Alasan Mengapa Courtois Layak Meraih Sarung Tangan Emas

16 Juli 2018 21:50 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Thibaut Courtois saat membela Belgia di Piala Dunia 2018. (Foto: Hannah McKay/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Thibaut Courtois saat membela Belgia di Piala Dunia 2018. (Foto: Hannah McKay/Reuters)
ADVERTISEMENT
Meski gagal membawa trofi Piala Dunia 2018, Thibaut Courtois setidaknya bisa pulang dengan kepala tegak setelah meraih gelar Sarung Tangan Emas.
ADVERTISEMENT
Courtois mengikuti jejak Jean-Marie Pfaff dan Michel Preud'homme sebagai pemain asal Belgia yang meraih gelar Sarung Tangan Emas. Pfaff meraihnya pada Piala Dunia 1986, sementara Preud'homme mendapatkannya saat tampil di Piala Dunia 1994.
Kemenangan Courtois juga merusak dominasi kiper milik tim juara yang meraih Sarung Tangan Emas, yakni Gianluigi Buffon (2006), Iker Casillas (2010), dan Manuel Neuer (2014). Dengan rusaknya hegemoni tersebut, apa yang membuat Courtois layak untuk memenangi gelar ini?
Courtois dipilih karena beragam alasan. Dalam beragam literatur, disebutkan bahwa peraih Sarung Tangan Emas harus membawa timnya melangkah jauh. Jika tidak ada nomine yang layak, maka Sarung Tangan Emas akan diberikan kepada pemilik penyelamatan terbanyak. Dari dua alasan tersebut, setidaknya Courtois layak untuk memenangi daftar ini.
ADVERTISEMENT
Secara penampilan, Courtois tercatat sebagai penjaga gawang dengan jumlah pertandingan terbanyak; serupa dengan Hugo Lloris, Danijel Subasic, dan Jordan Pickford. Hingga laga terakhir, mereka tercatat telah bermain dalam tujuh pertandingan.
Karena jumlah pertandingan yang dilakoni sama, maka aspek penyelamatan jadi alat hitung-hitungan kedua. Dibandingkan pesaingnya, Courtois punya jumlah penyelamatan yang jauh lebih banyak.
Jika ditotal, Courtois membukukan 27 penyelamatan. Angka tersebut jauh mengungguli Pickford yang hanya mengumpulkan 17, Subasic dengan 15, dan Lloris yang hanya menciptakan 12.
Keunggulan Courtois dari dua faktor tersebut setidaknya membuat Anda tidak perlu repot-repot untuk mencari tahu apa yang membuatnya memenangi penghargaan tersebut. Namun, jika Anda ingin repot, ada banyak alasan mengapa kiper Chelsea tersebut menang.
ADVERTISEMENT
Belgia termasuk sebagai calon juara Piala Dunia 2018. Alasannya banyak, mulai dari skuat yang dipenuhi bintang, pengalaman berlaga di kompetisi besar, hingga dilatih oleh barisan pelatih ternama dan terbaik di bidangnya. Namun, itu tidak cukup.
Meski diisi oleh barisan pemain belakang papan atas, Belgia memiliki pertahanan yang rentan. Hal itu bisa dibuktikan oleh rasio percobaan lawan ke gawang mereka yang mencapai 15,1 percobaan per pertandingan.
Kiper Belgia, Thibaut Courtois, raih penghargaan Golden Gloves.  (Foto: REUTERS/Dylan Martinez)
zoom-in-whitePerbesar
Kiper Belgia, Thibaut Courtois, raih penghargaan Golden Gloves. (Foto: REUTERS/Dylan Martinez)
Jumlah tersebut tentu begitu buruk. Catatan tersebut menandakan bahwa pertahanan mereka jauh lebih buruk ketimbang Serbia (hanya menerima 14,7 percobaan), Panama (13,3), dan Peru (12) yang bahkan tidak lolos ke fase gugur.
Nah, buruknya pertahanan Belgia disebabkan oleh banyak faktor. Mulai dari pasifnya pemain mereka ketika menerima tekanan lawan sampai jumlah pelanggaran yang di dekat kotak penalti. Pasifnya pemain belakang bisa dibuktikan dengan kecilnya rasio intersep pemain mereka (tujuh per pertandingan). Sementara, soal pelanggaran, Belgia melanggar lawan 14,1 kali per pertandingan.
ADVERTISEMENT
Banyaknya peluang lawan untuk mencetak gol membuat Courtois lebih banyak bekerja. Ia tidak hanya dituntut mengantisipasi peluang lawan untuk mencetak gol via open play, tapi juga melalui situasi bola mati.
Per pertandingannya, Courtois membukukan 3,8 penyelamatan, 0,2 penyelamatan dari setiap percobaan di six yard box, 1,6 percobaan dari dalam area penalti, dan dua penyelamatan untuk setiap percobaan yang dilepaskan dari luar kotak penalti.
Penyelamatan Thibaut Courtois atas percobaan Marcus Rashford. (Foto: Gonzalo Fuentes/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Penyelamatan Thibaut Courtois atas percobaan Marcus Rashford. (Foto: Gonzalo Fuentes/Reuters)
Jika Belgia tersingkir sejak fase grup atau setidaknya pada 16 besar, Courtois tak akan menang. Pasalnya, Guillermo Ochoa dari Meksiko dan Kasper Schmeichel milik Denmark punya rasio penyelamatan yang lebih banyak.
Dari empat pertandingan, Ochoa membukukan 6,25 penyelamatan per laga. Sementara, Schmeichel mencatat rata-rata 5,25 penyelamatan per pertandingan. Beruntunglah Courtois. Karena timnya melaju jauh, ia memenangi gelar tersebut.
ADVERTISEMENT
Dalam tujuh laga, penampilan terbaik Courtois terjadi saat Belgia menghadapi Brasil pada babak perempat final. Dalam pertandingan tersebut, ia membukukan total sembilan penyelamatan.
Dengan catatan yang cukup impresif, sulit untuk tidak memilih Courtois. Apalagi, dua penjaga di partai final—blunder Lloris dan Subasic kebobolan empat gol—terhitung tak menjalani Piala Dunia 2018 dengan penampilan yang istimewa.
Jadi, masih meragukan alasan terpilihnya Courtois sebagai peraih Sarung Tangan Emas Piala Dunia 2018?