Utang Luar Negeri RI Hampir Rp 5.300 Triliun di Akhir Juli 2018

17 September 2018 21:12 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas Bank menyiapkan uang kertas rupiah untuk ATM dan kantor cabang di Jakarta. (Foto: AFP PHOTO / Bay Ismoyo)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas Bank menyiapkan uang kertas rupiah untuk ATM dan kantor cabang di Jakarta. (Foto: AFP PHOTO / Bay Ismoyo)
ADVERTISEMENT
Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia hingga akhir Juli 2018 sebesar USD 358 miliar atau sekitar Rp 5.298,4 triliun (kurs Rp 14.800) atau tumbuh 4,8 persen secara tahunan (yoy). Angka ini lebih besar dibandingkan Juli 2017 yang sebesar USD 339 miliar atau tumbuh 3,9 persen (yoy).
ADVERTISEMENT
Namun demikian, jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, ULN hingga Juli tersebut tumbuh melambat. Adapun hingga Juni 2018 ULN tercatat sebesar USD 355,7 miliar atau tumbuh 5,5 persen (yoy).
Dilansir laman resmi Bank Indonesia (BI), Senin (17/9), ULN tersebut terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar USD 180,8 miliar dan utang swasta termasuk BUMN sebesar USD 177,1 miliar.
Hingga akhir Juli, ULN pemerintah tumbuh 4,1 persen (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 6,1 persen (yoy). Meskipun tumbuh melambat, namun posisi utang pemerintah bulan Juli 2018 tercatat sebesar USD 177,4 miliar, sedikit meningkat dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya.
"Hal tersebut karena adanya net penarikan pinjaman, khususnya pinjaman multilateral, serta net pembelian SBN (Surat Berharga Negara) domestik oleh investor asing selama bulan Juli 2018," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman dalam keterangan resmi, Senin (17/9).
ADVERTISEMENT
Bank sentral melihat, pasca kenaikan Fed Fund Rate pada pertengahan bulan Juni 2018, pasar keuangan mengarah pada level ekuilibrium baru dan investor asing kembali masuk ke pasar SBN domestik. Pemerintah juga dinilai senantiasa melakukan monitoring kondisi pasar keuangan domestik dalam rangka menjaga stabilitas pasar SBN yang turut dipengaruhi faktor eksternal, di samping mengoptimalkan pemanfaatan pinjaman luar negeri untuk membiayai pembangunan di sektor yang bersifat produktif.
Petugas menghitung pecahan uang rupiah (Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas menghitung pecahan uang rupiah (Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro)
Sementara itu, ULN swasta pada akhir Juli 2018, terutama yang dimiliki oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas (LGA), dan sektor pertambangan dan penggalian. Pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 72,7 persen, sedikit meningkat dibandingkan dengan pangsa pada periode sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan ULN secara tahunan di keempat sektor tersebut tercatat meningkat pada Juli 2018, dengan peningkatan tertinggi pada sektor Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air Panas (LGA) dan sektor Industri Pengolahan.
Perkembangan ULN Indonesia pada Juli 2018 tetap terkendali dengan struktur yang sehat. Hal ini tercermin antara lain dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir Juli 2018 yang tercatat stabil di kisaran 34 persen.
"Rasio tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan rata-rata negara peers," tulisnya.
Berdasarkan jangka waktu, struktur ULN Indonesia pada akhir Juli 2018 tetap didominasi ULN berjangka panjang yang memiliki pangsa 86,4 persen dari total ULN.
"Bank Indonesia dan pemerintah terus berkoordinasi untuk memantau perkembangan ULN dari waktu ke waktu untuk mengoptimalkan peran ULN dalam mendukung pembiayaan pembangunan, tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian," tulisnya.
ADVERTISEMENT