Analisis: Roma Buntung, Liverpool Untung

3 Mei 2018 9:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wijnaldum dijaga oleh Kolarov. (Foto: Reuters/Carl Recine)
zoom-in-whitePerbesar
Wijnaldum dijaga oleh Kolarov. (Foto: Reuters/Carl Recine)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perjalanan AS Roma di Liga Champions 2017/18 harus berhenti di tangan Liverpool. Meski menang 4-2 pada leg II semifinal, Kamis (3/5/2018) dini hari WIB, Roma gagal melangkah ke partai puncak karena kalah dengan agregat 6-7.
ADVERTISEMENT
Liverpool unggul melalui gol Sadio Mane pada menit kesembilan. Roma menyamakan kedudukan enam menit berselang setelah James Milner mencetak gol bunuh diri. Gol Georginio Wijnaldum membuat babak babak pertama berakhir dengan skor 2-1.
Roma mengubah gaya permainan ketika memasuki interval kedua. Tujuh menit berjalan, Edin Dzeko mengubah skor menjadi 2-2. Dua gol Il Giallorossi lainnya diciptakan oleh Radja Nainggolan saat laga memasuki menit ke-86 dan masa injury time.
Dalam laga yang digelar di Olimpico ini, Eusebio Di Francesco tak mengubah pola regulernya. Meski demikian, absennya beberapa pemain pilar membuat beberapa nama cadangan, seperti Lorenzo Pellegrini dan Stephan El Shaarawy, bermain sejak menit pertama.
Hal serupa juga dilakukan oleh Juergen Klopp. Usai mengistirahatkan beberapa pemain di ajang Premier League, ia kembali menggunakan pola 4-3-3 yang diisi oleh Sadio Mane, Roberto Firmino, dan Mohamed Salah.
ADVERTISEMENT
Sejak laga dimulai, Roma dan Liverpool sama-sama punya inisiatif untuk melakukan pressing guna merebut bola dari lawan. Kedua kesebelasan tampak tak sedikit pun membiarkan lawan membangun serangan secara leluasa dan variatif dari daerah pertahanannya.
Perbedaan kedua kesebelasan baru tampak berbeda ketika menguasai bola. Roma tak terburu-buru untuk mengirimkan umpan ke depan. Mereka coba bersabar sembari menunggu lengahnya lini belakang Liverpool dan kreativitas pemain depan untuk mencari ruang.
Selain itu, mayoritas umpan dari belakang selalu diarahkan ke El Shaarawy yang menjadi tumpuan serangan. Pemain keturunan Italia tersebut pada akhirnya menjadi pemain yang paling aktif di pertahanan Liverpool dengan menerima 51 umpan.
Liverpool berusaha menyerang dengan cara yang lebih cepat dan pragmatis. Mereka banyak mengirimkan umpan terobosan ke sepertiga terakhir pertahanan Roma, kemudian mengajak Kostas Manolas dan kolega beradu kecepatan.
ADVERTISEMENT
Upaya yang dilakukan oleh Liverpool ternyata menunjukkan hasil yang diinginkan. Liverpool beruntung karena mereka memiliki Mane dan Salah yang terbilang cepat. Selain itu, Jordan Henderson dkk. juga diuntungkan oleh banyaknya kesalahan pemain Roma saat bertahan.
Sementara itu, penyebab gagalnya strategi yang digunakan oleh Roma adalah kedisplinan pemain Liverpool ketika bertahan. Hampir semua pemain Liverpool selalu berada di sepertiga terakhir pertahanan dan melakukan penjagaan kepada pemain lawan.
Roma ketiban sial saat Liverpool mampu mencetak dua gol lewat skema yang tak terlalu rumit. Di sisi lain, anak asuh Di Francesco harus mencoba beberapa pola serangan untuk mencetak satu-satunya gol di babak pertama pertandingan ini.
AS Roma vs Liverpool (Foto: Max Rossi/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
AS Roma vs Liverpool (Foto: Max Rossi/Reuters)
Gaya permainan Roma baru berubah ketika pertandingan memasuki babak kedua. Ketika pada babak pertama mereka lebih banyak mengirimkan umpan-umpan pendek, maka di babak kedua, umpan yang mereka lepaskan mayoritas adalah umpan panjang.
ADVERTISEMENT
Pilihan ini sempat mengejutkan Liverpool. Pada awal babak kedua, mereka bahkan sempat kewalahan. Namun, Klopp langsung melakukan perubahan dengan melibatkan beberapa pemain untuk memotong umpan, baik di dekat pengirim maupun penerima.
Apa yang dilakukan oleh Klopp membuat Di Francesco tak punya pilihan lain kecuali kembali memanfaatkan El Shaarawy. Masalahnya, eks pelatih Sassuolo tersebut tak mengubah gaya bermainnya untuk mengirimkan umpan silang.
Gaya bermain Roma baru benar-benar berubah saat Cengiz Under, Mirko Antonucci, dan Maxime Gonalons dimasukkan. Mereka menggantikan Pellegrini, Daniele De Rossi, dan El Shaarawy. Ketiganya langsung memberikan pengaruh besar.
Liverpool sebenarnya tak terlalu dirugikan oleh pergantian Roma. Pergantian ini seharusnya dilakukan lebih awal karena sebelum tiga pemain tersebut masuk, serangan dan aliran bola Roma ke pertahanan Liverpool tampak begitu buntu.
ADVERTISEMENT
Kecenderungan Gonalons untuk terus bergerak di daerah permainan lawan membuat Liverpool kesulitan. Beberapa kali ia mendapatkan bola di depan kotak penalti The Reds dan beberapa kali juga ia melepaskan sepakan usai tak mendapatkan kawalan.
Keberadaan Under dan Antenucci membuat sayap-sayap Roma bisa bekerja sebagaimana mestinya. Kemampuan dua pemain tersebut dalam melakukan dribel membuat Roma punya makin banyak opsi ketika mendapatkan bola di sepertiga terakhir pertahanan Liverpool.
Langkah Di Francesco memasukkan tiga pemain tersebut membuat pertahanan Liverpool kacau dan goyah. Pada akhirnya, dua gol diciptakan oleh Nainggolan akibat satu kesalahan yang sama: tak adanya penjagaan ketat di pertahanan Liverpool.