Derby Belum Sempurna, United Tengah Terluka

25 September 2018 14:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jose Mourinho (kiri) dan Frank Lampard (kanan) ketika masih membela Chelsea. (Foto: MICHAL CIZEK / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Jose Mourinho (kiri) dan Frank Lampard (kanan) ketika masih membela Chelsea. (Foto: MICHAL CIZEK / AFP)
ADVERTISEMENT
Laga Piala Liga Manchester United melawan Derby County di Old Trafford, Rabu (26/9/2018) dini hari WIB, tentulah bukan laga yang sembarangan. Sebab, laga ini akan mempertemukan Frank Lampard yang kini menjadi pelatih Derby dan Jose Mourinho sebagai arsitek The Red Devils.
ADVERTISEMENT
Ya, ketika masih aktif menjadi pemain, Lampard pernah merasakan dilatih Mourinho dalam dua periode kepelatihannya di Chelsea. Dalam kebersamaan, 6 trofi, dengan 2 diantaranya adalah trofi Premier League, berhasil mereka sumbangkan untuk The Blues.
Derby sendiri akan datang ke Old Trafford dengan modal yang cukup bagus. Dari total 11 laga yang telah dilakoni musim ini, The Rams hanya kalah 3 kali. Teraktual, mereka raih kemenangan 3-1 atas Brentford dalam laga Championship yang digelar di Pride Park Stadium, Sabtu (22/9/2018).
Sementara, United kembali menuai kritik karena hanya memetik hasil imbang 1-1 saat menghadapi Wolverhampton Wanderers di kandang pada hari yang sama ketika Derby menangi laga atas Brentford. Padahal, sebelum laga itu, Paul Pogba dan kolega telah merasakan empat kemenangan beruntun.
ADVERTISEMENT
Lantas, akankah Lampard membawa Derby menjadi giant killer dalam laga ini? Atau justru laga ini akan menjadi momentum lainnya bagi Mourinho untuk membungkam kritik yang terlanjur membebani pundaknya dan para pemainnya?
Sayangnya, hal tersebut hanya bisa kita ketahui setelah laga ini tuntas. Tapi, hey, tenang saja, kami akan bahas kelebihan dan kekurangan kedua tim dalam tulisan kali ini.
Saran Untuk United: Berhenti Panik
United tak punya masalah berarti dalam urusan menyerang. Sebab, setelah kalah 0-3 dari Tottenham Hotspur di Old Trafford pada Agustus silam, United selalu sukses mencetak gol ke gawang lawan-lawannya. Tercatat, United sukses mencetak 8 gol dalam kurun waktu tersebut.
Ketika menyerang, formasi United akan berubah dari 4-3-3 menjadi 3-4-3, dengan gelandang bertahan yang turun, dua full-back yang naik, serta dua winger yang bergerak lebih ke dalam, mendekati penyerang tunggal di depan. Dua winger ini akan berkolaborasi dengan penyerang, menciptakan ruang di area sepertiga akhir lawan yang bisa dieksploitasi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ketika menyerang, anak-anak Mourinho juga kerap menerapkan skema berlian dan segitiga. Skema berlian melibatkan gelandang bertahan, full-back, gelandang tengah, dan bek (berlian), sementara skema berlian melibatkan gelandang tengah, winger, dan full-back (segitiga).
Tujuan dari skema berlian dan segitiga ini, dasarnya, adalah untuk membongkar pertahanan lawan sekaligus menciptakan ruang gerak bagi para pemain. Jika taktik itu gagal, Mourinho masih punya skema bola lambung yang sudah beberapa kali sukses bikin United mencetak gol dengan memanfaatkan pemain bertipikan ball-winner seperti Marouane Fellaini dan Romelu Lukaku.
Ekspresi kecewa para pemain Manchester United pada laga menghadapi Wolverhampton Wanderers. (Foto: Reuters/Andrew Yates)
zoom-in-whitePerbesar
Ekspresi kecewa para pemain Manchester United pada laga menghadapi Wolverhampton Wanderers. (Foto: Reuters/Andrew Yates)
Sayangnya, kegemilangan United dalam menyerang sudah dua kali dinodai dengan kepanikan mereka ketika diserang. Hal ini menandakan bahwa perubahan formasi dari 4-3-3 menjadi 4-1-4-1 ketika bertahan dengan tujuan untuk mempersempit ruang eksplorasi lawan masih belum sempurna.
ADVERTISEMENT
Dalam laga lawan Wolves, misalnya, para pemain United terlihat terlalu panik ketika mereka diserang di menit 51. Padahal, sebenarnya mereka punya dua kali kesempatan menghentikan serangan tersebut agar tak menjadi gol.
Setelah bola di kaki Paul Pogba direbut Ruben Neves di tengah lapangan, Neves melancarkan operan kepada striker Raul Jimenez yang berhadapan langsung dengan Victor Lindeloef. Namun, karena Lindeloef terlampau ragu untuk melancarkan tekel, bola pun bergulir ke kaki winger kanan Helder Costa yang tengah merangsek ke kotak penalti.
Di kotak penalti, Costa berhadapan dengan Luke Shaw. Shaw melancarkan tekel, tapi karena tergesa, Costa bisa melewatinya dengan leluasa sebelum pada akhirnya mengembalikan bola kepada Jimenez. Di kotak penalti, Jimenez dijaga ketat oleh beberapa pemain United. Mengetahui itu, Jimenez memberikan umpan kepada Joao Moutinho. Dengan melancarkan tembakan di luar kotak penalti dengan ruang tembak yang cukup besar, gol pun tercipta.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana disebut sebelumnya, ini bukan kali perdana. Dalam laga sebelumnya, yaitu melawan Watford pun, hal serupa tetap terjadi. Untungnya, laga itu berakhir dengan kemenangan United 2-1. Dan jika tak ingin menanggung malu melawan Derby, kebiasaan panik ketika diserang harus ditinggalkan.
Derby yang Belum Sempurna
Frank Lampard sudah menyiapkan dua skema menyerang ketika Derby menyerang. Pertama, membangun sistem dengan Mason Mount sebagai pusat permainan The Rams. Tak mengherankan, mengingat Mount tak hanya diberkahi kemampuan dribel yang apik, melainkan visi brilian dan tembakan yang bagus pula.
Ketika tengah menyerang dalam formasi andalan 4-2-3-1, Mount mendapatkan kebebasan untuk bergerak dalam perannya sebagai ‘nomor 10’. Dan tentu saja, dia juga mendapatkan dukungan berarti dari rekan-rekannya.
ADVERTISEMENT
Di sisi sayap kanan dan kiri, ada Mason Bennet dan Harry Wilson yang diberkahi kemampuan dribel cukup baik. Plus naiknya full-back kanan Jayden Bogle dan full-back kiri Craig Forsyth kala Derby menyerang menambah opsi umpan untuk Mount. Hal inilah yang bikin Mount sanggup mencatatkan umpan kunci terbanyak di Championship versi Opta dengan 21 kali upaya.
Sementara, di depan Mount ada David Nugent yang tugansnya menjadi pengacau pertahanan lawan. Hadirnya Nugent di pos striker membuat keran gol Mount mengucur drastis. Mount pun bisa menjadi topskorer Derby saat ini karena sukses mencetak 5 gol.
Frank Lampard dan kehidupan barunya sebagai manajer Derby County. (Foto: Action Images via Reuters/Ed Sykes)
zoom-in-whitePerbesar
Frank Lampard dan kehidupan barunya sebagai manajer Derby County. (Foto: Action Images via Reuters/Ed Sykes)
Efek samping kebergantungan Derby dengan Mount dalam skema open-play adalah mudahnya serangan mereka dimatikan. Menyadari itu, Lampard pun menyiapkan skema lainnya, yaitu eksekusi bola mati. Dari cara ini, Derby bisa ciptakan 5 gol sejauh musim ini.
ADVERTISEMENT
Tapi, rencana B ini bukan tanpa cela juga. Dalam laga lawan Blackburn pada 19 September silam, Derby nelangsa karena tim lawan menerapkan taktik low-block, menumpuk pemain di kotak penalti, untuk membunuh ruang eksplorasi Mount.
Selain itu, Blackburn juga jarang membikin pelanggaran di dekat kotak penalti dan mencegah Derby untuk mendapatkan tendangan sudut. Alhasil, Derby cuma melancarkan 22 tembakan tanpa gol dalam 63% penguasaan bola dalam laga berakhir 0-0 itu.
Dalam urusan bertahan, cela Derby terlihat jelas ketika menghadapi tim lawan yang suka bermain umpan lambung. Ketika dihadapkan dengan umpan lambung, para pemain Derby akan panik sehingga komposisi kokoh daam bertahan pun menjadi goyah.
Dalam laga melawan Brentford, Henrik Dalsgaard sukses bobol gawang Derby dalam skema tendangan sudut. Untungnya, laga ini berakhir dengan kemenangan Derby 3-1. Sementara, Rotherham bisa mendapatkan penalti di menit 63 karena tergesa-gesa dalam mengantisipasi umpan lambung. Ryan Manning sukses menjadi eksekutor dan Rotherham pun bisa menangi laga 1-0 atas Derby pada akhirnya.
ADVERTISEMENT
Dengan buruknya antisipasi Derby terhadap bola udara, maka perkara mematikan ball-winner di United seperti Lukaku dan Fellaini adalah satu hal yang harus disoroti betul oleh Lampard. Bisakah?
====
*Pertandingan Piala Liga antara United vs Derby akan dihelat di Stadion Old Trafford, Rabu (26/9/2018) dini hari WIB. Sepak mula dilakukan pukul 02:00 WIB.