Benarkah Real Madrid Makin Kompak Tanpa Ronaldo?

18 September 2018 3:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bale merayakan golnya. (Foto: REUTERS/Susana Vera)
zoom-in-whitePerbesar
Bale merayakan golnya. (Foto: REUTERS/Susana Vera)
ADVERTISEMENT
Selalu ada hikmah dari sebuah kehilangan. Real Madrid paham benar akan hal itu. Ditinggal pergi Cristiano Ronaldo yang hengkang ke Juventus tak lantas membuat mereka lemah. Nyatanya, El Real masih mampu bersaing bersama Barcelona di papan atas La Liga 2018/19 sejauh ini.
ADVERTISEMENT
Ketiadaan Ronaldo justru menguatkan Madrid, begitu sekiranya yang diungkapkan Gareth Bale. Meski, ya, untuk pertama kalinya dalam 18 musim terakhir, tak ada peraih gelar Ballon d'Or di Santiago Bernabeu.
"Jelas itu akan sedikit berbeda saat masih memiliki pemain besar di sana (Madrid)," kata Bale kepada Daily Mail.
Casemiro juga pernah mengungkapkan kerinduannya akan sosok Ronaldo, tepatnya setelah Madrid keok 2-4 dari Atletico Madrid di Piala Super Eropa pertengahan Agustus lalu. Lini depan pasukan Julen Lopetegui itu kurang menyengat. Memang Karim Benzema sukses menyumbang sebiji gol, akan tetapi satu gol sisanya hanya lahir dari sepakan penalti Sergio Ramos.
Madrid tak tampak mengganti figur Ronaldo yang telah hengkang. Buktinya, mereka hanya mendatangkan Vinicius Junior dan Mariano untuk mengisi slot penyerang. Nama Vinicius mungkin sudah kondang sebagai youngster berbakat. Namun, tak bisa dimungkiri bila pemain berusia 18 tahun itu masih terlalu hijau untuk menggantikan peran Ronaldo.
ADVERTISEMENT
Begitu pula dengan Mariano yang mewarisi angka keramat Ronaldo. Oke, penyerang asal Republik Dominika itu sudah menorehkan 21 gol dan 7 assist dari 48 pertandingan di lintas ajang bersama Olympique Lyon musim lalu. Bahkan, torehan golnya di Ligue 1 menyentuh angka 18 --satu gol lebih sedikit ketimbang Neymar. Kendati demikian, catatan menterng tersebut belum mampu merayu untuk Lopetegui memfungsikan Mariano. Nyatanya, belum sekalipun dia merumput bersama Madrid sejauh ini.
Menggantikan peran pemain langka macam Ronaldo hampir mustahil. Namun, jika ada satu nama yang layak untuk mengisi posisinya, Bale adalah jawaban paling tepat. Secara karakteristik permainan, keduanya memiliki banyak persamaan: fisik kuat, kemampuan dribel yahud, serta klinis dalam menyelesaikan peluang --baik itu lewat tembakan jarak jauh maupun duel udara.
ADVERTISEMENT
Itulah mengapa Julen Lopetegui memasang Bale sebagai winger kanan dalam format 4-3-3 yang diusungnya. Lagipula, kemampuan eks pemain Tottenham Hotspur sebagai inverted winger amat dibutuhkan untuk menambah variasi serangan Madrid.
Kabar baiknya, Bale merasa lebih tenteram tanpa eksistensi Ronaldo. Lebih dari itu, penggawa andalan Tim Nasional Wales tersebut mengklaim bahwa Madrid bermain lebih kompak ketimbang sebelumnya.
Gareth Bale (kiri) bersama Cristiano Ronaldo. (Foto: Reuters/Jon Nazca)
zoom-in-whitePerbesar
Gareth Bale (kiri) bersama Cristiano Ronaldo. (Foto: Reuters/Jon Nazca)
"Mungkin sedikit lebih rileks (tanpa Ronaldo). Saya kira tim menjadi lebih kompak, lebih bahu-membahu sebagai satu unit daripada bermain secara individu."
Bale dan Ronaldo memang memiliki tipikal identik, akan tetapi tidak untuk urusan peran. Bale diplot untuk menginisiasi serangan, tak semata sebagai algojo peluang --seperti yang diemban CR7.
ADVERTISEMENT
Assist yang disodorkannya kepada Isco saat bertandang ke markas Athletic Bilbao akhir pekan lalu jadi bukti terkini. Sekaligus menggenapkan raihan assist-nya menjadi 2, tertinggi di antara rekan-rekan setimnya. Segi positifnya lainnya, ketajaman Bale juga terjaga lewat ukiran 3 golnya di pentas La Liga hingga sekarang.
Selain dari permainan, penyebaran peran untuk melepaskan tembakan juga bisa jadi tolok ukur kolektivitas sebuah tim. Artinya, mereka tak hanya mengandalkan satu individu sebagai corong serangan.
Untuk aspek ini, Madrid yang sekarang sedikit lebih baik ketimbang sebelumnya. Kini mereka punya tiga pemain yang aktif untuk melepaskan tembakan: Bale, Benzema, dan Marco Asensio. Mereka paling tidak sudah melepaskan lebih dari 2,5 tembakan per laga. Sementara di musim 2017/18, hanya Ronaldo dan Bale yang mengemas lebih dari angka tersebut.
ADVERTISEMENT
Impak yang paling kentara, tentu saja, adalah mencuatnya kembali sosok Benzema sebagai goalgetter. Hingga pekan keempat La Liga, pemain yang digaet dari Olympique Lyon itu sudah mengemas 4 gol --sejajar dengan Lionel Messi dalam daftar topskorer.
Dengan kata lain, Benzema hanya butuh 90 menit untuk mencetak satu gol. Sebuah peningkatan signifikan dibanding musim lalu karena harus melalui 431 menit untuk mencetak tiap golnya. Sampai di sini, cukup merepresentasikan kepiawaian Lopetegui dalam mengembalikan kolektivitas Madrid, dengan Bale sebagai alatnya.
Gareth Bale dan Karim Benzema tengah lakukan pemanasan.  (Foto: REUTERS/Ints Kalnins)
zoom-in-whitePerbesar
Gareth Bale dan Karim Benzema tengah lakukan pemanasan. (Foto: REUTERS/Ints Kalnins)
Bagaimana dengan Juve? Sad but true, mereka terjangkit Ronaldosentris, virus yang sempat menghinggapi Madrid. Meski akhirnya superstar berusia 33 tahun tersebut sukses mencetak brace ke gawang Sassuolo akhir pekan lalu, hal itu tak terlepas dari bongkar pasang skuat yang dicanangkan Massimiliano Allegri dalam tiga laga sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Itu baru bagaimana membangun pondasi skuat ungtuk menunjang Ronaldo, belum dari kewenangan untuk aktif dalam melepaskan tembakan. Tengok saja kuantitas tembakannya yang menjadi hegemoni di antara para penggawa 'Si Nyonya Tua' lainnya. Ronaldo mengukir rata-rata 8 tembakan per laga, unggul jauh dari Federico Bernardeschi dengan torehan 3,3 di peringkat kedua.
Suka tidak suka, kehadiran Ronaldo mengubah karakterstik permainan Juve. Rekan-rekan setimnya seakan cuma diutus menyetor bola kepadanya untuk kemudian dikonversi menjadi tembakan.
Sebagai pembanding, torehan Paulo Dybala sebagai pemain teraktif Juve dan pelontar tembakan di edisi sebelumnya hanya menyentuh rata-rata 3,5 per laga. Jumlah yang sama juga dicatatkan Gonzalo Higuain pada edisi 2016/17.
ADVERTISEMENT