Mafia Bola

Bagaimana Cara Mafia Bola Bekerja?

26 Mei 2019 14:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mafia Bola (ilustrasi) Foto: Basith Subastian/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mafia Bola (ilustrasi) Foto: Basith Subastian/kumparan
ADVERTISEMENT
Di sebuah ruangan temaram, Vito Corleone atau yang kerap dipanggil Don Corleone, tampak santai duduk di kursi berbahan kulit kebesarannya. Di hadapannya, duduk seorang pria paruh baya gempal bernama Bonasera.
ADVERTISEMENT
Dengan suara bergetar menahan amarah, Bonasera bercerita tentang paras cantik putri kesayangannya yang tercabik usai dianiaya dua teman lelakinya. Hatinya semakin terluka manakala pengadilan memutus kedua pemuda tersebut bebas dari segala tuntuan hukum.
Bonasera kemudian bangkit dan menghampiri Don Corleone. “Saya ingin mereka mati,” bisiknya.
Mendengar itu, Don Corleone bereaksi dingin. Ia tak menyanggungi permintaan tersebut.
“Berapa yang harus saya bayar?” tanya Bonasera menegaskan.
Masih dengan mimik wajah datar, Don Corleone seketika bangkit dari duduknya. Kali ini, dari gelagatnya, ia tampak setuju. Tentu saja, ia tak menyebutkan angka. Hanya berkata bahwa jika ada seseorang yang melukai Bonasera, maka orang itu akan dibuat menderita olehnya.
Bonasera balik bertanya, “Kita berteman?”
ADVERTISEMENT
Don Corleone sempat memalingkan wajah, kemudian menatapnya dengan tajam.
“Godfather?” tanya Bonasera lagi. Don Corleone tersenyum, disambut Bonasera dengan mencium tangan kanannya.
***
Penggalan dialog Don Corleone dengan Bonasera dalam film legendaris berjudul “The Godfather” itu, setidaknya menggambarkan bagaimana dinginnya mafia dalam bertindak. Mereka kerap bergerak dalam senyap dan bersembunyi di balik selubung.
Di dunia sepak bola, mafia sejenis dengan berbeda rupa berkeliaran. Di Indonesia, mafioso lapangan hijau itu kini tengah menjadi sorotan tajam. Sebenarnya, sudah sejak lebih dari satu dekade silam, banyak pihak yakin sepak bola Tanah Air disusupi mafia bola. Namun, tak ada yang mampu memberikan bukti karena pergerakannya yang amat rapi dan senyap.
Momentum datang menyusul dibentuknya Satuan Tugas (Satgas) Antimafia Bola oleh Polri pada Desember 2018. Hasilnya konkret, 16 orang telah ditetapkan sebagai tersangka, dengan tujuh di antaranya sudah disidang. Salah satunya ialah mantan plt Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), Joko Driyono, yang didakwa atas perusakan, penghilangan, dan penghancuran barang bukti terkait kasus mafia bola.
ADVERTISEMENT
Selayaknya mafia pada umumnya, mafioso kulit bulat ini juga memiliki beragam modus untuk mencapai tujuannya. Ada dua cara yang digunakan mafia bola dalam menjalankan aksinya yakni melakukan match fixing (pengaturan skor) dan match setting (pengaturan pertandingan).
Pengaturan skor biasanya lebih mengarah kepada perjudian. Modusnya, dalam sebuah pertandingan, skor sudah lebih dulu ditentukan sebelum atau sesudah kick-off. Sedangkan, pengaturan pertandingan hanya mencari menang dan kalah dengan men-setting permainan sedemikian rupa untuk menguntungkan sebuah tim.
Koordinator Save Our Soccer (SOS)--sebuah lembaga pemerhati isu sepak bola--Akmal Marhali, menyebut pengaturan skor sudah merambah Liga Indonesia sejak 2003 silam. Menurutnya, selama ini terdapat empat bandar yang bermain di sepak bola Indonesia. Satu orang berkewarganegaraan Malaysia dan Hong Kong, sementara dua orang lainnya berasal dari Singapura.
ADVERTISEMENT
Lantas, bagaimana modus yang mereka gunakan?
Seorang bandar biasanya akan terlebih dahulu menghubungi seorang yang memiliki jaringan kepada runner (penghubung) di Indonesia. Layaknya Don Corleone, sosok itu disebut sebagai Godfather. Bandar tersebut biasanya akan meminta saran kepada Godfather terkait runner yang akan dipakainya, tentu dengan imbalan tertentu.
Godfather juga berperan untuk membukakan pintu kepada bandar untuk masuk ke kompetisi Indonesia. Ia merupakan sosok yang sudah sangat lama berkecimpung di sepak bola nasional dan memiliki pengaruh sangat besar di kalangan para runner.
Setelah didapat, bandar akan menghubungi runner secara langsung terkait pertandingan yang ingin 'diatur', tim mana yang menang dan kalah bahkan sampai skornya. Nah, bandar itu akan menyerahkan proses selanjutnya kepada runner tersebut.
ADVERTISEMENT
Runner ini memiliki latar belakang yang berbeda. Rata-rata mereka merupakan mantan pesepak bola, manajer atau wasit. Latar belakang tersebut yang nantinya akan memengaruhi dengan siapa runner tersebut ‘bermain’.
Skema pengaturan skor (match fixing) di sepak bola Indonesia. Foto: Sabryna Putri Muviola/kumparan
“Biasanya runner akan memilih orang yang memiliki kedekatan dengannya. Misalkan, mantan pemain atau wasit, biasanya akan mendekati pemain atau wasit untuk ‘bermain’. Cukup jarang runner berhubungan dengan orang yang tidak memiliki garis kedekatan karena akan berisiko,” ujar Akmal ketika berbincang dengan kumparanBOLA.
Setelah mendapatkan targetnya, runner tersebut akan menentukan ‘permainannya’. Jika kepada pelatih, hal yang bisa dilakukan adalah mengotak-atik pemain yang dipasang dalam susunan pemain inti. Sementara, jika kepada manajer, maka ia akan memberikan instruksi kepada pemain kapan untuk ‘bermain’.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, ketika runner berhubungan dengan pemain, modus yang digunakan cukup banyak. Biasanya mulai dari tak boleh mencetak gol, membiarkan gawang dibobol oleh lawan, mencetak gol bunuh diri hingga memberikan penalti untuk lawan.
“Ada juga runner yang menentukan cetak gol pada menit ke berapa atau cetak gol pakai kaki kanan atau kiri atau kepala dan siapa yang dapat kartu kuning pertama. Kalau itu biasanya untuk judi,” ucap Akmal.
Seluruh penjabaran tersebut seakan terejawantahkan ke atas lapangan hijau ketika PS Mojokerto Putra (PSMP) menghadapi Aceh United pada laga pemungkas babak 8 besar pada 19 November 2018. Ketika itu, pemain PSMP, Krisna Adi Darma, diduga kuat sengaja membuang bola ketika melakukan sepakan dari titik penalti pada menit-menit akhir.
ADVERTISEMENT
Peristiwa itu kemudian menjadi sorotan karena jika eksekusi penalti itu masuk, skor menjadi 3-3, yang bakal membawa PSMP melaju ke fase semifinal. Akibat kegagalan eksekusi penalti itu, PSMP akhirnya kalah 2-3 sehingga memunculkan dugaan bahwa mereka sengaja mengalah untuk memberikan jalan Kalteng Putra--yang berada di satu grup--menuju semifinal.
Pelatih Timnas Indonesia U-19, Fakhri Husaini, mengatakan bahwa secara teknis eksekusi penalti Krisna Adi tak bisa dibenarkan. Fakhri menyatakan ada beberapa elemen yang bisa dijadikan indikasi bahwa tendangan penalti itu sengaja digagalkan.
“Itu jelas sekali seperti sengaja membuang bola. Saya lihat videonya, terutama dari angle sebelah gawang, di situ jelas sekali. Dari mulai tumpuan kaki dan posisi badan si penendang itu sudah salah. Pelatih paling bodoh di dunia sekalipun tahu akan ke mana arah tendangannya,” ucap Fakhri.
ADVERTISEMENT
Oleh Komisi Disiplin (Komdis) PSSI, peristiwa itu akhirnya direspons dengan hukuman berat. PSMP dinyatakan bersalah dan dilarang berlaga di Liga 2 2019. Sementara, Krisna Adi dihukum seumur hidup larangan beraktivitas di sepak bola Indonesia.
Keberadaan mafia bola di Indonesia pun semakin terang menyusul digelarnya persidangan terhadap enam tersangka di Pengadilan Negeri (PN) Banjarnegara, Jawa Tengah, mulai 6 Mei lalu. kumparanBOLA hadir langsung pada persidangan tersebut. Dalam dakwaannya, Jaksa Penuntut Umum (JPU) menceritakan siapa saja yang menerima aliran dana dari pihak klub Liga 3, Persibara Banjarnegara.
Keenam tersangka yang saat ini tengah menjalani sidang di PN Banjarnegara ialah Johar Lin Eng (mantan anggota Komite Eksekutif PSSI), Dwi Irianto (eks anggota Komdis PSSI), Priyanto (mantan Komite Wasit PSSI), Anik Yuni Artikasari (wasit futsal), Nurul Safarid (wasit), dan Mansyur Lestaluhu (staf Direktur Wasit PSSI).
ADVERTISEMENT
Johar Lin Eng saat menjalani sidang perdana kasus mafia bola di Pengadilan Negeri Banjarnegara, Jawa Tengah. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Namun, dalam pembacaan dakwaan disebutkan ada beberapa nama lain yang ikut terseret. Di luar enam terdakwa, ada nama Nasrul Koto, Yesayas Leihitu (anggota Komite Wasit PSSI), Papat Yunisal (anggota Komite Eksekutif PSSI), Kholik Daryanto (wasit), dan Yunita Mayasari.
Yesayas memang tak disebutkan JPU apakah menerima uang atau tidak. Namun, namanya muncul dalam kerja sama dengan Dwi Irianto untuk mengatur laga.
“Terdakwa (Dwi Irianto) memberikan instruksi ke perangkat pertandingan agar Persibara menang. Memberitahukan kepada PSSI Pusat, yaitu Nasrul Koto sebagai anggota Komite Wasit PSSI yang bertugas mengevaluasi tingkah laku wasit. Terdakwa bekerja sama dengan Nasrul karena punya kewenangan di PSSI. Adapun Yesayas Leihatu yang bertugas mengevaluasi wasit juga untuk diberitahukan kepada Yandri. Sementara Mansyur Lestaluhu menentukan penugasan perangkat pertandingan bersama Yandri,” ujar JPU.
ADVERTISEMENT
“Terdakwa mengajak kerja sama dengan Nasrul, Yesayas, dan Mansyur dengan berkata, ‘Ini ada klub yang mau naik level dan sudah disiapkan uangnya.’ Lalu, dijawab Mansyur, ‘Asalkan semuanya aman,’” lanjutnya.
Awal kisah bermula ketika mantan manajer Persibara, Lasmi Indaryani, menyerahkan uang kepada Priyanto dan Anik. Nama keduanya muncul berkat rekomendasi dari Johar Lin Eng.
Rincian biaya yang telah dikeluarkan Persibara Banjarnegara kepada orang-orang yang diduga mengatur pertandingan. Foto: Istimewa
Pemberian itu merupakan upaya Lasmi untuk menaikkan Persibara dari Liga 3 ke Liga 2 pada kompetisi musim lalu. Priyanto dan Anik kemudian mendistribusikan uang tersebut kepada Johar Lin Eng, Dwi Irianto, Mansur Lestaluhu, dan Nurul Safarid.
Lasmi sempat dimintai keterangan oleh Satgas Antimafia Bola terkait pengakuannya itu. Dari situ, kasus kemudian dikembangkan dengan dugaan penipuan dan pencucian uang.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, para mafia bola itu melawan. Melalui masing-masing kuasa hukumnya, mereka berencana akan melaporkan Lasmi dengan kasus penyuapan. Hal itu didasari inisiatif Lasmi memberikan uang kepada para tersangka untuk menaikkan Persibara ke Liga 2 2019.
Benang pun semakin kusut.
====
*Simak liputan kumparanBOLA seputar kasus mafia bola yang berawal di Banjarnegara lewat topik "Membongkar Mafia Bola".
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten