Buffon: Antonio Conte Tidak Pernah Mengkhianati Juventus

17 Juni 2019 10:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Buffon dan Conte di Piala Eropa 2016. Foto: VINCENZO PINTO / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Buffon dan Conte di Piala Eropa 2016. Foto: VINCENZO PINTO / AFP
ADVERTISEMENT
Antonio Conte sudah menentukan pilihan: Ia memulai musim 2019/20 sebagai pelatih Inter Milan. Bukan keputusan yang mudah. Semua paham itu. Inter Milan membukukan penampilan turun-naik pada 2018/19. Kabar baiknya, mereka tetap menutup musim dengan tiket Liga Champions.
ADVERTISEMENT
Yang membuat keputusan itu sulit bukan cuma masalah teknis, tapi anggapan suporter. Entah berapa banyak suporter Juventus yang menentang keputusan ini dan melabeli Conte sebagai pengkhianat. Saking kesalnya, mereka meminta agar nama Conte dicoret dari daftar hall of fame Juventus.
Penyebabnya, apa lagi kalau bukan rivalitas Inter dan Juventus yang beranak cucu itu? Yep, di kalangan suporter, rivalitas macam ini ibarat perkara hidup dan mati. Tapi, lain halnya dengan mereka yang menjadikan sepak bola sebagai pilihan profesional. Jalan yang ditempuh berbeda, sudut pandang dan pemikiran pun pasti berbeda.
Gianluigi Buffon yang hampir seluruh perjalanan hidupnya sebagai pesepak bola dihabiskan Juventus prihatin dengan sikap macam ini. Tidak ada yang salah dengan rivalitas.
ADVERTISEMENT
Para penggawa Juventus pun tetap menempatkan Inter sebagai 'musuh bebuyutan'. Namun, bukan berarti label pengkhianat sah-sah saja untuk ditempel kepada siapa pun yang memutuskan ke Inter, termasuk Conte.
"Pilihan-pilihan profesional, semengejutkan apa pun itu, tidak dapat menodai segala hal yang dilakukan seorang pesepak bola (apa pun perannya) dengan luar biasa di masa lalu. Antonio (Conte) tidak pernah mengkhianati Juventus. Ia bukan tipe orang yang berikrar hanya untuk mencari sensasi dan konflik," jelas Buffon dalam wawancara eksklusifnya kepada Corriere dello Sport.
Seintens apa instruksi Conte yang diberikan kepada para pemainnya dari pinggir lapangan menggambarkan betul sekeras apa ia di ruang ganti. Conte bukan tipe pelatih yang akan menepuk-nepuk pundak pemainnya dan berkata: You did a good job.
ADVERTISEMENT
Conte seperti Terence Fletcher yang melempar kursi sambil berteriak 'not quite my tempo!' kepada Andrew Neiman karena tak bisa bermain sesuai tempo yang diinginkan. Fletcher dan Neiman memang cuma tokoh fiksi di film Whiplash. Tapi, barangkali itulah penggambaran yang paling tepat seperti apa ruang ganti Juventus ketika diasuh Conte.
Conte pada laga melawan Atletico. Foto: Paul Hanna/Reuters
Buffon tahu benar apa yang di pikiran Conte. Pelatihnya yang satu ini sedang membentuk Juventus sebagai tim yang begitu membenci kekalahan dan permainan buruk. Jangan harap kau luput dari murka Conte ketika kau bermain buruk--tak peduli kalaupun timmu menang.
"Ia memeras keringat--hingga tetes terakhir--untuk Juve. Ia memberikan segalanya untuk tim ini. Ketika masih menjadi pemain, ia tidak pernah setengah-setengah menopang tim. Sebagai pelatih, ia membawa pasukan di punggungnya dan menyeret mereka kepada kesuksesan," jelas Buffon.
ADVERTISEMENT
Sekeras dan seambisius apa pun Conte, Juventus juga yang menikmati buahnya. Tiga gelar scudetto dan dua Piala Super Italia dibawa pulang ke Turin dalam tiga musim. Bahkan Conte berhasil menutup musim perdananya bersama Juventus pada 2011/12 tanpa satu kekalahan pun di Serie A. Kala itu, mereka membukukan 23 kemenangan dan 15 hasil imbang.
"Semua ia lakukan dengan visi yang jelas. Ia seperti tidak pernah rehat sejenak pun untuk mendukung klub ini. Dalam tiga musim penuh, tak sekalipun fokusnya tergelincir. Saya sangat menghormati dan dekat dengan Antonio karena ketika kami berkumpul, seketika itu juga kami merasakan kepercayaan diri, keintiman, dan respek," ujar Buffon.