Utang Luar Negeri RI Naik Lagi, Jadi Rp 5.471 Triliun di Januari 2019

15 Maret 2019 14:27 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi rupiah Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rupiah Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
ADVERTISEMENT
Utang luar negeri (ULN) Indonesia, yang terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral serta swasta, hingga akhir Januari 2019 mencapai USD 383,3 miliar atau sekitar Rp 5.471,6 triliun (kurs Rp 14.275 per dolar AS).
ADVERTISEMENT
Jumlah tersebut meningkat 7,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 357,6 miliar. Utang luar negeri tersebut juga naik 1,4 persen jika dibandingkan Desember 2018 yang mencapai USD 377,8 miliar.
Hal ini karena neto transaksi penarikan utang luar negeri dan pengaruhi penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, sehingga utang dalam rupiah yang dimiliki investor asing tercatat lebih tinggi dalam denominasi dolar AS.
Berdasarkan statistik utang luar negeri Bank Indonesia (BI), Jumat (15/3), utang tersebut terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral senilai USD 190,3 miliar, naik 3,7 persen dibandingkan posisi Januari 2018 yang sebesar USD 183,4 miliar.
Secara rinci, utang luar negeri pemerintah selama Januari 2019 sebesar USD 187,2 miliar, naik 3,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu USD 180,2 miliar. Sementara utang luar negeri bank sentral USD 3,0 miliar, turun 3 persen dibandingkan Januari 2018.
ADVERTISEMENT
Direktur Eksekutf Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengatakan, pertumbuhan utang luar negeri terutama dipengaruhi arus masuk dana investor asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik selama Januari 2019.
Menurutnya, kenaikan posisi utang luar negeri itu menunjukkan kepercayaan investor kepada Indonesia. Kenaikan posisi utang luar negeri pemerintah dinilai untuk pembiayaan belanja negara dan investasi pemerintah.
"Sektor-sektor prioritas yang dibiayai melalui ULN pemerintah antara lain sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, sektor konstruksi, sektor jasa pendidikan, sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib, serta sektor jasa keuangan dan asuransi," jelas Onny dalam keterangan resmi.
Ilustrasi dana asing. Foto: Pixabay/geralt
Selanjutnya, utang luar negeri swasta selama Januari 2019 sebesar USD 193 miliar, turun 9,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai USD 174,2 miliar. Onny menjelaskan, perlambatan tersebut terutama disebabkan pertumbuhan utang luar negeri sektor industri pengolahan dan sektor jasa keuangan serta asuransi yang melambat.
ADVERTISEMENT
"Sementara itu, pertumbuhan ULN sektor pertambangan dan sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas (LGA) mengalami peningkatan dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya. Pangsa ULN di keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 74,1 persen," katanya.
BI memandang struktur utang luar negeri Indonesia tetap sehat, tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir Januari 2019 yang stabil di kisaran 36 persen.
Adapun batas maksimal menurut UU Nomor 17 Tahun 2003, rasio utang sebesar 60 persen terhadap PDB. Bahkan rasio tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan rata-rata negara peers.
Selain itu, struktur utang luar negeri Indonesia tetap didominasi utang berjangka panjang yang memiliki pangsa 86,2 persen dari total utang luar negeri.
ADVERTISEMENT
"Bank Indonesia dan pemerintah terus berkoordinasi untuk memantau perkembangan ULN dan mengoptimalkan perannya dalam mendukung pembiayaan pembangunan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian," tambahnya.