Azrul Ananda Sebut Candra Wahyudi Banyak Jasa buat Persebaya

16 Agustus 2019 18:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para pemain Persebaya merayakan gol. Foto: Dok. Media Persebaya
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain Persebaya merayakan gol. Foto: Dok. Media Persebaya
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Candra Wahyudi menjadi kambing hitam kekalahan 0-4 yang diderita 'Bajul Ijo' saat bersua Arema FC. Manajer Persebaya itu dicaci oleh Bonek dan dicap sebagai pengkhianat.
ADVERTISEMENT
Jejak digital masa lalu milik Candra—banyak pihak menyebut tahun 2008—mengenakan kupluk Arema menjadi biang keladi. Seruan #CandraOut langsung mengemuka. Tak cuma Candra, Nanang Priyanto (media officer) juga diminta mundur oleh Bonek.
Dua nama itu menjadi sasaran tembak. Buntutnya, Bonek melayangkan protes dengan menggelar demonstrasi mengepung kantor pemasaran Persebaya pada Kamis (15/8/2019).
Sayang, protes tak berlangsung kondusif. Bonek merampas telepon genggam karyawan kantor pemasaran Persebaya sekaligus melakukan penganiayaan. Kericuhan terhenti setelah Presiden 'Bajul Ijo', Azrul Ananda, berdiri di kerumunan Bonek. Ia mencoba menenangkan.
Sehari berselang, Jumat (16/8), Azrul menggelar konferensi pers. Ia mengungkapkan kekecewaannya dengan perilaku suporter Persebaya kemarin malam.
“Ketika saya mendatangi kerumunan, saya menyampaikan rasa terima kasih bahwa mereka menunjukkan rasa cinta kepada Persebaya. Siapa pun yang mencintai Persebaya pasti sedih dengan kondisi saat ini," tutur Azrul.
ADVERTISEMENT
"Namun, keputusan terbaik tidak lahir dengan emosi. Saya tidak suka cara negatif Bonek. Ada karyawan saya yang dipukul dan dirampas handphone-nya. Suporter Persebaya yang benar tidak seperti itu,” tambahnya.
Azrul langsung pasang badan di depan protes Bonek malam itu. Ia merasa paling bertanggung jawab atas menurunnya performa 'Bajul Ijo'. Ia bersikeras bertahan bersama kerumunan Bonek. Setelah memastikan kantor pemasaran Persebaya aman dan Bonek pergi, Azrul baru balik kanan.
“Kalau mengklaim suporter paling maju maka caranya juga paling maju. Saya yang bertanggung jawab atas karyawan saya dan Persebaya. Saya ini presiden klub. Saya punya prinsip melindungi karyawan dan mereka yang bekerja di Persebaya,” katanya.
Azrul juga menghadapi lantang cacian yang mengarah kepada Candra dan Nanang. Ia menyebut tuntutan perombakan manajemen seperti protes titipan.
ADVERTISEMENT
“Di sepak bola kita ini orang melupakan pengorbanan dan jasa karena hal kecil. Mereka juga belum tentu tahu benar. Justru ada pihak-pihak yang menginginkan perpecahan," ucapnya.
Rombongan Bonek pulang usai Kongres PSSI. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
"Banyak yang menginginkan Persebaya. Ada yang tidak suka dengan pengelolaan yang saya lakukan. Ada juga yang suka. Sejarah menunjukkan perubahan mendadak dan tidak logis, memakai emosi, tidak menyelesaikan masalah,” jelas Azrul.
Pengorbanan dan jasa yang dimaksud Azrul mengarah kepada Candra dan Nanang. Ia berkilas balik mengungkapkan alasan mengapa berani mengambil alih Persebaya.
Pada pertengahan 2016 pria 42 tahun itu awalnya tak tertarik saat ditawari untuk mengakuisisi 'Bajul Ijo'. Pasalya, kondisi Persebaya sedang tak enak. Terjadi perpecahan dalam upaya mengambil alih Persebaya. Selain itu, klub memiliki banyak utang dan belum diakui PSSI.
ADVERTISEMENT
Azrul lantas melihat Candra begitu memperjuangkan Persebaya. Ia ingin klub diselamatkan dan tak ingin jatuh ke orang yang salah. Dia bersedia. Banyak proses perjuangan di balik layar, kata Azrul, yang tidak terekspose.
“Dalam memperjuangkan kembalinya Persebaya tidak cuma aksi turun ke jalan. Ada perjuangan di ruang pertemuan yang tidak kelihatan. Apabila tak ada Mas Candra, tidak akan ada Persebaya. Candra yang paling berjuang,” katanya.
Amido Balde, penyerang Persebaya. Foto: Dok. Media Persebaya
Candra lantas ditunjuk direktur tim saat 'Bajul Ijo' diakui PSSI. Berawal dari Liga 2 dengan segala tantangannya, menurut Azrul, Candra menghadapi masalah satu per satu dengan akal sehat.
Juara Liga 2 pun direngkuh pada 2017. Candra menjadi orang kepercayaan Azrul lantaran mampu menerapkan visi dan misi sang presiden dengan baik. Begitu naik kelas ke Liga 1, Candra menghadapi dilema. Ia bingung antara memilih pekerjaan atau kembali bergabung dalam manajemen Bajul Ijo.
ADVERTISEMENT
“Saya kembali minta tolong Candra di Liga 1 2018. Dia rela meninggalkan pekerjaan dengan gaji besarnya dan memilih melangkah penuh risiko bersama saya. Nanang juga berjasa membenahi manajemen dari sisi organisasi," kenang Azrul.
"Candra tak pernah ingin keluar ke publik. Dia menyuruh saya di depan. Kita tak boleh melupakan jasa mereka. Tahun lalu dan ini semua sudah bekerja profesional,” bebernya.
Azrul tak main-main memilih orang kepercayaan. Candra nyatanya menjadi orang yang paling sibuk dalam membenahi tim. Polemik pemecatan Djadjang Nurdjaman juga bukan tiba-tiba. Azrul mengungkapkan rencana evaluasi sudah dirancang Candra.
“Rencana sudah dari beberapa minggu lalu. Saya perintahkan Candra untuk melangkah. Meski begitu ia masih tenang. Ia masih bilang ke coach (Djanur), ayo, kita kerja dengan baik. Itu terjadi tujuh gim sebelumnya. Kami sudah melakukan evaluasi tanpa disuruh suporter. Dia juga yang menyiapkan opsi pelatih dan pemain,” ujar Azrul.
ADVERTISEMENT
Pelatih Persebaya, Djadjang Nurdjaman (kiri). Foto: Angga Putra/kumparan
Catatan positif Candra ternyata tak sedikit. Ia juga menjadi orang yang menyiapkan bisnis, mengatur keuangan, dan mengelola organiasi klub. Bahkan, Candra memastikan gaji dan bonus tidak pernah terlambat serta fasilitas pemain tidak terganggu.
“Saya bukan orang yang percaya gosip. Persebaya selalu bisa menyelesaikan masalah dengan tenang. Pelatih yang membawa kami juara Liga 2 pun masih diberi bonus. Pemain cedera atau kontrak habis diurus hingga selesai haknya. Yang cedera diurus sampai hal-hal medisnya selesai, itu terjadi kepada Robertino Pugliara," tegas Azrul.
"Candra tidak pernah mengklaim pekerjaannya itu. Dan, sekarang saya sampaikan bahwa semua itu dia yang melakukan. Sulit mencari orang yang bersikap seprofesional itu,” tambahnya.
Terlepas dari cerita pengorbanan, sang presiden klub membantah soal tuduhan bahwa Candra ialah Aremania. Azrul menegaskan bahwa Candra ialah orang kelahiran Bojonegoro.
ADVERTISEMENT
“Rekam jejak digital setiap orang pernah melakukan kesalahan. Dia bukan mendukung Arema. Dari dulu dia pendukung Persibo Bojonegoro dan Persebaya. Dia bahkan jalan kaki dari stasiun menuju Stadion Gelora 10 November. Dia kuliah di Malang, memang. Sangat natural dan lumrah. Orang yang lahir di Surabaya juga bisa jadi jadi suporter klub lain. Manusiawi saja,” tutup Azrul.