Analisis: Real Madrid yang Adaptif terhadap Perubahan

26 April 2018 9:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kimmich dan Lewandowski di laga vs Madrid. (Foto: REUTERS/Michael Dalder)
zoom-in-whitePerbesar
Kimmich dan Lewandowski di laga vs Madrid. (Foto: REUTERS/Michael Dalder)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam sebuah pertandingan sepak bola, kemampuan beradaptasi terhadap sebuah perubahan adalah hal yang mutlak dimiliki. Beradaptasi akan perubahan sama saja dengan membuka jalan menuju kemenangan. Ini yang berhasil ditunjukkan Real Madrid.
ADVERTISEMENT
Madrid sukses membuka jalan mereka untuk lolos ke babak final lewat kemenangan 2-1 atas Bayern Muenchen di laga leg pertama babak semifinal Liga Champions musim 2017/2018. Laga ini sendiri dihelat di Stadion Allianz Arena, Kamis (26/4/2018) dini hari WIB, menyajikan sebuah pertandingan yang cukup seru.
Kenapa seru? Di awal-awal laga, kedua tim tampak bermain imbang. Tekanan silih berganti yang dilakukan oleh kedua tim sempat membuat laga berjalan cukup seru selama kurang lebih 20 menit.
Namun, perlahan-lahan, ada beberapa situasi yang mulai mengubah jalannya pertandingan dan memaksa kedua tim untuk beradaptasi. Ciamiknya, Madrid mampu beradaptasi dengan segala perubahan yang terjadi tersebut.
Keluarnya Arjen Robben
Dalam pertandingan ini, Bayern dipaksa menggunakan jatah dua pergantian pemainnya lebih cepat. Arjen Robben dan Jerome Boateng sudah ditarik sejak babak pertama akibat cedera. Bila dibandingkan, keluarnya Robben yang paling berpengaruh untuk Bayern.
ADVERTISEMENT
Ketika Robben mengalami cedera dan ditarik keluar, dia digantikan oleh Thiago Alcantara. Hal ini berpengaruh kepada permainan Bayern secara keseluruhan. Memang kuasa di lini tengah benar-benar mereka pegang. Aliran bola Bayern pun berjalan dengan lancar karena tugas mengalirkan bola tidak hanya diemban oleh James Rodriguez.
Masalahnya ada pada opsi serangan Bayern. Mereka gagal beradaptasi dengan keluarnya Robben dalam upaya mereka untuk membongkar pertahanan Madrid. Begitu Robben keluar, Bayern langsung mengubah formasi dasar mereka dari 4-2-3-1 menjadi 4-1-4-1. Awalnya, mereka ingin tetap menjaga keseimbangan serangan di sisi kanan dan kiri.
Meski sudah dimodifikasi sedemikian rupa, pada akhirnya serangan Bayern menjadi terlalu terpusat ke sisi kiri (walau gol sendiri lahir dari Kimmich di sisi kanan). Terpusatnya serangan Bayern ini sudah ditebak oleh para pemain Madrid, sehingga mudah pula dihentikan. Mereka juga gagal melepas serangan dari tengah, karena Robert Lewandowski kerap dijaga ketat oleh para bek Madrid.
ADVERTISEMENT
Keluarnya Robben menjadi pangkal dari lebih aktifnya serangan Bayern dari sisi kiri. Situasi ini sukses dimanfaatkan oleh Madrid. Mereka beradaptasi dan menyadari bahwa serangan mulai lebih banyak ditekankan di sisi kiri, terutama di babak kedua. Hal inilah yang sukses dimanfaatkan Madrid ketika mereka mencetak gol kedua.
Situasi Imbang di Babak Kedua
Gol yang sudah dicetak Kimmich di pertengahan babak pertama sukses disamakan oleh Marcelo satu menit jelang babak pertama usai. Babak kedua dimulai dengan sebuah situasi imbang. Di sinilah terlihat Madrid yang mulai mampu beradaptasi.
Diawali dengan masuknya Marco Asensio, Madrid mulai merespons apa yang terjadi dalam situasi imbang ini. Mereka membiarkan Bayern menguasai laga. Bayern yang memiliki sosok Thiago dan James di atas lapangan, langsung menguasai babak kedua dengan begitu mudah. Mereka jarang memberikan kesempatan kepada para pemain Madrid untuk menguasai bola.
ADVERTISEMENT
Namun, keunggulan bagi Madrid datang dari sini. Mereka memang tidak menguasai bola, tapi secara perlahan-lahan tetap menekan para pemain Bayern, terutama yang sedang menguasai bola di lini pertahanan. Tekanan tidak kelewat agresif, dan baru beralih menjadi agresif jika ada sedikit kesalahan kontrol bola yang dilakukan oleh para pemain Bayern.
Kepasifan Madrid ini langsung berbuah positif. Bayern memang meningkatkan intensitas tekanan mereka di babak kedua, tapi tak kunjung dapat menjebol gawang Madrid. Sedangkan Madrid, setelah paham cara menghentikan serangan Bayern, mereka mulai beberapa kali mencoba upaya serangan balik ketika ada kesempatan.
Dua di antaranya berbuah gol, walau satu dianulir karena offside. Masuknya Karim Benzema dan Mateo Kovacic di pertengahan babak kedua pun hanya menjadi pelengkap dan penyeimbang permainan pada akhirnya.
ADVERTISEMENT
Sejak menjadi juara Liga Champions musim 2015/2016, Madrid memang sudah dikenal sebagai tim yang mampu beradaptasi terhadap perubahan dengan baik. Hal inilah yang mengantarkan mereka sukses mematahkan 'kutukan' Liga Champions dengan menjuarainya dua musim berturut-turut, 2015/2016 dan 2016/2017.
Kemampuan ini tercermin kembali pada ajang Liga Champions musim 2017/2018. Adaptasi pelatih Madrid, Zinedine Zidane, dan para pemainnya terhadap perubahan keadaan dalam sebuah pertandingan acap mengantarkan mereka pada kemenangan. Ini yang menjadi kekuatan mereka.
Hal inilah yang harus dipikirkan matang-matang oleh Bayern sebagai bekal di leg kedua nanti. Tidak hanya waspada terhadap Ronaldo, tapi juga harus waspada terhadap perubahan yang mungkin tiba-tiba saja dilakukan Zidane.