Dari Klopp untuk Sterling: Dukungan Melawan Rasialisme

10 Desember 2018 23:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Raheem Sterling merayakan golnya. (Foto: REUTERS/Phil Noble)
zoom-in-whitePerbesar
Raheem Sterling merayakan golnya. (Foto: REUTERS/Phil Noble)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Raheem Sterling menyunggingkan bibir ketika tiga suporter Chelsea berteriak ke arah telinganya. Ia sempat melirik dengan tatapan nanar, tetapi tak ada cetusan yang ia lontarkan, apalagi kontak fisik.
ADVERTISEMENT
Sembari memegang bola, Sterling kembali memasuki arena pertandingan. Laga Chelsea versus Manchester City dalam pekan ke-16 Premier League di Stadion Stamford Bridge, Minggu (9/12/2018), pun dilanjutkan.
Belum diketahui kata-kata apa yang terlontar dari mulut fans The Blues sampai saat ini, tetapi diduga memuat pesan rasial. Sterling pun mengindikasikan bahwa benar spekulasi tersebut. Kendati pemain berusia 24 tahun itu tak mendakwa suporter dan lebih menyoroti media-media Inggris yang merawat budaya rasial via pemberitaannya, Sterling tetap banjir suport.
Teraktual, juru taktik Liverpool, Juergen Klopp, menghujani Sterling dengan sanjungan. Dari kacamata Klopp, reaksi Sterling begitu brilian. Selain memberi rasa malu kepada fans Chelsea yang meneriakinya, pria kelahiran Kingston, Jamaika, itu dapat menggerus potensi-potensi tindakan rasial terulang.
ADVERTISEMENT
"Reaksinya brilian. Coba Anda lihat wajahnya. Ia tak memberikan respons kepada orang-orang tersebut (fans Chelsea). Mereka memang sudah selayaknya tak mendapatkan apa pun, terlebih rasa hormat," ucap Klopp sebagaimana dilansir ESPNFC.
"Saya tak terkejut dengan tindakan itu. Saya sempat melihat situasi yang serupa di Jerman dan di negara-negara lain. Di Italia, saya tahu ketika (Kevin-Prince) Boateng menghentikan pertandingan karena banyak suporter yang berdiri di tribune meneriakinya (dengan pesan rasial)," lanjutnya.
Insiden rasial yang melibatkan Boateng terjadi saat AC Milan melawan Pro Patria dalam laga persahabatan pada Januari 2013 silam, tepatnya ketika laga berusia 26 menit, saat Boateng tengah mendribel bola di pertahanan Pro Patria. Pada saat yang bersamaan di tribune penonton, nada-nada sumbang yang ditujukan kepada Boateng berdentum.
ADVERTISEMENT
Juergen Klopp meneriakkan instruksi pada para pemainnya di laga Piala Liga menghadapi Chelsea. (Foto: Reuters/Andrew Yates)
zoom-in-whitePerbesar
Juergen Klopp meneriakkan instruksi pada para pemainnya di laga Piala Liga menghadapi Chelsea. (Foto: Reuters/Andrew Yates)
Alih-alih melakukan gerakan memutar badan atau meliuk-liuk demi merangsek ke dalam kotak 16 lawan, Boateng justru memungut bola dan melepaskan tembakan ke arah tribune. Penonton bereaksi.
Pesepak bola berpaspor Ghana itu tak sanggup menahan letupan emosi meski rekan-rekannya silih berganti berupaya menenangkannya. Sembari berjalan menuju ruang ganti, Boateng melucuti jersinya. Laga pun dihentikan karena kaos.
Pertanyaannya, apa yang mesti dilakukan untuk menedang jauh-jauh rasialisme di dunia 'si kulit bundar'? Klopp mengajukan jawaban. Bagi eks juru taktik Borussia Dortmund itu, daya yang bisa menyetop repetisi tindakan rasial adalah sanksi yang berat. Setelah hukuman dijatuhkan, mari berhenti mengulas satu kasus rasialisme agar tidak berlarut-larut.
"Perlu ada hukuman untuk itu. Selama orang-orang cukup bodoh karena melakukan tindakan rasial, mereka wajib dihukum. Namun, yang saya suka saat ini, 95 persen atau lebih, orang-orang membenci tindakan seperti itu," kata pelatih berusia 51 tahun itu.
ADVERTISEMENT
"Hukum mereka, tetapi tak usah terlalu banyak bicara mengenai tindak-tanduk mereka karena mereka tak pantas menjadi topik pembicaraan," tutup Klopp.