Ajax Tuding Juventus Pakai Doping di 1996, Eks Pemain Meradang

20 Maret 2019 19:13 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ajax vs Juventus di Final Liga Champions 1996 Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ajax vs Juventus di Final Liga Champions 1996 Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
Babak perempat final Liga Champions baru akan dimulai dua pekan lagi, akan tetapi psy war sudah muncul. Tengok saja duel Ajax vs Juventus.
ADVERTISEMENT
Pertemuan ini terbilang klasik. Maklum saja, keduanya pernah beradu di partai puncak Liga Champions edisi 1995/1996. Saking tinggi tensi pertandingan waktu itu, pemenangnya bahkan harus ditentukan melalui babak tos-tosan.
Gol cepat Fabrizio Ravanelli berhasil dibalas Jari Litmanen empat menit sebelum turun minum. Skor 1-1 bertahan hingga perpanjangan waktu. Sampai akhirnya Juventus keluar sebagai juara dengan keunggulan 4-2 dalam drama adu penalti.
Namun, bukan itu pangkal masalahnya. Kubu Ajax merasa ada yang janggal pada babak tambahan. Stamina para pemain Juventus relatif masih stabil, berbeda dengan kondisi penggawa Ajax saat itu.
Finidi George, winger legendaris Ajax asal Nigeria, mengatakan bahwa konsistensi stamina para pemain Bianconeri adalah sebuah keabnormalan.
Tuduhan doping para pemain Juventus akhirnya terbukti 2004 lalu. Dokter klub tim, Riccardo Agricola, dijebloskan ke penjara karena terbukti memasok obat untuk meningkatkan daya tahan tubuh pemain dalam kurun waktu 1994-1998.
ADVERTISEMENT
David Endt, media officer Ajax, masih mengingat luka menyakitkan itu. Balas dendam, demikian ujar Endt soal misi de Godenzonen dalam duelnya melawan Juventus esok.
"Kami memiliki sesuatu yang lain... Balas dendam. Benar, sangat benar, karena pada saat itu di Roma, kami bermain melawan tim Juventus yang kemudian ternyata melakukan sedikit doping, tidak ada yang tahu yang sebenarnya," kata Endt kepada Radio Kiss Kiss.
Komentar pedas Endt memicu amarah mantan penggawa Juventus. Alessio Tacchinardi salah satunya. Gelandang yang mengabdi untuk 'Si Nyonya Tua' pada periode 1994-2007 itu mengatakan jika perkataan Endt adalah sebuah hal memalukan.
“Tim kami waktu itu bekerja keras sejak hari pertama pelatihan pra-musim untuk membawa trofi Liga Champions kembali ke Turin dan kami mencapai impian itu," kata Tacchinardi kepada SportMediaset.
ADVERTISEMENT
“Jika ada, saya berharap kata-katanya bertindak sebagai motivasi lebih lanjut bagi para pemain kami untuk kembali menyingkirkan Ajax. Memalukan!"
Sejumlah pemain Juventus merayakan kemenangan atas Atletico Madrid di Allianz Stadium, (13/3). Foto: REUTERS/Massimo Pinca
Ciro Ferrara, yang tampil sebagai starter dalam final 1996 silam itu, menanggapi sindiran Endt dengan sarkasme. Ia mengatakan bahwa Endt berkontribusi atas keberhasilan Juventus dalam duel uang dihelat di di Olimpico tersebut.
"Saya ingin menunjukkan bahwa Endt banyak membantu kami dalam kemenangan itu. Beberapa hari sebelum final, Pelatih Louis van Gaal ditanya siapa yang akan memenangi Liga Champions dan menjawab: "Saya tidak tahu, tetapi trofi itu akan kembali di pesawat kami."
"Yah, sebagai orang yang bertanggung jawab untuk komunikasi tim, Endt harus tahu bahwa pernyataan itu membuat kami sangat bersemangat," kata Ferrara.
ADVERTISEMENT
Para pemain Ajax Amsterdam merayakan kemenangan di Santiago Bernabeu. Foto: REUTERS/Susana Vera
Well, kita lihat saja apakah psy war Endt bisa menjadi motivasi Bianconeri, seperti kesuksesan mereka 23 tahun silam.
'Si Nyonya Tua' sendiri berhasil menyingkirkan Atletico Madrid secara spektakuler di babak 16 besar. Akan tetapi, Ajax sama sekali tak bisa dianggap sebelah mata. Keberhasilan pasukan Erik ten Hag melaju ke babak perempat final itu didapat usai memecundangi Real Madrid, sang juara tiga edisi beruntun.