Vale Cari Partner untuk Bangun 2 Smelter Baru

4 Juli 2018 16:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lokasi tambang Nikel Milik PT Vale Indonesia (Foto:  Selfy Sandra Momongan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lokasi tambang Nikel Milik PT Vale Indonesia (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
ADVERTISEMENT
PT Vale Indonesia Tbk (INCO) berniat melanjutkan rencana pembangunan dua pabrik pengolahan mineral atau smelter, yakni di Pomalaa dan Bahodopi. Vale mencari mitra untuk mengerjakan 2 proyek smelter itu.
ADVERTISEMENT
“Penting bagi perusahaan serius mengurus rencana pembangunan smelter di Pomalaa dan Bahodopi. Saat ini kami tengah proses seleksi untuk gandeng partner untuk mengembangkan 2 smelter itu. Karena bangun smelter itu butuh biaya yang banyak,” ungkap Vice President PT Vale Indonesia Tbk, Bernardus Irmanto, saat ditemui di Sorowako, Sulawesi Selatan, Rabu (4/7).
Menurut Bernadus, perusahaan menargetkan dapat memperoleh partner yang tepat di akhir tahun ini. Tujuannya agar rencana pembangunan smelter tersebut lebih jelas sehingga dapat dilakukan feasibility study (FS).
Semakin cepat perusahaan menemukan partner maka akan semakin baik. Sebab hal tersebut berpengaruh pada kesempatan Vale untuk memperpanjang Kontrak Karya (KK) di Pomalaa dan Bahodopi.
“Kami berharap bisa terlaksana dengan secepat mungkin. Taruhannya perpanjangan KK. Kalau gagal, kemungkinan perpanjangan dua area itu semakin kecil. Taruhannya engga main-main ini,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Bernadus tidak menampik bahwa dalam proses perencanaan pembangunan smelter tersebut terdapat berbagai kendala dan hal yang harus dipertimbangkan. Termasuk pemilihan teknologi dan sumber energi yang tepat. Saat ini Bernadus belum mengetahui sumber energi yang nantinya akan dipakai untuk smelter Pomalaa dan Bahodopi.
“Itu masih kami review. Karena kalau pakai PLTA sama seperti di sini, kayaknya enggak mungkin karena di sana tidak ada aliran sungai yang bisa dibendung. Nanti masih akan dikaji,” ujarnya.
Opsi lain menurut Bernadus adalah menggunakan tenaga surya atau batu bara. Hanya saja Bernadus menyadari jika menggunakan sumber energi batubara maka emisi karbon juga harus dipertimbangkan.
“Tenaga surya juga bisa jadi. Nanti lihat mana yang lebih memungkinkan,” tutupnya.
ADVERTISEMENT