Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Kyle Walker dan John Stones sudah berusaha, tetapi mereka tetap tidak berdaya menghentikan laju Will Grigg yang sudah beberapa langkah berada di depan. Sembari menjatuhkan diri, Grigg melepaskan tembakan mendatar yang tak mampu digapai Claudio Bravo. Hanya satu gol dari satu tembakan dicetak Wigan Athletic, tetapi itu sudah cukup untuk menyingkirkan Manchester City dari perburuan gelar Piala FA musim ini.
ADVERTISEMENT
Gol itu dicetak Grigg saat waktu normal laga babak V di DW Stadium, Selasa (20/2/2018) dini hari WIB, itu tinggal menyisakan 11 menit. Hanya dua menit sebelumnya, komentator Sky Sports sudah mengeluhkan bagaimana Wigan tidak mampu memanfaatkan keunggulan jumlah pemain yang mereka miliki. Ya, ketika Grigg mencetak gol itu City memang hanya bermain dengan 10 orang usai Fabian Delph dikartu merah.
Jika tak ada gol Grigg itu, Wigan bakal harus melakoni laga ulangan di Etihad Stadium dan siapa pun tahu bahwa mengalahkan City di markasnya adalah pekerjaan yang luar biasa sulit. Tengok saja rekor mereka sepanjang musim ini. Sudah 20 kali City bermain kandang dan mereka sama sekali belum terkalahkan. Bahkan, mereka pun cuma sekali gagal merengkuh kemenangan, yakni kala ditahan Everton pada pekan kedua Premier League.
ADVERTISEMENT
Namun, kisah lama itu akhirnya terulang. Sehebat-hebatnya Manchester City, di hadapan Wigan yang mungil itu mereka tak lagi perkasa. Jika pada final Piala FA 2013 lalu Ben Watson menjadi biang keladi kekalahan City, kali ini semua puja-puji adalah milik Grigg dan Grigg seorang.
Bagi Grigg, sensasi sudah bukan barang baru. Jelang Euro 2016 silam, namanya sempat menggema sampai ke seluruh dunia berkat lagu 'Will Grigg's on Fire' yang pertama kali dikumandangkan oleh seorang suporter Wigan bernama Sean Kennedy. Oleh Kennedy, sebuah langgam lawas dari dekade 1990-an berjudul 'Freed of Desire' dikorup dan liriknya diganti dengan puja-puji untuk Grigg.
Awalnya, lagu untuk Grigg itu hanya diunggah Kennedy ke akun YouTube-nya untuk bersenang-senang saja. Akan tetapi, tak dinyana kemudian ia menjadi viral sampai akhirnya digubah secara profesional oleh grup musik Blonde. Versi Blonde inilah yang pada akhirnya sampai di kuping banyak orang dengan mencapai 10 besar tangga lagu iTunes.
ADVERTISEMENT
Sebelum Euro 2016, Grigg memang sedang panas-panasnya. Musim 2015/16 itu dia mencetak 28 gol dengan 25 di antaranya dia cetak di ajang League One. Sontak, catatan itu pun membuatnya jadi topskorer liga dan bahkan, sempat jadi salah satu nomine pemain terbaik Eropa.
Lagu 'Will Grigg's on Fire' itu pun mengiringi langkah Grigg menuju Piala Eropa yang kebetulan jadi keikutsertaan pertama Tim Nasional (Timnas) Irlandia Utara. Sayang, Grigg tidak mendapat kepercayaan cukup besar dari pelatih The Boys in Green kala itu, Michael O'Neill, yang lebih memilih memainkan Kyle Lafferty serta Conor Washington di lini depan. Grigg pun pulang dari Prancis tanpa menambah satu cap pun.
Sejak itu, nama Grigg praktis menghilang dari peredaran dan itu tidak bisa dipisahkan dari kiprah buruk Wigan di EFL Championship musim lalu. Tampil sebagai tim promosi, The Latics tak bisa berbuat banyak hingga akhirnya harus terdegradasi lagi. Catatan gol Grigg pun menukik. Dari 33 pertandingan, hanya ada 5 gol dan 2 assist yang berhasil dia kemas.
ADVERTISEMENT

Celakanya, performa kurang apik Grigg itu berlanjut sampai musim 2017/18 ini. Apa yang dilakukannya dua musim lalu tak mampu diulanginya. Sampai saat ini Grigg baru mampu menyumbangkan 9 gol dan 1 assist untuk Wigan. Dia sudah tertinggal 10 gol dari topskorer sementara League One, Jack Marriott. Bisa dimengerti jika kemudian nama Grigg tak lagi jadi buah bibir.
Akan tetapi, lain di liga, lain pula di Piala FA. Meski terseok-seok di League One, dengan satu golnya ke gawang Manchester City, Grigg saat ini merupakan topskorer sementara Piala FA 2017/18 dengan 7 golnya.
Sebelum mencetak gol ke gawang City, Grigg sudah lebih dulu mencetak gol ke gawang Fylde (3 gol), Bournemouth, dan West Ham United (2 gol). Kini, Grigg unggul satu gol atas pemain Rochdale, Ian Henderson, yang pada Minggu (18/2) membobol gawang Tottenham Hotspur.
ADVERTISEMENT
***
"Pada usia tujuh dan delapan tahun aku adalah penggemar [Aston] Villa karena semua anggota keluargaku mendukung Villa, tetapi ketika aku bergabung dengan Blues (Birmingham City, red) aku membelot," kisah Grigg pada 2010 silam kepada Birmingham Mail.
Meski kini memperkuat Timnas Irlandia Utara, Grigg tidak lahir dan besar di negara tersebut. Pada 3 Juli 1991, Grigg dilahirkan di sebuah kota kecil di wilayah Midlands, Solihull. Hanya, kakeknya memang merupakan orang Irlandia Utara, sehingga Grigg pun diperbolehkan untuk membela Timnas-nya.

Ketika kecil dulu, Grigg mengenyam pendidikan di Solihull School yang merupakan salah satu sekolah swasta terbaik di kota tersebut. Sejalan dengan pendidikan formal, pendidikan sepak bola Grigg pun pada akhirnya benar-benar dimulai di sana. Pasalnya, saat berusia 15 tahun Grigg mengalami patah kaki dan dilepas oleh akademi Birmingham City sehingga dia terpaksa hanya bermain sepak bola di sekolah.
ADVERTISEMENT
Grigg pun melanjutkan pendidikan formal sampai ke level universitas di Solihull College dan sempat menjadi bagian dari tim sepak bola Solihull Moors. Kebolehan Grigg mengolah Si Kulit Bulat akhirnya tercium oleh klub-klub yang lebih 'mapan'. Pada 2007, dia dikontrak--meski tidak secara profesional--oleh salah satu tim Midland Alliance, Stratford Town. Di tahun yang sama dia melakoni debut di Piala FA kala Stratford bermain imbang 0-0 dengan Hednesford Town.
Pencapaian Grigg ini lalu terendus oleh tim yang jauh lebih besar lagi. Salah satu raksasa Midlands, West Bromwich Albion, tertarik untuk meminangnya. Akan tetapi, Walsall kemudian memberi Grigg tawaran yang lebih menarik. Di Walsall, pemain berpostur 180 cm ini diberi beasiswa dan dia tak butuh waktu lama untuk melakoni debut di tim utama. Pada 2008, dia bermain secara profesional untuk Walsall dalam laga kontra Cheltenham Town.
ADVERTISEMENT
Di Walsall, Grigg bertahan selama lima tahun walau dia baru benar-benar jadi pemain reguler pada tahun kelimanya. Total, dari 99 penampilan di ajang League One, Grigg mampu mencetak 27 gol. Performa inilah yang membuatnya diangkut oleh tim League One lainnya, Brentford.
Karier Grigg di Brentford tidak berjalan mulus. Dia sempat kesulitan bersaing dengan Clayton Donaldson dan Marcello Trotta. Perlahan tapi pasti Grigg kemudian berhasil mencuri tempat di skuat utama dan membawa Brentford promosi ke Championship. Namun, produktivitasnya tidak terlalu bagus sehingga Grigg pun dipinjamkan ke klub Milton Keynes Dons di League One.

Semusim bersama MK Dons, Grigg mampu tampil trengginas. 44 kali bermain, 20 gol berhasil dia sarangkan. Wigan Athletic pun kepincut dan mengangkutnya dari Brentford. Bersama klub milik Dave Whelan inilah Grigg menjadi figur penting. Walau begitu, seperti yang telah terbukti pada musim 2016/17, kelas permainan Grigg memang mentok di level League One.
ADVERTISEMENT
***
"Will Grigg's on fire, your defence is terrified, Will Grigg's on fire."
Itulah potongan dari lagu 'Will Grigg's on Fire' yang sempat beken itu. Pendek kata, jika Grigg tengah berada dalam performa terbaiknya, tak ada gawang lawan yang aman dari ancaman yang dia tebar. Tiga klub Premier League sudah merasakannya musim ini dan di babak VI nanti, Grigg sudah ditunggu klub Premier League lain, Southampton.
Tentu tak ada jaminan bahwa Grigg akan kembali mencetak gol. Akan tetapi, Wigan Athletic punya keuntungan cukup besar. Selain mereka akan kembali berlaga di DW Stadium, 17 Maret 2018 mendatang, lawan yang mereka hadapi juga sedang tidak berada dalam tren performa terbaik. Saat ini, The Saints ada di zona degradasi Premier League dan gawang mereka telah kemasukan 40 kali. Artinya, walau tak ada jaminan, peluang Grigg dan Wigan cukup besar.
ADVERTISEMENT
Pertanyaannya sekarang, apakah Grigg akan kembali membara kala bersua Southampton nanti? Untuk itu, hanya waktu yang bisa menjawab.