000, maka total nilai penjualan tiket John Mayer mencapai Rp 14,4 miliar. Total penjualan akan bertambah bila dicampur dengan harga tiket yang lebih mahal.
Lantas, apakah laris manisnya penjualan tiket konser John Mayer yang akan digelar pada 5 April 2019 di ICE BSD, Tangerang menunjukkan perekonomian Indonesia tak terpengaruh perlambatan ekonomi dunia?
Proyeksi realisasi pertumbuhan ekonomi sepanjang 2018 sebesar 5,15 persen atau lebih rendah dari target pertumbuhan yang ditetapkan pada rentang 5,2-5,3 persen.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira menilai tingginya antusias warga Indonesia dalam pembelian tiket konser John Mayer tak bisa ditarik kesimpulan bila daya beli kelas menengah atas Indonesia masih tetap tinggi di tengah isu perlambatan ekonomi.
Tiket John Mayer ludes terjual. (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Tiket John Mayer ludes terjual. (Foto: Dok. Istimewa)
"Soal contoh konser itu tidak bisa digeneralisir. Berapa jumlah orang yang nonton konser John Mayer dibandingkan total kelas menengah? Tidak sampai 1 persennya," kata Bhima kepada kumparan, Minggu (27/1).
ADVERTISEMENT
Justru Bhima menyebut bila orang berpenghasilan kelas menengah atas terkena dampak perlambatan ekonomi. Mereka, mayoritas, justru menahan konsumsi di tengah penurunan pertumbuhan ekonomi.
"Orang kaya uangnya ada tapi tahan belanja karena banyak faktor mulai dari fluktuasi kurs rupiah, agresifnya pajak, dan tahun politik," tambahnya.
Meski demikian, Bhima menilai bisnis ekonomi kreatif seperti konser musik sebetulnya bisa menjadi mesin pertumbuhan ekonomi. Apalagi porsinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) belum besar. Namun, pemerintah perlu menaruh perhatian agar bisnis ekonomi kreatif ini bisa tetap tumbuh di tengah melambatnya berbagai sektor pendorong pertumbuhan.
"Ekonomi kreatif bisa jadi penggerak ekonomi meskipun saat ini porsinya terhadap PDB relatif masih belum signifikan. Perlu dukungan kebijakan pemerintah khususnya buat pemain ekonomi kreatif lokal di daerah," tuturnya.
ADVERTISEMENT