Utang Krakatau Steel Menggunung, Capai Rp 35 Triliun

2 Juli 2019 10:08 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gedung Krakatau Steel. Foto: Facebook/@Krakatau Steel Official
zoom-in-whitePerbesar
Gedung Krakatau Steel. Foto: Facebook/@Krakatau Steel Official
ADVERTISEMENT
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) pada akhir tahun lalu masih memiliki utang sebesar USD 2,49 miliar atau Rp 35,22 triliun (kurs Rp 14.100). Perseroan juga mencatatkan kinerja keuangan negatif selama 7 tahun berturut-turut.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2017, utang yang ditanggung KRAS sebesar USD 2,26 miliar. Di tahun 2016 sebesar USD 2,09 miliar, di 2015 sebesar USD 1,91 miliar, di 2014 sebesar USD 1,7 miliar, di 2013 sebesar USD 1,32 miliar, di 2012 sebesar USD 1,44 miliar, dan di 2011 sebesar USD 1,22 miliar.
Menurut Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim, salah satu penyebab utang Krakatau Steel membengkak yakni dikarenakan investasi di masa lalu yang tak berjalan sesuai rencana. Di samping itu, inefisiensi operasional turut berkontribusi.
Pada tahun ini, menurut dia, pihaknya akan melakukan restrukturisasi di 3 sektor, yakni restrukturisasi utang, restrukturisasi organisasi, dan restrukturisasi bisnis. Untuk restrukturisasi utang, Krakatau Steel tengah melobi kreditur untuk memperingan tagihan.
ADVERTISEMENT
"Kemudian kita juga punya saldo utang yang meningkat sehingga total Krakatau Steel harus melakukan restrukturisasi utang. Utang yang direstrukturisasi sekitar USD 2,2 miliar atau sekitar 30 triliun," jelas Silmy.
Sementara untuk restrukturisasi organisasi, pihaknya akan memangkas 30 persen posisi atau jabatan yang ada di Krakatau Steel dari semula 6.264 posisi menjadi 4.352 posisi. Nantinya pegawai yang terpangkas akan dipekerjakan di anak maupun cucu usaha.
Direktur Utama PT. Krakatau Steel, Silmy Karim ketika mengunjungi kantor kumparan. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Dia menjelaskan, perampingan dilakukan karena di tubuh Krakatau Steel terdapat 7 layer pemimpin yang memiliki kewenangan pengambilan keputusan, yakni Direktur, General Manager, Manager, Super Intendent, Supervisor, Tim Leader, dan Operator.
Menurut Silmy, organisasi bisnis modern hanya terdapat 5 layer pemimpin. Hal tersebut untuk mempermudah koordinasi dalam pengambilan keputusan saat terdapat masalah, dan merespons peluang usaha yang dapat menguntungkan perseroan.
ADVERTISEMENT
"Kita kan butuh cepat. Ada persoalan, cepat diselesaikan. Ada peluang, cepat dimanfaatkan. Bukan kemudian rapat-rapat, kemudian masalahnya sudah terlambat direspons. Peluangnya sudah diambil orang lain," katanya.
Sedangkan untuk restrukturisasi bisnis, Krakatau Steel akan melakukan penggabungan antaranak atau cucu usaha, dan kerja sama antara anak atau cucu usaha dengan swasta. Tujuannya yakni untuk mengoptimalkan pelayanan.
"Kita gabung supaya lebih besar. Hal-hal semacam ini diharapkan bisa meningkatkan kinerja. 2019 kita fokus pada restrukturisasi," tegas Silmy.
Dia pun mengungkapkan, langkah yang ia ambil ini merupakan penjabaran dari 3 arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), yaitu BUMN harus besar, BUMN harus lincah, dan BUMN harus kuat. Restrukturisasi ini akan membuat Krakatau Steel dapat segera meraup untung.
ADVERTISEMENT
"Keputusan diambil untuk menyelesaikan masalah dan juga dengan risiko yang paling kecil. Maka muncullah ide-ide penyelesaian-penyelesaian agar Krakatau Steel bisa bangkit, bisa untung dalam waktu yang tidak terlalu lama," katanya.
Silmy pun menarget pada tahun ini, program restrukturisasi tersebut selesai. Saat ini proses perencanaan restrukturisasi telah mencapai 90 persen, sementara proses eksekusinya masih terus berjalan. Tahun depan diharapkan Krakatau Steel sudah bisa menikmati untung.
"Di 2019 adalah proses restrukturisasi. Kita tidak mau kehilangan momentum, diharapkan selesai akhir 2019. Di 2020 saya mengharapkan sudah untung," papar Silmy.