Debut Mengenaskan Atalanta: Babak Belur di Maksimir

19 September 2019 10:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ekspresi pemain-pemain Atalanta saat kalah telak di markas Dinamo Zagreb. Foto: AFP/Damir Sencar
zoom-in-whitePerbesar
Ekspresi pemain-pemain Atalanta saat kalah telak di markas Dinamo Zagreb. Foto: AFP/Damir Sencar
ADVERTISEMENT
Stadion Maksimir di Zagreb bukan arena sembarangan. Hampir tiga dekade silam stadion ini pernah jadi saksi peristiwa yang menjadi tonggak penting bagi kelahiran sebuah negara.
ADVERTISEMENT
13 Mei 1990, Dinamo Zagreb menjamu seteru beratnya, Crvena Zvezda, di Maksimir. Pertandingan itu digelar hanya beberapa pekan setelah Kroasia menggelar pemilihan umum multipartai untuk pertama kalinya dalam setengah abad.
Dalam pemilihan umum itu partai nasionalis, Uni Demokratik Kroasia pimpinan Franjo Tudjman, berhasil menjadi pemenang. Tujuan utama Tudjman bersama partainya itu adalah memerdekakan Kroasia dari Yugoslavia.
Namun, hasil pemilihan umum itu mendapat tentangan dari Serbia yang dipimpin Slobodan Milosevic. Kepentingan Serbia itu kemudian coba 'disuarakan' oleh lebih dari 3.000 suporter Crvena Zvezda yang bertandang ke Zagreb.
Suporter Crvena Zvezda yang datang ke Maksimir itu telah disusupi oleh kelompok paramiliter Arkan Tigers bentukan Zeljko Raznatovic. Para suporter itu datang untuk merusuh. Mereka melempari suporter Dinamo sembari meneriakkan ancaman pembunuhan terhadap Tudjman.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, keributan skala besar pun pecah. Di tengah-tengah itu, Zvonimir Boban melihat seorang polisi memperlakukan suporter Dinamo dengan buruk. Boban pun menendang polisi tersebut. Atas apa yang dilakukannya, pria yang kini bekerja untuk Milan itu menjadi pahlawan nasional.
Berkat peristiwa itu, Stadion Maksimir menyandang reputasi sebagai tempat angker. Ia adalah pengingat bahwa siapa pun yang datang ke sana dilarang macam-macam kalau tak mau berhadapan dengan amukan.
19 September 2019, Atalanta merasakan betul angkernya Stadion Maksimir. Memang tidak ada kericuhan apa-apa yang terjadi. Akan tetapi, berbicara dalam konteks sepak bola, Atalanta harus pulang babak belur usai dihajar dengan skor 0-4 oleh Dinamo Zagreb.
Bagi Atalanta, Liga Champions adalah mimpi yang menjadi nyata. Musim ini, untuk pertama kalinya dalam sejarah, mereka ikut serta di dalamnya. Akan tetapi, siapa sangka mimpi itu sebenarnya adalah mimpi buruk.
ADVERTISEMENT
Pemain-pemain Dinamo Zagreb merayakan kemenangan atas Atalanta di Liga Champions. Foto: AFP/Damir Sencar
Atas apa yang mereka raih di Serie A musim lalu dan musim ini, Atalanta diprediksi bisa berbicara cukup banyak. Bahkan, klub beralias Orobici ini dijagokan untuk jadi pendamping Manchester City lolos ke babak 16 besar. Namun, realitas punya rencana sendiri.
Satu gol dari Marin Leovac dan trigol Mislav Orsic membuat Atalanta tak berkutik. Kekalahan ini pun membuat kapten tim Papu Gomez tak habis pikir. Pemain asal Argentina itu sampai tak bisa menjelaskan apa yang terjadi.
"Sulit untuk menjelaskannya. Sepertinya kami tidak mempersiapkan diri dengan benar untuk pertandingan ini. Kami tak mengira Dinamo akan bermain agresif seperti tadi," ujar Gomez.
"Setiap pemain bertanggung jawab atas apa yang terjadi di lapangan. Kami harus terus mengembangkan diri karena kami tak bisa hanya sekadar mengandalkan penampilan musim lalu. Kami harus terus memperbaiki diri," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Di kesempatan lain pelatih Gian Piero Gasperini juga tak punya pilihan selain memuji penampilan Dinamo dan mengakui keunggulan mereka.
Pelatih Atalanta, Gian Piero Gasperini, tertunduk usai anak-anak asuhnya dihantam Dinamo Zagreb. Foto: AFP/Damir Sencar
"Dinamo lebih baik dalam merebut bola dan memberi tekanan. Intensitas dan kecepatan mereka sangat bagus. Mereka unggul di segala aspek, termasuk soal mengumpan dengan akurat di ruang-ruang sempit," kata Gasperini.
"Kami adalah tim yang tiba-tiba saja bermain di level tertinggi. Ini adalah hasil yang sangat sulit diterima, tetapi di situasi seperti ini kami harus terus belajar. Kalau tidak, untuk apa kami bermain di Liga Champions" sambung eks pelatih Genoa tersebut.
Bagi Dinamo sendiri, kemenangan atas Atalanta adalah pernyataan yang tidak main-main. Tak tanggung-tanggung, pelatih mereka Nenad Bjelica bahkan kini berani menargetkan kemenangan atas Manchester City.
ADVERTISEMENT
"Setelah pertandingan ini, kupikir sudah jelas di mana Dinamo berada. Kami memimpin klasemen grup. Kami bermain sempurna selama 70 menit karena pada babak kedua Atalanta sempat menciptakan sejumlah peluang," tuturnya.
"Kami sudah mengirim pesan ke lawan-lawan kami selama 16 bulan terakhir. Kami punya pemain yang bisa bermain di level tertinggi. Kami ingin memenangi semua laga, termasuk melawan Manchester City," tegas Bjelica.