Udang Vaname Masih Jadi Komoditas Primadona Ekspor Indonesia

26 Desember 2018 13:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukan udang vaname  yang di budidaya dengan teknologi Microbubble. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukan udang vaname yang di budidaya dengan teknologi Microbubble. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Komoditas udang vaname masih jadi unggulan dalam ekspor ke berbagai negara. Ketua Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Sjarief Widjaja mengatakan bahwa budi daya udang vaname perlu terus didorong karena nilai jualnya yang tinggi.
ADVERTISEMENT
"Untuk satu kilogram udang itu dipatok seharga Rp 70 ribu hingga Rp 80 ribu," katanya saat ditemui di Gedung BRSDM Ancol, Jakarta, Rabu (26/12).
Berdasarkan data KKP, udang vaname juga menyumbang hingga 42 persen neraca perdagangan perikanan Indonesia pada semester I 2018. Nilai kontribusi udang pada neraca perdagangan sekitar USD 859,15 juta.
Karenanya, Sjarief mengatakan pihaknya akan mendorong seluruh masyarakat, termasuk nelayan pesisir pantai yang menurun pendapatannya akibat polusi laut untuk mulai berbudi daya udang vaname.
Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukan udang vaname  yang di budidaya dengan teknologi Microbubble. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukan udang vaname yang di budidaya dengan teknologi Microbubble. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
"Kami kenalkan teknologi microbubble ultra intensif dalam budi daya udang vaname untuk semakin meningkatkan produksi udang vaname di dalam negeri," katanya.
Selain itu, udang dipilih untuk dikembangkan melalui teknologi karena dianggap lebih praktis dan efisien. Ruang yang dibutuhkan oleh petambak udang agar bisas membudidayakan udang juga cenderung lebih kecil,
ADVERTISEMENT
"Cukup dengan ukuran kolam 40 m3 saja, itu sudah bisa. Berbeda dengan ikan, kalau ikan mereka harus bergerak ke sana kemari dan itu butuh tempat yang luas dan banyak," tuturnya.
Lebih lanjut dia menyampaikan, Indonesia menempati urutan kedua sebagai produsen udang terbesar di dunia setelah Vietnam. Kebutuhan udang di seluruh dunia ditaksir mengalami kekurangan sekitar 400 sampai 500 ribu ton.
"Itu negara yang paling banyak biasanya impor udang adalah Amerika Serikat, Uni Eropa, dan China," pungkasnya.