Determinasi dan Manipulasi Psikologi di Balik Kesuksesan Unai Emery

29 Mei 2019 15:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Emery bersama trofi Liga Europa. Foto: AFP/Marco Bertorello
zoom-in-whitePerbesar
Emery bersama trofi Liga Europa. Foto: AFP/Marco Bertorello
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ruang ganti Almeria hari itu dipenuhi rasa gugup yang tak sanggup lagi disembunyikan. 26 Agustus 2007 adalah hari paling penting dalam sejarah klub. Pada hari itu, kesebelasan Andalusia tersebut untuk pertama kalinya berlaga di level teratas kompetisi sepak bola Spanyol.
ADVERTISEMENT
Situasi tim saat itu sama sekali tidak ideal, apalagi untuk tim promosi. Setelah naik kelas ke La Liga, Almeria kehilangan 13 pemain sekaligus. Sebagai gantinya, mereka mendatangkan 14 pemain baru. Stabilitas tim jadi tanda tanya dan para pemain pun tiba-tiba kehilangan rasa percaya dirinya. Pada momen itulah Unai Emery muncul dengan sebuah trik psikologis.
Sebagai pelatih, Emery sejatinya merupakan sosok yang gila akan detail. Dia hobi menyuruh para pemainnya menonton rekaman video sampai berjam-jam dan tak pernah berhenti membicarakan sepak bola dengan kawan sekaligus asistennya, Juan Carlos Carcedo. Namun, hari itu, segala obsesi terhadap detail itu dia buang jauh-jauh.
Emery tahu bahwa skuatnya sedang tidak baik-baik saja. Apalagi, pada pertandingan perdana di La Liga itu mereka bakal berhadapan dengan tim kuat Deportivo La Coruna. Maka, Emery pun mengambil dua buah dadu. Dia menggunakan dadu tersebut untuk memilih pemain yang bakal dia turunkan.
ADVERTISEMENT
David Cobeno, Santiago Acasiete, Bruno, Carlos Garcia, Mane, Juanma Ortiz, Juanito, Corona, Fernando Soriano, Alvaro Negredo, Albert Crusat. Sebelas nama itulah yang muncul dari hasil 'perjudian' Emery dan sebelasa nama itu pulalah yang dia turunkan dalam pertandingan melawan Depor. Hasilnya, Almeria menang telak 3-0.
Kemenangan atas La Coruna itu akhirnya menjadi titik awal dari segala pencapaian apik Almeria sepanjang musim. Barcelona mereka imbangi, Real Madrid mereka kangkangi, dan di akhir kompetisi mereka berhasil finis di urutan delapan.
Dalam perjalanannya, sebelas awal yang diturunkan di laga melawan Depor itu tidak pernah tampil bersama lagi secara utuh. Wajar saja, karena komposisi pemain tim itu sama sekali tidak ideal. Meski dibalut Emery dalam pakem 4-4-2, di tim itu sebenarnya ada lima bek, empat gelandang, dan satu penyerang.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, maksud Emery tersampaikan. Pelatih berdarah Basque itu ingin menunjukkan bahwa dia percaya kepada semua pemain Almeria, siapa pun dia. Rasa percaya dari sang pelatih itulah yang kemudian membangkitkan kepercayaan diri para pemain sehingga mereka berhasil meraih hasil optimal.
***
Ahli taktik dan ahli psikologi. Itulah dua hal yang membuat Emery jadi sosok spesial. Hasilnya bisa dengan mudah dilihat di curriculum vitae-nya. Sampai saat ini Emery sudah mengoleksi sepuluh trofi bersama dua klub berbeda. Capaian terhebatnya tentu saja adalah ketika mengantarkan Sevilla meraih three peat di Liga Europa.
Pada 2014, 2015, dan 2016 Los Nervionenses diantarkannya memenangi Liga Europa secara beruntun. Catatan itu membuat Emery sejajar dengan Giovanni Trapattoni sebagai pelatih tersukses di Piala UEFA/Liga Europa. Kini, sebagai pelatih Arsenal, Emery berkesempatan untuk jadi pelatih paling sukses sepanjang masa di kompetisi antarklub Eropa kelas dua tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, potensi besar Emery sebagai pelatih sudah bisa dilacak sejak dia masih bermain. Lahir dari keluarga sepak bola —ayah dan kakeknya juga merupakan pesepak bola profesional, Emery tidak terlalu berhasil sebagai pemain. Dia hanya merasakan satu musim di La Liga bersama Real Sociedad dan setelah itu dia harus berkelana di divisi bawah.
Salah satu petualangan Emery itu dilakoni bersama Leganes. Di sanalah dia bertemu dengan Carcedo dan kedua sosok ini kerap terlibat perbincangan soal taktik serta segala tetek bengeknya. Pada 2003, keduanya berpisah. Emery hijrah ke Lorca, sementara Carcedo tetap bertahan di Leganes.
Bersama Lorca, Emery mengalami musim yang cukup baik, sebenarnya. Akan tetapi, baru satu tahun, cedera lutut parah membuat Emery harus gantung sepatu lebih cepat. Usianya kala itu baru 32 tahun. Beruntung bagi Emery, Lorca masih mau mempertahankannya. Tidak sebagai pemain, melainkan sebagai pelatih. Kecerdasan taktikal Emery terendus oleh manajemen klub.
ADVERTISEMENT
Prestasi Emery bersama Lorca terbilang luar biasa. Pada musim 2004/05, Lorca finis di urutan empat Segunda B dan lolos ke Segunda lewat jalur playoff. Selain itu mereka juga sanggup mengalahkan Malaga di ajang Copa del Rey. Lalu, pada musim 2005/06 di Segunda, mereka finis di urutan lima dan hampir saja mendapatkan promosi ke Primera alias La Liga.
Capaian Emery itu menjadi spesial karena Lorca praktis beroperasi tanpa dukungan finansial berarti. Tim yang dibawanya finis di urutan lima Segunda itu berisikan pemain-pemain yang sama dengan tim yang sebelumnya mengakhiri musim di urutan empat Segunda B. Dengan keahlian di bidang taktik dan psikologi ruang ganti itulah Emery sukses membuat Lorca jadi tim yang disegani di divisi bawah.
ADVERTISEMENT
Unai Emery bersama Juan Carlos Carcedo. Foto: AFP/Sergei Supinsky
Kiprah itulah yang akhirnya menarik minat Almeria. Di sana Emery bereuni dengan Carcedo dan kolaborasi itu berlanjut sampai detik ini. Dalam perjalanannya, sebelum meraih tiga gelar Liga Europa bersama Sevilla, Emery dan Carcedo sempat bekerja sama di Valencia. Dengan anggaran cekak, mereka sukses mengantarkan Valencia finis di urutan tiga klasemen selama tiga musim berturut-turut.
Setelahnya, Emery mengembara ke Rusia bersama Spartak Moskva, kembali ke Sevilla, sebelum akhirnya ditunjuk oleh Paris Saint-Germain sebagai pelatih. Bersama PSG, Emery mampu meraih tujuh gelar domestik dalam dua tahun. Kredensial itulah yang kemudian membawanya ke kursi kepelatihan Arsenal.
***
Kehebatan Emery sebagai pelatih ini tidak datang begitu saja, tentunya. Di Leganes, selain berdiskusi dengan Carcedo, Emery juga mempersiapkan karier sebagai pelatih dengan rajin melahap buku-buku self-help. Ini dilakukan Emery karena dirinya merasa tidak percaya diri dengan capaiannya sebagai pemain. Nantinya, membaca juga senantiasa digalakkan Emery kepada para pemain di klub yang dia latih.
ADVERTISEMENT
Bermodal diskusi dan membaca, Emery akhirnya menjadi sosok pelatih yang komplet. Boleh dikatakan, keahliannya di bidang taktik dan psikologi ruang ganti datang dari sana.
Soal taktik, Emery sebenarnya tidak memiliki identitas khusus. Di Arsenal, misalnya, dia awalnya menggunakan formasi 4-2-3-1 sebagai andalan. Namun, belakangan dia sadar bahwa Pierre-Emerick Aubameyang dan Alexandre Lacazette bisa tampil maksimal jika diduetkan. Itulah mengapa Emery mengubah pakem dasar The Gunners menjadi 4-4-2.
Alexandre Lacazette dan Pierre-Emerick Aubameyang melakukan selebrasi unik dalam laga Arsenal vs Newcastle United. Foto: David Klein/Reuters
Walaupun tidak punya identitas, bukan berarti Emery tidak punya metode. Fleksibilitas adalah kata kuncinya. Jika di Almeria dia lebih suka menerapkan taktik serangan balik, bersama Arsenal dan PSG ceritanya lain lagi. Yang jelas, Emery selalu mampu memaksimalkan skuat yang tersedia.
Fleksibilitas itu juga terlihat dari bagaimana Emery mengontrol ruang ganti. Di PSG, Emery kerap disebut gagal menguasai ruang ganti. Akan tetapi, kenyataannya tidak seperti itu. Emery gagal mengontrol Neymar, tetapi dia mampu mengambil hati pemain bintang lain seperti Edinson Cavani.
ADVERTISEMENT
Untuk mengambil hati pemain, Emery memilih pendekatan personal. Menurut kesaksian Romain Molina, Emery menghabiskan banyak waktu untuk berbicara empat mata dengan para pemainnya. Dengan Cavani, Emery berbicara banyak hal di luar sepak bola dan itulah yang membuat relasi keduanya jadi erat. Molina sendiri merupakan penulis buku biografi Emery, 'Unai Emery El Maestro'.
Selain pendekatan personal, Emery juga tahu caranya membangun jiwa kompetitif sebuah tim. Untuk mewujudkan ini, tak jarang dia memelihara konflik di ruang ganti. Tujuannya, agar para pemain terpacu menunjukkan kemampuan terbaik.
"Terkadang kamu butuh konflik dengan para pemain, tetapi itu adalah hal normal. Setiap hari kami berkonflik untuk mendorong satu sama lain agar menjadi kompetitif," kata Emery suatu kali.
ADVERTISEMENT
Di Arsenal, ketika pertama kali datang, Emery mengatakan bahwa klub London Utara itu kehilangan jiwa kompetitifnya bersama Arsene Wenger. Fakta bahwa saat ini Arsenal berada di final Liga Europa adalah bukti keberhasilan Emery membuat para pemainnya jadi lebih kompetitif.
Kembalinya jiwa kompetitif Arsenal itu adalah representasi dari sifat Emery sendiri. Di kompetisi mana pun, Emery selalu berusaha memainkan tim terbaik yang dia miliki. Itulah alasan lain mengapa Emery bisa begitu sukses di ajang Liga Europa. Ketika klub lain memilih melakukan rotasi, tim asuhan Emery tetap turun dengan kekuatan penuh untuk memperbesar kemungkinan menjadi juara.
Di Liga Europa musim ini, keinginan Emery untuk menang itu tercermin lewat kata-katanya di konferensi pers jelang laga final. Di saat Granit Xhaka menargetkan kemenangan atas Chelsea demi satu tempat di Liga Champions, Emery membidik kemenangan demi gelar juara itu sendiri.
ADVERTISEMENT
"Tujuan utama kami adalah menjuarai Liga Europa. Chelsea pun begitu. Bersama Rafael Benitez, mereka juga menjadi juara di sini meskipun saat itu tidak ada bonus lolos ke Liga Champions. Bagi kami, menjadi juara adalah nomor satu, kembali ke Liga Champions adalah tujuan nomor dua," tegas Emery.
Dengan begini, kesuksesan Emery, khususnya di Liga Europa, sesungguhnya bukan barang aneh. Di baliknya, ada kerja keras, kemauan untuk belajar, kepercayaan diri, determinasi, dan jiwa kompetitif yang menjadi dasar. Emery memiliki semua itu dan kini dia tengah berusaha menularkan itu ke skuat Arsenal. Jika Arsenal berhasil menang atas Chelsea di final Liga Europa nanti, maka Emery sudah berada di jalur yang benar.
=====
*Arsenal akan menghadapi Chelsea dalam laga final Liga Europa di Baku Olympic Stadium, Azerbaijan, Kamis (30/5/2019) dini hari pukul 02:00 WIB.
ADVERTISEMENT