Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Apakah Gonzalo Higuain Akan Menjawab Kebutuhan Milan?
31 Juli 2018 14:13 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Proyek pemulangan Leonardo Bonucci sedang dijalankan. Setelah semusim berpaling ke AC Milan, Juventus mengklaim bahwa pemain berusia 31 tahun itu ingin kembali bermain untuk mereka.
ADVERTISEMENT
Untuk mencapai kesepakatan, Juve sebelumnya sudah menyodorkan Medhi Benatia dan Marko Pjaca. Namun, tawaran itu ditolak. Baru setelah 'Si Nyonya Tua' menyodorkan Mattia Caldara dan Gonzalo Higuain, Milan akhirnya bersedia, setidaknya demikianlah yang dikabarkan Sky Sports Italia.
Di sini kami belum akan membahas Caldara dan akan lebih dulu menakar kontribusi Higuain nantinya. Lantas, sebarapa pentingkah Higuain bagi Milan?
Keinginan Milan terpapar jelas; mereka haus akan figur mesin gol. Hanya 56 gol yang mereka ciptakan sepanjang Serie A periode 2017/2018, terbanyak ketujuh di antara kontestan lainnya.
Melego Carlos Bacca menjadi kesalahan terbesar Milan. Nyatanya mereka tak mampu menemukan penyerang ideal untuk menggantikan peran penyumbang gol terbanyak Milan di edisi 2015/2016 dan 2017/2018 tersebut.
ADVERTISEMENT
Mahar 38 juta euro yang dikeluarkan untuk memboyong Andre Silva cuma terbayar dengan sepasang gol di Serie A musim lalu. Nikola Kalinic, yang tampil ciamik bersama Fiorentina edisi sebelumnya, juga hanya memproduksi 6 gol.
Penyumbang gol terbanyak Milan justru lahir dari pemain muda mereka, Patrick Cutrone, lewat torehan 10 golnya. Akan tetapi, masih terlalu riskan bagi klub sekaliber Rossoneri untuk bersandar pada pemain yang konsistensinya belum teruji.
Nah, garansi konsistensi-lah yang diincar Milan dari Higuain. Bomber berjuluk El Pipita ini selalu subur sejak kedatangannya di Serie A pada musim 2013/2014.
Sejak hengkang dari Real Madrid ke Napoli lima musim silam, ia langsung moncer lewat 17 gol. Eksistensinya kembali berlanjut kala sukses 18 kali menjebol gawang lawan semusim setelahnya, dan mencapai bentuk terbaiknya pada periode 2015/2016. Tak tanggung-tanggung, Higuain menyabet gelar capocannoniere (pencetak gol terbanyak) dengan 36 gol, menyamai torehan legendaris Gino Rossetti di musim 1928/1929.
ADVERTISEMENT
Juve pun kepincut, Higuain akhirnya diangkut. Sejauh ini, pemain kelahiran Prancis itu mencetak rata-rata 20 gol per musim bagi Bianconeri. Sampai di sini, cukup membuktikan jika Higuain adalah jawaban dari kebutuhan Milan akan sosok goal getter.
Selain itu, kemampuan adaptif Higuain jadi nilai plus yang membedakannya dengan Silva maupun Kalinic. Ya, ia tak hanya piawai dalam mengonversi peluang saja, tetapi juga mampu mengakomodir serangan. Hal itu tertuang lewat 6 assist di Serie A periode terakhir.
Di musim lalu, Massimiliano Allegri cenderung memaksimalkan Paulo Dybala untuk mencetak angka, sedangkan Higuain sebagai opsi kedua. Buktinya, Dybala, yang diplot sebagai Trequartista, menjadi yang paling aktif dalam melepaskan tembakan dengan rata-rata 3,5 per laga --unggul dari Higuain yang cuma mengukir 2,9.
ADVERTISEMENT
Setali tiga uang dengan Juve, Milan juga cenderung bertumpu pada para winger untuk mencetak angka. Hakan Calhanoglu dan Suso tak hanya bekerja sebagai penyisir tepi lapangan, tetapi juga dituntut untuk aktif dalam melepaskan tembakan. Itulah mengapa mereka menjadi penggawa Milan yang paling tinggi dalam intensitas tembakan dengan rata-rata 2,8 di tiap pertandingan.
Bukan rahasia lagi bahwa Gennaro Gattuso menggunakan lini kedua untuk mencetak angka. Alasannya jelas, demi mengantipasi mandulnya penyerang utama dan untuk perkara ini, Giacomo Bonaventura jadi rajanya karena sukses mengemas 8 gol. Jadi yang dibutuhkan Milan saat ini adalah penyerang yang klinis sekaligus kontributif, memperbanyak opsi untuk lini kedua.
ADVERTISEMENT
Oke, Juve memang tak intens dalam mengaplikasi skema dasar 4-3-3 dibanding Milan. Namun, itu bukan jadi halangan bagi Higuain. Sebab, ia telah terbiasa dengan formasi itu saat masih berseragam Napoli.
Di musim 2015/2016, misalnya, Maurizio Sarri menggeber sepasang winger-nya, Lorenzo Insigne dan Jose Callejon, sebagai juru gedor --serupa dengna trik Gattuso. Bedanya, pelatih yang kini membesut Chelsea itu lebih moncer karena didukung lini tengah yang mumpuni.
Pada musim tersebut, dengan Higuain masih berada di dalam skuatnya, Insigne dan Callejon berhasil menyarangkan 19 gol bila dikalkulasi. Sementara itu, Higuain tak hanya terpatok pada torehan 36 golnya saja, tetapi juga membuat rata-rata 1,5 umpan kunci per laga. Untuk seorang penyerang yang ditugasi untuk mencetak gol, angka itu terhitung tinggi.
ADVERTISEMENT
Keabsahan teraktual Higuain sebagai pembagi bola tertuang dengan 6 assist-nya di Serie A musim terakhir. Di Juventus, ia hanya kalah dari Douglas Costa dan Miralem Pjanic. Kemampuan itu pula yang membawa Higuain ke Rusia bersama Tim Nasional Argentina pada Piala Dunia 2018 lalu.
Secara garis besar Higuain adalah apa yang dibtuhkan Milan saat ini: Seorang penyerang haus gol. Selain itu, Higuain juga bisa menjadi opsi untuk mengkreasikan peluang di sepertiga akhir lapangan jika melihat catatannya bersama Napoli dan Juventus.