Antara Sani Riski, Evan Dimas, dan Luka Modric

22 Februari 2019 16:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain Timnas U-22, Gian Zola berebut bola dengan rekannya Sani RIzki (kanan) dalam latihan menjelang pertandingan Sepak Bola AFF U-22 di lapangan AUPP Sport Club, Phnom Penh, Kamboja. Foto: Antara/Nyoman Budhiana
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Timnas U-22, Gian Zola berebut bola dengan rekannya Sani RIzki (kanan) dalam latihan menjelang pertandingan Sepak Bola AFF U-22 di lapangan AUPP Sport Club, Phnom Penh, Kamboja. Foto: Antara/Nyoman Budhiana
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Memiliki anutan dalam pelbagai hal memang sebuah hal yang wajar. Kadang, kita memang perlu meniru untuk bisa tahu sejauh mana kemampuan dan kebisaan kita. Tak perlu malu-malu karena itu bukan suatu hal yang tabu.
ADVERTISEMENT
Kamboja siang itu begitu terik. Temperatur di gawai saya menunjukkan angka 34 derajat celsius. Panas yang menusuk kulit itu bukan hanya saya yang merasakan. Beberapa teman sesama awak media juga mengeluh soal panasnya Kamboja.
Saya dan seorang teman saya tiba di Phnom Phen Hotel pada pukul 11.30 waktu Kamboja. Kami bersiap untuk mengikuti Salat Jumat di Masjid Al-Serkal siang itu. Salah satu masjid besar yang ada di Kamboja.
Masjid tersebut tak jauh dari hotel pemain Timnas U-22 menginap. Maka dari itu, saya kemudian menunggu di lobi untuk bisa melihat para pemain menuju hotel.
Karena hanya berjarak 100 meter dari hotel, pemain-pemain berjalan menuju tempat ibadah. Mereka tak bergerombol. Ada yang sendiri-sendiri, berdua, atau bertiga.
ADVERTISEMENT
Coach Indra Sjafri yang menggunakan kaus hitam datang lebih awal ke masjid. Sampai di masjid pelatih asal Sumatera Barat itu disapa oleh pendukung Indonesia.
Masjid Al Serkal Kamboja. Foto: Akbar Ramadhan/kumparan
Kemudian, baru pemain-pemain yang datang ke masjid. Rafi Syaharil datang bersama Andy Setyo. Andy menggunakan baju koko berwarna biru, sementara Rafi memakai kaos hitam dengan celana training.
Tak lama, Satria Tama dan Rachmat Irianto yang datang. Mereka datang berdua karena kebetulan berada di kamar yang sama. Yang mencuri perhatian saya ialah Sani Riski Fauzi. Pemain Bhayangkara FC ini datang sendiri dengan baju koko putih dan celana pangsi berwarna hitam.
Saya menyapa Sani dengan santai. "Sendirian aja, San?"
"Iya, bang, soalnya saya di kamar sendiri," ujar Sani.
ADVERTISEMENT
Sani kemudian langsung masuk ke masjid dan mengambil barisan solat di depan. Jam salat di Jakarta dan Phnom Penh sedikit berbeda. Di Phnom Penh, azan zuhur berkumandang sekitar pukul 12.20. Khutbah pun menggunakan bahasa setempat yang membuat saya bingung.
Salat pun selesai sekitar pukul 13.00. Saya kemudian menunggu di luar masjid dan menunggu para pemain. Lagi-lagi saya bertemu dengan Sani. Kali ini dia tampak bingung mencari sandal yang ia bawa tadi.
"Kayaknya sandal tertukar, nih, bang. Ada juga sandal yang sama di sini, ini kegedean," cerita Sani dengan logat Sundanya.
Saya menemani Sani berjalan ke Hotel. Pemain berposisi gelandang ini sangat antusias dengan pertanyaan-pertanyaan yang saya lontarkan. Saya mulai bertanya mengenai Kota Phnom Penh yang sudah hampir sepekan ia kunjungi.
ADVERTISEMENT
"Saya belum ke mana-mana ini, bang, tidak sempat juga karena jadwal begitu padat. Paling hanya ke supermarket doang sama Billy (Billy Paji Keraf)," ujar Sani.
"Penasaran juga sih naik ini. Tapi, di sini lebih panas dibanding di Indonesia, kemarin lapangan panas. Nanti main malam, nih, semoga adem," tutur Sani sambil menunjuk Rickshaw --kendaraan khas Kamboja.
Masjid Al Serkal Kamboja. Foto: Akbar Ramadhan/kumparan
Kemudian saya mulai bertanya mengenai kegiatannya selama di dalam kamar. Tak banyak kegiatan yang dilakukannya selain beribadah dan beristirahat.
"Paling main handphone aja di kamar. Kebetulan orang tua hampir setiap hari menelepon. Saya juga baca buku biografinya (Andrea) Pirlo, kemarin sebelum ke sini ada yang ngasih," ucap Sani.
Kendati membaca buku soal Pirlo, bukan berarti Sani mengidolakan eks pemain Juventus dan AC Milan tersebut. Sani memiliki sendiri dua pemain idola yang menjadi panutannya dalam bermain sepak bola.
ADVERTISEMENT
"Pemain idola dalam apa luar, nih? Kalau dalam saya suka Evan Dimas. Sayang, saya belum sempat main bareng beliau karena waktu dia di Bhayangkara saya masih di U-19," kata Sani.
Lantas, bagaimana dengan pemain luar negeri? Sani memilih jenderal lapangan tengah Real Madrid sebagai idolanya.
"Kalau luar saya suka Luka Modric. Wah, kerenlah mainnya, tenaganya bagus dan posisinya hampir mirip kaya saya," cerita Sani.
Perjalanan saya dan Sani berakhir. Di pengujung atau tepatnya di depan pintu hotel, Sani meminta doa dan dukungan rakyat Indonesia. Sani juga sangat ingin diberikan menit bermain oleh pelatih Indra Sjafri.
"Semoga nanti saya diberi kesempatan dan bisa meraih hasil yang maksimal," tutup Sani.
ADVERTISEMENT