Adakah Ruang untuk Dybala di Man United?

31 Juli 2019 16:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dybala dan selebtasi favoritnya: Dybala's Mask. Foto: Reuters / Massimo Pinca
zoom-in-whitePerbesar
Dybala dan selebtasi favoritnya: Dybala's Mask. Foto: Reuters / Massimo Pinca
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di saat tawaran Romelu Lukaku dari Inter mulai membeku, Manchester United mendapatkan sodoran menarik dari Juventus. Ya, 'Si Nyonya Tua' menawarkan Paulo Dybala sebagai alat tukar dalam transfer Lukaku.
ADVERTISEMENT
Aha! Ini jelas lebih menggoda ketimbang sodoran uang 63 juta poundsterling yang disodorkan Inter. Secara, United telah mematok 76,23 juta poundsterling sebagai banderol paten Lukaku.
Menurut pakar transfer asal Italia, Gianluca Di Marzio, pada Selasa (30/7/2019), agen Dybala telah terbang ke Inggris untuk membicarakan proses transfer dengan United.
Kabarnya, United tinggal mencapai kesepakatan personal dengan Dybala --yang disebut meminta gaji cukup tinggi. So, sebelum transfer ini rampung, kami di kumparanBOLA mencoba menganalisis, ada enggak, sih, tempat buat Dybala dalam formasi dan taktik si 'Iblis Merah'?
Dybala mengecup trofi Scudetto Serie A. Foto: Reuters/Massimo Pinca
Sebagus Apa, sih, Dybala?
Begini, Dybala adalah pilihan utama Juventus di era Massimiliano Allegri. Ia memainkan peran spesial dalam pakem 4-2-3-1 sebagai trequartista.
ADVERTISEMENT
Eh, tak mudah untuk memainkan peran sebagai trequartista, lho. Lebih dari sekadar gelandang serang biasa, ia dituntut untuk mengkreasi serangan dan muncul sewaktu-waktu saat dibutuhkan --mencetak gol dari lini kedua. Jelas, mereka juga wajib mengampu tugas sebagai playmaker.
So, cukup logis andai jumlah tembakan dan penciptaan peluang Dybala tinggi. Tengok saja rata-rata umpan kuncinya yang menyentuh 1,6 per laga. Cuma kalah dari Douglas Costa, Miralem Pjanic, dan Juan Cuadrado yang sama-sama mengukir 1,9.
Kuantitas tembakan Dybala lebih 'gila' lagi karena menyentuh 3,5 tembakan di tiap laga. Jumlah ini jauh lebih banyak dari Higuain--sang bomber utama-- yang cuma mengukir 2,9. Malah Dybala jadi topskorer Juventus di musim 2017/18 lewat 26 gol di berbagai ajang.
ADVERTISEMENT
Namun, eksistensinya mulai tergerus setelah Cristiano Ronaldo datang. Alasannya simpel, karena superstar asal Portugal itu tak bisa dikesampingkan perannya sebagai corong utama serangan.
Alhasil, Dybala tak bisa memaksimalkan perannya seperti pada musim sebelumnya. Rata-rata tembakannya di Serie A cuma mencapai angka 2,2; kalah jauh dari Ronaldo yang mengemas 5,7. Makanya jumlah gol mantan pemain Palermo itu hanya sebatas 5 sekaligus jadi yang terendah selama berseragam Juventus.
Dalam perspektif lain, Dybala masih mampu menunjukkan kredibilitasnya sebagai tukang pemrakarsa peluang papan atas. Rata-rata umpan kuncinya masih tinggi, 1,7 per laga dan cuma bisa dilewati Miralem Pjanic.
Selebrasi Paulo Dybala bersama Cristiano Ronaldo. Foto: REUTERS/Alberto Lingria
Lalu, Apa yang Mesti Dilakukan United untuk Memaksimalkan Potensi Dybala?
ADVERTISEMENT
Ada dua formasi yang paling rutin dipakai Ole Gunnar Solskjaer di United, 4-3-3 dan 4-2-3-1. Betul, format yang disebut belakangan bisa jadi wadah yang sempurna bagi Dybala untuk memainkan lakon sebagai trequartista. Meski pakem 4-3-3 lebih sering dipakai Solskjaer di musim lalu sebanyak 15 kali.
Pada musim terbaiknya di Turin, Dybala dimasukkan Allegri dalam wadah 4-2-3-1 untuk menyokong Higuain sebagai penyerang utama. Di Old Trafford nanti, kemungkinan besar Marcus Rashford yang bakal jadi tandem Dybala.
Secara tipikal, Rashford dengan Higuain bertipe target-man. Di satu sisi, justru sinergi alumnus akademi United itu dengan Dybala bakal membuat lini depan lebih cair.
Namun, ada dua problem yang membuat pakem 4-2-3-1 sulit terealisasi. Pertama karena Solskjaer lebih mengedepankan format 4-3-3 ketimbang 4-2-3-1. Alasan selanjutnya dan yang terpenting, lantaran posisi gelandang serang itu merupakan slot paten Pogba.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, bukan berarti Dybala dan Pogba tak bisa dimainkan bersamaan, lho. Perlu diingat bahwa keduanya pernah bermain bersama di Juventus pada periode 2015/16.
Kala itu Allegri, yang mengaplikasi pakem tiga bek, menurunkan Pogba di pos gelandang dan Dybala di garda terdepan. Pogba memang berposisi lebih defensif, melengkapi duo Sami Khedira dan Claudio Marchisio di lini sentral.
Di sisi lain, ia tetap diberi akses untuk menciptakan dan juga mengakhiri peluang. Buktinya 8 gol dan 12 assist berhasil dibuat Pogba di Serie A sepanjang musim 2015/16.
Sementara itu Dybala moncer sebagai penyumbang gol terbanyak Bianconeri dengan 19 lesakan. Soal intensitas umpan kunci, pemain berpaspor Argentina itu juga jadi rajanya di angka 2,1 bila dirata-rata per laga.
ADVERTISEMENT
Pogba semasa di Juventus. Foto: AFP/Giuseppe Cacace
Pakem 4-3-3 Adalah Solusi
Dybala bakal lebih efektif bila diturunkan Solskjaer sebagai penyerang dalam formasi 4-3-3. Pogba jadi pertimbangan pertama, mengingat ia merupakan pemain yang paling berkontribusi di musim lalu --meliputi soal gol dan assist. Posisi paling ideal Pogba, ya, gelandang tengah. Buktinya pemain berdarah Guinea itu sukses mengemas 7 gol dan 7 assist kala bermain di sektor tersebut.
Lalu soal melimpahnya stok gelandang United saat ini. Selain Pogba, 'Iblis Merah' masih punya Nemanja Matic, Fred, Juan Mata, Andreas Pereira, dan Scott McTominay. Itu belum ditambah dengan Mason Greenwood yang dipertimbangkan untuk masuk ke tim utama. Jadi, memainkan Dybala di sektor tengah bukanlah sebuah efektif.
Akan lebih bijak andai menurunkan Dybala di sektor penyerang. Ketajaman dan kreativitasnya bisa menunjang miskinnya daya gedor sayap-sayap United. Terpenting, Dybala juga tak bakal banyak mengikis peran Pogba, seperti yang pernah mereka lakukan di musim 2015/16.
ADVERTISEMENT