Bayern yang Limbung Bukan Berarti Bayern yang Buruk

9 November 2018 19:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para pemain Dortmund merayakan gol. (Foto:  REUTERS/Fabian Bimmer)
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain Dortmund merayakan gol. (Foto: REUTERS/Fabian Bimmer)
ADVERTISEMENT
Bundesliga menyuguhkan hajatan akbar akhir pekan ini. Laga bertajuk Der Klassiker, dengan Borussia Dortmund dan Bayern Muenchen sebagai lakonnya.
ADVERTISEMENT
Dortmund boleh menegakkan dagunya saat menjamu Bayern di Signal Iduna Park, Minggu (11/11/2018) dini hari WIB esok. Pasalnya, mereka merupakan satu-satunya kontestan Bundesliga yang belum pernah tumbang hingga pekan ke-10.
Namun, catatan impresif tersebut tak lantas membuat Pelaith Dortmund, Lucien Favre, menyepelekan kualitas Bayern. Meski mengalami penurunan performa dibanding musim sebelumnya, Die Roten tetaplah tim besar dengan kualitas pemain yang mumpuni.
"Kami tahu bahwa kami bermain melawan tim yang sangat besar, Bayern tetaplah Bayern. Kami harus bermain sangat pintar melawan Bayern," kata Favre seperti dilansir Goal.
Berbeda dengan Dortmund yang stabil, Bayern kini sedang dilanda inkonsistensi. Awal rezim Niko Kovac berjalan meyakinkan usai sukses menyapu bersih empat laga pembuka Bundesliga.
ADVERTISEMENT
Namun, penampilan Bayern mulai angin-anginan di pengujung Oktober. Setelah cuma menggamit satu angka dari Augsburg, mereka menelan kekalahan beruntun dari Hertha Berlin serta Borussia Moenchengladbach.
Kemenangan yang dipetik dari Wolfsburg dan Mainz dalam dua pekan setelahnya juga menjadi kurang afdal karena mereka langkah kembali tertahan dari tim medioker, kali ini Freibrug.
Bayern Muenchen menutup laga melawan Freiburg dengan kekecewaan. (Foto: REUTERS/Andreas Gebert)
zoom-in-whitePerbesar
Bayern Muenchen menutup laga melawan Freiburg dengan kekecewaan. (Foto: REUTERS/Andreas Gebert)
"Kami belum tahu bagaimana kami akan bermain. Bayern baik di setiap posisi, tidak hanya dalam serangan. Kami harus bermain sangat baik, depan dan belakang, dan tidak hanya fokus pada striker."
"Kami tahu bahwa kami bermain melawan tim yang sangat bagus dengan banyak pengalaman di semua posisi dan kami ingin melakukan pekerjaan hebat - kami ingin itu di setiap pertandingan," ucap Favre lagi.
ADVERTISEMENT
Bedasarkan catatan pertemuan, Bayern lebih baik ketimbang Dortmund. Kemenangan rutin mereka raup dalam tiga perjumpaan terakhir di lintas ajang. Kuantitas gol yang diciptakan Bayern dalam rentang waktu itu juga terbilang tinggi: Rata-rata 3,6 gol per laga.
Berita baiknya --untuk Dortmund, tentu saja-- Bayern masih belum bisa menurunkan komposisi terbaiknya. Arjen Robben masih diragukan pulih tepat waktu dari cedera lutut. Andai winger yang sudah mengemas 3 gol di Bundesliga itu absen, maka Bayern akan dipastikan tampil tanpa empat pilarnya. Sebelumnya Kingsley Coman, Corentin Tolisso, dan Thiago Alcantara lebih dulu ditepikan oleh Kovac.
Schmelzer, Sancho, Witsel dan Hakimi rayakan kemenangan pertama Dortmund di Liga Champions musim ini. (Foto: REUTERS/Francois Lenoir)
zoom-in-whitePerbesar
Schmelzer, Sancho, Witsel dan Hakimi rayakan kemenangan pertama Dortmund di Liga Champions musim ini. (Foto: REUTERS/Francois Lenoir)
Di bawah nakhoda Favre, menjadi tim yang lebih produktif dalam mencetak gol sekaligus lebih solid dalam bertahan. Sudah 30 gol yang mereka produksi di Bundesliga, tujuh gol lebih banyak dari Moenchengladbach sebagai tim terproduktif kedua. Sementara jumlah kebobolan mereka baru menyentuh angka 10, hanya kalah dari RasenBallsport Leipzig yang kemasukan satu gol lebih sedikit.
ADVERTISEMENT
"Kami telah membuat kemajuan dalam tiga atau empat bulan terakhir, tetapi kami masih harus banyak belajar dengan taktik, terutama para pemain muda," ujar Favre.
Menariknya, catatan impresif Dortmund tak terlepas dari para pemain muda yang jadi pilar Favre. Manuel Akanji, Dan-Axel Zagadou, Achraf Hakimi, Abdou Diallo, Jacob Bruun Larsen, dan Jadon Sancho adalah onderdil vital yang menggerakkan Dortmund menjadi seimpresif sekarang. Belum lagi dengan kedatangan Paco Alcacer yang membuat Marco Reus tak lagi sendirian sebagai juru gedor di lini depan.