Ancelotti, Allegri, dan Spalletti di Mata Lippi

1 November 2018 20:25 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lippi di Piala Dunia 2008. (Foto: ARIS MESSINIS / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Lippi di Piala Dunia 2008. (Foto: ARIS MESSINIS / AFP)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Serie A musim 2018/19 baru berjalan 10 laga, namun, sudah ada tiga nama yang muncul menjadi kandidat juara Serie A: Juventus, Inter Milan, dan Napoli. Ketiga pelatih di tim tersebut pun mendapat pujian dari Marcello Lippi, mantan pelatih Timnas Italia.
ADVERTISEMENT
Karier kepelatihan Lippi di Italia bisa terbilang panjang. Selain kesuksesannya bersama Juventus dalam dua kurun masa kepelatihan (1994-1999 dan 2001-2004) dengan total raihan 13 trofi, Lippi juga pernah menangani tim-tim kecil di Italia macam Pontedera, Siena, Pistolese, Carrarese, Cesena, dan Luchese. Napoli menjadi tempat awalnya merasakan atmosfer Serie A sebagai pelatih.
Dengan segala pengalamannya, selain meninggalkan warisan yang masih dikenang oleh sepak bola Italia, Lippi pun tahu jenis-jenis pelatih di Serie A sekarang dan bagaimana karakternya. Dia pun mengomentari tiga pelatih yang sekarang sukses mengantarkan timnya masing-masing ke posisi tiga teratas klasemen sementara Serie A: Massimiliano Allegri (Juventus), Luciano Spalletti (Inter Milan), dan Carlo Ancelotti (Napoli).
"Apakah Anda percaya jika ketiganya (Allegri, Spalletti, dan Ancelotti) mirip dengan saya? Mereka bertiga mengingatkan saya akan diri saya sendiri saat masih melatih di Italia," ujar Lippi kepada Corriere dello Sport, dilansir Football Italia.
ADVERTISEMENT
Lalu, Lippi pun pelan-pelan menjabarkan ketiga pelatih tersebut berdasarkan sudut pandangnya sendiri. Baik itu Spalletti, Allegri, dan Ancelotti dia jabarkan kelebihan dan kekurangannya. Untuk Allegri, dia merasa bahwa selain karena sama-sama berasal dari Tuscan, ada kemiripan lain yang membuat mereka acap dibandingkan.
"Mungkin kenapa saya sering disamakan dengan Allegri adalah perkara usia kami saat menangani Juventus. Dia, seperti saya, datang ke Juventus saat masih berusia 46 tahun dan langsung memenangi gelar Serie A di musim pertama," ujar Lippi.
Sedangkan untuk Ancelotti dan Spalletti, dia menyebut bahwa ada kesamaan yang membuat keduanya acap dikaitkan dengan dirinya: pendekatan individual yang baik. Lippi menilai baik itu Ancelotti dan Spalletti dapat membuat para pemainnya merasa memiliki tim, karena memang selalu diajak diskusi bersama.
ADVERTISEMENT
"(Carlo) Ancelotti memiliki keuntungan karena pernah menjadi pemain dan pelatih dari tim besar. Tim besar biasanya punya mentalitas seperti ini: menang adalah kewajiban, kalah itu memalukan. Dia tahu itu. Maka, dia mengurus tim, membuat para pemainnya betah, dan menciptakan sebuah sintesis," ujar Lippi.
Pelatih Napoli, Carlo Ancelotti, memberikan instruksi kepada para pemainnya. (Foto: Reuters/Ciro De Luca)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Napoli, Carlo Ancelotti, memberikan instruksi kepada para pemainnya. (Foto: Reuters/Ciro De Luca)
"Untuk (Luciano) Spalletti, dia berhasil membuat para pemain Inter Milan menyadari kekuatan mereka sendiri. Spalletti berhasil menyadarkan mereka bahwa mereka adalah tim besar. Dia juga sukses membuat rasa kesatuan terbentuk di tim, sama seperti Ancelotti," tambahnya.
Menarik memerhatikan pendapat dari Lippi mengenai sosok tiga pelatih yang sekarang sukses membawa timnya duduk di papan atas Serie A ini. Tapi, dari penjabarannya di atas, Lippi pun seolah memberikan sebuah prediksi tentang siapa sebenarnya sosok yang sangat mirip dengan dirinya.
ADVERTISEMENT
Menilik penjelasan dari Lippi, sebenarnya sosok yang benar-benar mirip dengannya adalah Ancelotti. Pengalamannya main di tim besar dan melatih tim besar membuatnya memiliki mentalitas kemenangan, tapi dia juga tidak lupa untuk menambah elemen penting berupa persatuan dalam tim dengan pendekatan individu yang baik.
Hal ini yang sekarang Ancelotti terapkan di Napoli. Dia sukses menyatukan tim, sehingga sepeninggal Maurizio Sarri, Napoli tidak terguncang. Malah, Napoli dibuat jadi berbeda dengan banyaknya opsi permainan yang dia ciptakan. Beda dengan Allegri yang mungkin tidak menerapkan pendekatan individu yang kelewat baik, serta Spalletti yang kerap bingung menyajikan opsi lain untuk permainan Inter.
Ya, intinya, warisan dari Marcelo Lippi ini masih terasa di Italia, terutama Serie A.
ADVERTISEMENT