Belajar Merawat Sepak Bola seperti Vietnam

26 Maret 2019 11:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Stadion Nasional My Dinh, Hanoi, Vietnam. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Stadion Nasional My Dinh, Hanoi, Vietnam. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sepak bola bukan cerita dongeng. Kemenangan, gelar juara, kesuksesan, dan kejayaan tak bisa datang dalam sekejap lewat ayunan tongkat penyihir baik hati.
ADVERTISEMENT
Semuanya mesti diupayakan dan dirawat secara konsisten. Itulah yang dipahami oleh Federasi Sepak Bola Vietnam (VFF).
Gelar sebagai federasi paling berkembang di Asia dianugerahkan AFC untuk VFF pada 2017. Torehan penghargaan yang dikenal dengan sebutan AFC Developing Member Association of the Year itu tentunya menimbulkan pertanyaan: Memangnya, apa yang dilakukan Vietnam? Atau, sebagus apa, sih, sepak bola Vietnam itu?
Tepat pada 22 Maret 2019, pemberitahuan tentang tempat latihan Timnas U-23 Indonesia saat berlaga di Kualifikasi Piala Asia U-23 2020 diumumkan. Humas PSSI, Bandung Saputra, menjelaskan bahwa My Dinh Sports Complex akan menjadi arena tempat latihan dihelat.
Mungkin tempat itu memang tak karib-karib amat di telinga orang Indonesia. Tapi, sebagian besar orang yang mendengar namanya barangkali akan menyangka bahwa tempat itu tak akan berbeda jauh dengan Kompleks Olahraga Gelora Bung Karno, Senayan.
ADVERTISEMENT
Suasana di lapangan sepak bola My Dinh Sports Complex, Vietnam. Foto: Sandy Firdaus/kumparan
Dan benar saja, ketika kumparanBOLA menginjakkan kaki ke sana pada 23 Maret 2019, kesan yang tertangkap memang demikian. Tempat ini mirip dengan GBK: kompleks olahraga yang terdiri dari beberapa lapangan.
Area ini juga menyediakan lapangan untuk olahraga lain: mulai dari basket, tenis, hingga bulu tangkis. Pokoknya, sepintas mirip dengan GBK.
Tapi, kejutan terkadang akan menunjukkan rupanya jika kita mau melihat dengan jeli.
Bila dihitung-hitung, setidaknya ada enam lapangan sepak bola di sana. Satu lapangan khusus Timnas Vietnam (senior) dilengkapi dengan tribune.
Kejutannya, ternyata semua lapangan sepak bola di My Dinh Sports Complex adalah kepunyaan VFF. Bahkan kantor VFF ada di dekat lapangan sepak bola tadi.
Sore itu, kumparanBOLA bahkan turut menyaksikan skuat Timnas Wanita Vietnam sedang berlatih--begitu pula dengan Timnas Wanita Kelompok Umur. Salam sapa hangat meluncur dari wajah-wajah mereka kepada kami, para pewarta Indonesia.
ADVERTISEMENT
Apakah kejutannya sudah selesai? Belum.
Sejumlah pemain Timnas U-23 melakukan sesi latihan di VFF Sport Complex My Dinh, Hanoi, Sabtu, (23/3). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Keterkejutan kami belum tuntas sampai di situ. Ternyata, ada asrama pesepak bola di dan lapangan sintetis di dekat lapangan sepak bola tadi. Malah, kafe pun sampai ada di area ini. Itu berarti, lapangan ini bisa digunakan oleh segala kelompok usia dan gender tanpa terkendala waktu.
Bagi Timnas Kelompok Umur, fasilitas ini tentu menjadi keuntungan tersendiri. Mereka bisa tinggal di asrama, bahkan tak perlu pusing-pusing untuk mencari tempat nongkrong ideal. Hitung-hitung alternatif mengusir kebosanan.
Tinggal seasrama dengan rekan setim juga bisa membangun chemistry yang lebih baik. Pengenalan antar-rekan jadi lebih dalam sehingga mereka bisa tumbuh jadi pemain yang saling menguatkan. Berkaca dari sini, pantas saja kalau VFF dianugerahi gelar tadi.
ADVERTISEMENT
Kabar baiknya, beberapa jam sebelum laga Vietnam melawan Timnas U-23, kumparanBOLA berkesempatan untuk bertemu dengan Sekretaris Jenderal VFF, Le Hoai Anh. Dalam perbincangan kami, dengan mantap ia menjelaskan bahwa VFF memang menyediakan fasilitas khusus agar para pemainnya bisa berkembang dengan baik.
"Jadi, kami memang menyediakan tempat pemusatan latihan khusus bagi para atlet kami, termasuk atlet sepak bola yang membela Timnas. Pemusatan latihan ini terdiri dari asrama dan juga lapangan-lapangan yang berstandar bagus," ujar Hoai Anh kepada kumparanBOLA.
"Kami juga mendukung Timnas dengan mencarikan sponsor yang baik sehingga fasilitas yang ada bisa jadi lebih baik lagi ke depannya," tambahnya.
Selebrasi kemenangan Vietnam di pertandingan babak Kualifikasi Piala Asia U-23 2020 melawan Indonesia di Stadion My Dinh, Hanoi, Minggu (24/3). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Dengan segala fasilitas yang ia berikan, Hoai Anh pun merasa puas atas raihan Vietnam sejauh ini. Tidak lama setelah dinobatkan sebagai federasi paling berkembang, Vietnam meraih berbagai prestasi apik.
ADVERTISEMENT
Timnas seniornya sukses menembus perempat final Piala Asia 2019 dan menjuarai Piala AFF 2018. Timnas U-23-nya tercatat sebagai runner up Piala Asia U-23 2018.
"Dukungan kami untuk Timnas Vietnam itu maksimal, termasuk di ASEAN dan AFC. Timnas Wanita kami juga sukses masuk ke putaran final Piala Dunia Perempuan."
"Jadi para pemain kami sudah banyak mendapatkan jam terbang internasional di berbagai usia yang berbeda. Ada juga pemain kami yang sudah main di luar negeri," ujarnya.
Meski begitu, Hoai Anh juga tak menutup mata soal skandal yang sempat membeli VFF. Federasi ini pun pernah terjerat kasus korupsi.
Ini tak lepas dari kasus pengaturan skor yang kerap terjadi di negara tersebut. Bahkan, Vissai Ninh Binh--salah satu klub--sempat mengundurkan diri dari V-League karena pemainnya banyak yang terlibat korupsi.
ADVERTISEMENT
Tapi, Vietnam tak mau terpuruk selamanya dalam kubangan skandal. Pembenahan dimulai VFF dengan membentuk satgas pada 2015. Roda sepak bola Vietnam yang sempat mandek, mulai bergerak lagi.
Pembinaan juga menjadi program yang begitu digalakkan. Salah satu penandanya adalah kemunculan klub-klub yang memperkenalkan pemain akademi.
"Jadi hal terpenting yang kami lakukan untuk melawan skandal korupsi (pengaturan skor) adalah memberikan penghidupan yang baik kepada para pemain. Para pemain juga harus ditanamkan nilai-nilai kejujuran. Sampai sekarang, kami masih berusaha melawan pengaturan skor," ujar Hoai Anh.
Kongres PSSI . Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Usia PSSI dan VFF ibarat langit dan Bumi. PSSI sudah ada sejak 1930-an, sementara VFF baru lahir pada 1960. Itu pun ada pemisahan antara Federasi Utara dan Selatan. Keduanya baru bersatu pada 1989. Intinya, VFF masih anak kemarin sore jika dibandingkan dengan PSSI.
ADVERTISEMENT
Namun, itu cuma hitung-hitungan umur. Kondisi persepakbolaan Vietnam sekarang membuktikan bahwa federasi bekerja dengan efektif.
Terlepas dari berbagai masalah yang belum selesai--termasuk National Stadium yang harus diperbaiki--komitmen VFF untuk memberikan fasilitas terbaik bagi para pemain juga bukan lips service belaka. Ada bukti dan hasilnya.
Fasilitas PSSI memang identik dengan Stadion Madya dan Lapangan ABC yang bisa digunakan untuk latihan. Namun, keduanya masih sewaan. Status lapangan sewa bukannya tak mungkin menghadirkan masalah.
Sejumlah pemain Timnas U-23 melakukan sesi latihan di VFF Sport Complex My Dinh, Hanoi, Sabtu, (23/3). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Tengok saja apa yang terjadi saat Piala AFF 2018. Timnas Indonesia dan Timnas Timor Leste terbentur double booking. Persoalan ini pula yang dikeluhkan oleh pelatih Timor Leste, Norio Tsukitate, ketika mempersiapkan timnya.
"Hari ini (11 November 2018) ada double booking di lapangan Stadion Madya. Permintaan saya, latihan tim kami (Timor Leste), mulai jam tiga sore, selesai jam lima sore," ujar Tsukitate.
ADVERTISEMENT
"Kemarin saya sudah bilang ini. Tapi, yang terjadi malah double booking. Timnas Indonesia datang ke lapangan latihan ini lebih cepat," tegas Tsukitate.
Masalah belum ditambah dengan kantor PSSI yang tidak tetap dan sering berpindah-pindah. Persoalan yang satu ini sempat dikeluhkan oleh Presiden Joko Widodo ketika memimpin 'Rapat Terbatas (Ratas) Percepatan Pembangunan Sepak Bola Indonesia'. Kantor yang tidak tetap ini memang menyulitkan koordinasi.
Berkaca dari rentetan masalah tadi, tak ada salahnya jika PSSI belajar pada VFF. Masalah memang tak lantas selesai dalam sekejap, pun demikian dengan VFF yang belum kalis 100 persen dari persoalan.
Yang terpenting, persoalan demi persoalan dituntaskan, bukannya dibiarkan apalagi ditutup-tutupi karena itulah cara terbaik untuk menjaga tubuh federasi. Jika federasi sehat, tugas merawat sepak bola tak akan terbengkalai.
ADVERTISEMENT