Bima Sakti: Febri Hariyadi Cuma Latihan Lari Kencang 50 Meter di SSB

26 November 2018 8:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Febri Hariyadi (13) dan Win Min Htut (2). (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Febri Hariyadi (13) dan Win Min Htut (2). (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Habis sudah perjalanan Timnas Indonesia di Piala AFF 2018. Setelah dipastikan tidak lolos, 'Garuda' pun harus rela berbagi angka dalam pertandingan penutup menghadapi Filipina. Dalam laga di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Minggu (25/11/2018) malam WIB, tersebut Indonesia dan Filipina bermain imbang 0-0.
ADVERTISEMENT
Seusai pertandingan, pelatih Timns Indonesia, Bima Sakti, memasuki ruangan konferensi pers dengan wajah lesu. Bima berkata bahwa kontraknya dengan PSSI berakhir seiring dengan rampungnya perjalanan Hansamu Yama Pranata dkk. di Piala AFF ini.
Meski demikian, ada saat-saat di mana suara Bima menjadi lantang, tepatnya ketika dirinya berbicara soal masa depan Timnas Indonesia. Bima yang dulunya merupakan asisten Luis Milla Aspas itu berucap bahwa sudah semestinya peninggalan pelatih asal Spanyol itu dipertahankan.
Pelatih Timnas Indonesia Bima Sakti. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Timnas Indonesia Bima Sakti. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
"Kita harus menerapkan metode latihan dan cara main ala Indonesia. Kita enggak perlu meniru tim lain. Coach Luis waktu itu bilang, dia di sini tidak menerapkan gaya main ala Barcelona karena dia menyesuaikan dengan situasi yang ada. Dia menyesuaikan dengan apa yang harus dimasak," ucap Bima.
ADVERTISEMENT
"Lagi pula, waktu itu Coach Luis juga bilang bahwa ketika di Timnas Spanyol U-21 dulu dia tidak perlu mengajari Thiago Alcantara bagaimana caranya mengumpan. Dia tidak perlu mengajari Juan Mata caranya crossing. Di sini dia harus mengulang semua dari awal," sambungnya.
Dari sana, Bima kemudian berbicara panjang lebar mengenai harapannya soal pembinaan usia dini di Indonesia. Sosok kelahiran Balikpapan itu membandingkan kondisi di Indonesia dengan di Swedia saat dia memperkuat Helsingborgs pada medio 1990-an.
"Format kompetisi harus diubah. Kita jangan mau instan. Saya tahun 1996 di Helsingborgs, mereka punya empat tim. Kalau tim senior main hari Sabtu, tim lain, dari U-16, U-19, U-21, main semua hari Minggu. Kompetisi usia dini itu penting dan harus dijalankan," jelas Bima.
ADVERTISEMENT
Riko Simanjuntak saat menggiring bola ke gawang Filipina di pertandingan Indonesia vs Filipina. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Riko Simanjuntak saat menggiring bola ke gawang Filipina di pertandingan Indonesia vs Filipina. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
"Dulu Miguel [Gandia] pernah tanya sama Febri [Hariyadi], apa yang dia dapatkan di SSB. Kata Febri, latihannya cuma lari kencang 50 meter. Itu kenapa dia jadi enggak tahu kapan harus mendribel, kapan harus menendang, kapan harus mengumpan. Riko [Simanjuntak] juga. Untung dia sempat belajar sepak bola dari futsal, jadi tahunya enggak cuma lari kaya pas ngejar layangan saja."
"Sekarang begini, ya. Maaf, tapi Egy [Maulana Vikri] itu dulu ketemunya di mana? Di Ragunan. Di sana dia cuma latihan, tapi enggak ada kompetisi. Kemarin saya juga ketemu sama Andre [Oktaviansyah] pemain Timnas U-16. Saya lihat dia cuma main di kompetisi antarkampung di Tangerang," lanjut pria 42 tahun itu.
Tak lupa, Bima juga menyentil PSSI soal bagaimana mereka mempersiapkan jadwal Timnas. "Sekarang 'kan kita sudah tahu jadwal AFF dua tahun lagi. Siapkanlah dari sekarang. Soal uji tanding juga begitu. Federasi harus rajin komunikasi sama pelatih, tanya apa yang dibutuhkan. Wartawan pun tidak boleh takut memberi input bagi tim pelatih," pungkas Bima.
ADVERTISEMENT