Transjakarta Anggarkan Rp 100 Miliar untuk Operasional Bus Tahun Depan

23 Juni 2019 19:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bus tingkat milik Transjakarta yang akan dipakai pawai Persija. Foto: Ferry Fadhlurrahman/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bus tingkat milik Transjakarta yang akan dipakai pawai Persija. Foto: Ferry Fadhlurrahman/kumparan
ADVERTISEMENT
Transjakarta baru saja melakukan uji coba dua bus listrik tadi pagi di Kawasan Sudirman-Thamrin, Jakarta Pusat. Uji coba dilakukan untuk menyambut kesiapan perusahaan dalam menggunakan bus futuristik di masa depan.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Transjakarta Agus Wicaksono mengatakan, uji coba dilakukan hingga 6 bulan ke depan. Setelah itu, dia berharap bisa mengoperasionalkan makin banyak bus listrik. Untuk anggarannya, tahun depan perusahaan menyiapkan cukup besar.
"Kita akan hitung secara bertahap 2020 dapat anggaran Rp 100 miliar untuk operasional bus listrik," kata Agung dalam acara Forum Diskusi Bus dan Kendaraan Listrik (FUSE) di Cikini, Jakarta, Minggu (23/6).
Dalam uji coba ini, bus listrik tersebut bakal melayani penumpang di koridor 1 dari Senayan sampai Monas dan koridor 6 dari Ragunan ke Kuningan. Kedua koridor ini ramai penumpang, setiap harinya mencapai 100 ribu orang.
Suasana di sekitar MRT Stasiun Dukuh Atas. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Sebelum uji coba, bus-bus listrik ini sebenarnya sudah ada tapi hanya beroperasi di daerah wisata seperti Monas. Agung berharap uji coba yang dimulai hari ini bisa mendapatkan banyak tanggapan positif.
ADVERTISEMENT
Salah satu dukungan yang diharapkan Transjakarta, kata dia, adalah terbitnya Peraturan Presiden tentang Kendaraan Listrik. Dengan begitu, bus-bus listrik yang dioperasikan memiliki payung hukum yang terintegrasi.
"Pemda DKI Jakarta udah nerbitin surat keputusannya, Kepala Dinas Perhubungan Nomor 120 Tahun 2019, tapi untuk tingkat nasional belum ada. Masih pakai aturan lama. Kami, dengan adanya draf presiden yang lagi disusun semoga bisa jadi dukungan," ucap dia.
Agung menjelaskan, bus-bus listrik yang dioperasikan Transjakarta ini merupakan bus yang dimiliki perusahaan di Indonesia, yakni Pala Kencana dan Perum PPD. Jadi, secara teknis, Transjakarta tak membeli bus listrik tersebut, hanya mengoperasikannya dengan membayar biaya per kilometernya ke pemilik bus.
Adapun bus-bus listrik tersebut didatangkan Pala Kencana dari China. Nantinya juga bakal ada dari Taiwan. Untuk pasokan listriknya, sudah disediakan di pool Bus Pala Kencana di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Untuk tarif ke penumpang, Agung menegaskan tak akan berbeda dengan bus-bus Transjakarta yang saat ini beroperasi menggunakan BBM dan gas. Soal tarif, selama ini ditentukan bukan berdasarkan bahan bakar.
"Jadi selama ini bukan dilihat dari bahan bakarnya. Jadi tak ada beda soal tarif," jelas dia.
Bus Transjakarta Koridor 13 Tendean-Ciledug Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Kata Agung, meski biaya pembelian bus listrik mahal di awal dibandingkan bus konvesional, tapi biaya operasionalnya jauh lebih murah. Alasannya, selain biaya listriknya terjangkau, komponen dalam bus listrik jauh lebih sedikit. Dengan bus listrik, Jakarta juga bisa mengurangi polusi udara.
"Jumlah komponen bus listrik kira-kira 17-20 items, sekring, motor, baterai. Tapi kalau bus konvensional ada 200 komponen. Tentunya dampaknya signifikan, bisa mengurangi kemacetan dan pengurangan polusi triliunan rupiah," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Pengamat Tata Kota Yayat Supriyatna mengatakan, untuk membeli bus-bus listrik di awal memang mahal. Tapi, biaya yang dikeluarkan tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kerugian udara yang diakibatkan dari polusi kendaraan berbensin timbal.
"Sebenarnya sudah banyak listrik, MRT, LRT Kereta Api. Kalau Transjakarta pakai listrik, akan efisiensi besar. Yang sama-sama tak pernah kita hitung adalah external cost itu masalah lingkungan. Memang awalnya mahal, tapi biaya kesehatan dan lingkungan lebih murah (jika pakai bus listrik)," kata dia.