Analisis: Ketika Inggris Kembali Berjaya di Udara

8 Juli 2018 8:01 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Momen gol Maguire. (Foto: REUTERS/David Gray)
zoom-in-whitePerbesar
Momen gol Maguire. (Foto: REUTERS/David Gray)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Inggris berhasil lolos ke semifinal Piala Dunia untuk pertama kali sejak 1990. Langkah mereka ke empat besar edisi 2018 ini mantap usai mengalahkan Swedia pada laga perempat final yang berlangsung di Samara Arena, Sabtu (7/7/2018) malam WIB, dengan skor 2-0.
ADVERTISEMENT
Dalam kemenangan itu, Inggris tampil dengan susunan pemain terbaiknya. Tak ada perubahan dari 11 pemain inti mereka dibanding laga 16 besar menghadapi Kolombia. Gareth Southgate percaya bahwa pilar-pilarnya itu bisa memberikan kemenangan.
Tak pelak, dengan susunan pemain yang sama, pendekatan Inggris terhadap laga pun sama. Mereka tak terlihat terburu-buru dalam melancarkan serangan. Tahu Swedia punya penjagaan zona dan rapat dalam pemosisian, 'Tiga Singa' bermain sabar.
Inggris Benar Memilih Bersabar
Hanya ada 94 umpan yang dilakukan Inggris ke sepertiga akhir pertahanan Swedia dan hanya ada sembilan umpan di dalam kotak penalti lawannya itu. Dalam melancarkan serangan, Inggris juga to the poin: mereka lebih memilih lewat sayap, dengan umpan-umpan silang. Itu terbukti dari 10 umpan yang mereka lepaskan sepanjang babak pertama.
ADVERTISEMENT
Buruknya, serangan-serangan open play yang dilakukan mereka tak berbuah hasil di babak pertama. Ini juga tak lepas dari disiplinnya pertahanan Swedia, dan seperti biasa, kepiawaian mereka dalam melakukan duel udara membuat apa yang dilakukan Kieran Trippier dan Ashley Young sia-sia.
Namun, dari sini pula Inggris mendapat berkah lain. Dengan tak buru-buru dalam membangun serangan, pertahanan mereka bisa selalu sedia menahan gempuran Swedia. Kover dari lini tengah dan depan pun bagus. Semua pemain Inggris, bahkan Harry Kane sekalipun, selalu siap berduel dan merebut bola dari lawan.
Swedia Tahu Caranya Bertahan, Bingung dalam Menyerang
Oke, Swedia memang cukup efektif dalam menghalau serangan-serangan Inggris via open play. Namun, mereka tak punya efektivitas dalam melancarkan serangan. Plan ofensif yang dimiliki Jan Olof Andersson bahkan sama sekali tak berjalan pada babak pertama. Bayangkan saja, Blagult cuma berhasil melepaskan satu tembakan sepanjang 45 menit pertama.
ADVERTISEMENT
Buruknya lagi, tak ada satu pun umpan kunci yang dilepaskan mereka. Swedia benar-benar kebingungan untuk menembus pertahanan Inggris. Mereka mencoba lewat umpan-umpan panjang dari lini belakang, tetapi tak ada yang berhasil berbuah peluang.
Ketika memasuki babak kedua dengan tertinggal 0-1, Swedia memang mampu tampil sedikit lebih kreatif. Determinasi mereka, yang tertumpu pada sisi sayap, akhirnya meningkat. Terbukti ada tiga umpan kunci yang hadir. Ketiganya bahkan menghasilkan peluang, tetapi Jordan Pickford di bawah mistar gawang Inggris masih sigap.
Sayangnya, tak ada alternatif lain dari pola tersebut. Ketika hanya ada 5 umpan silang tepat sasaran dari 15 upaya, Swedia tak tahu harus menyerang lewat mana lagi. Mereka minim opsi, terutama ketika memasuki sepertiga akhir pertahanan Inggris. Tak pelak, sepanjang laga cuma ada 6 tembakan yang dilepaskan dan hasilnya: tak ada satu pun jadi gol.
ADVERTISEMENT
Kecerdasan Inggris dalam Duel Udara Jadi Penentu
Secara postur, Swedia boleh saja unggul dari para pemain Inggris. Sang kapten, Andreas Granqvist, boleh saja memnangi 100% duel udaranya di jantung pertahanan sendiri. Namun, itu tak menjamin mereka aman dari ancaman Inggris dalam melakukan serangan via bola atas.
Dan yang pertama, lewat sepak pojok. Dalam hal ini, Inggris adalah rajanya. Bayangkan, ada empat gol yang sudah mereka cetak via sepak pojok dan salah satunya tercipta ke gawang Swedia lewat kepala Harry Maguire. Dan gol itu menunjukkan kecerdasan Inggris di situasi tersebut.
Skema sepak pojok mereka benar-benar terstruktur. Para pemain Inggris tahu bagaimana caranya memecah konsentrasi lawan dalam melakukan penjagaan, yakni dengan bergerak dan bertumpu pada pemain bertubuh pendek (dalam gol Maguire ada Raheem Sterling). Dari situ, akan tercipta momen di mana pemain mereka berdiri bebas dan bisa menyundul bola dengan sempurna.
ADVERTISEMENT
Proses gol Maguire. (Foto: REUTERS/Michael Dalder)
zoom-in-whitePerbesar
Proses gol Maguire. (Foto: REUTERS/Michael Dalder)
Di laga ini, Inggris juga menunjukkan opsi lain dalam memanfaatkan bola atas. Tahu bahwa garis pertahanan Swedia cukup tinggi ketika menyerang, tiap kali berhasil merebut bola, pemain belakang Inggris akan langsung melepas umpan panjang ke depan. Tujuannya adalah Sterling.
Sterling yang punya kecepatan diharapkan bisa menghadirkan petaka bagi lini pertahanan lawan. Hal itu memang terbukti. Hanya saja, penyelesaian akhir yang buruk dari pemain Manchester City itu membuat Inggris gagal mendapatkan gol.
Tapi, beruntung bagi Inggris, mereka berhasil mencuri satu gol lain via duel udara melalui keunggulan jumlah pemain di kotak penalti lawan plus pergerakan tanpa bola yang apik. Tengok saja proses gol Dele Alli dan lihatlah bagaimana mereka dengan cerdik mampu mengelabui pemain belakang Swedia yang jangkung-jangkung itu dengan gerakan ciamik.
ADVERTISEMENT
***
Pada akhirnya, ini adalah soal efektivitas dan kejelian dalam memaksimalkan serangan. Sementara Swedia tak punya banyak opsi melancarkan serangan, Inggris justru jitu dalam memaksimalkan kelebihan mereka dalam situasi sepak pojok dan pergerakan liat para pemainnya dalam memaksimalkan umpan-umpan lambung.