Di Balik Buruknya Performa De Gea bersama Timnas Spanyol

26 Juni 2018 18:27 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
De Gea pada laga bersama Spanyol. (Foto: Gabriel Bouys/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
De Gea pada laga bersama Spanyol. (Foto: Gabriel Bouys/AFP)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tak ada yang meragukan kualitas dari David de Gea, penjaga gawang asal Spanyol yang membela Manchester United. Namun, penampilannya di ajang Piala Dunia 2018 justru mengundang tanya tersendiri.
ADVERTISEMENT
Pada perhelatan Premier League musim 2017/2018, De Gea menunjukkan kualitasnya kepada khalayak. Selain menjadi aktor utama dari finish-nya Manchester United di peringkat kedua di ajang Premier League, dia juga menorehkan catatan individu yang cukup apik. Di musim tersebut, De Gea menorehkan 115 kali penyelamatan untuk United di ajang Premier League.
Jumlah penyelamatan yang dia catatkan ini menjadikan De Gea sebagai penjaga gawang dengan jumlah penyelamatan terbanyak kelima di Premier League pada musim 2017/2018. Di tengah penampilan bek-bek United yang buruk, De Gea muncul sebagai juru selamat. Dia menjadi dewa di bawah mistar United.
Namun, di ajang Piala Dunia 2018, De Gea justru tampil melempem. Selain menjadi salah satu faktor kunci dari 5 gol yang tercipta ke gawang Spanyol dari 3 laga, pemain berusia 27 tahun tersebut hanya mencatatkan 1 penyelamatan saja sejauh ini. Dia bahkan melakukan blunder saat Spanyol dan Portugal bermain imbang 3-3.
ADVERTISEMENT
Menilik hasil yang diraih Spanyol sejauh ini, meski mereka mampu lolos ke babak 16 besar, ada satu pertanyaan yang muncul: apa yang terjadi pada De Gea?
***
Penjaga gawang, pada dasarnya, merupakan bagian dari sebuah sistem pertahanan. Bersama dengan para pemain belakang, serta para gelandang bertahan yang acap turun membantu pertahanan, penjaga gawang menciptakan sebuah sistem di lini pertahanan. Sistem inilah yang acap disebut sistem pertahanan.
Maka, layaknya sebuah sistem, jika satu komponen tidak berjalan lancar, maka sistem itu tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Sistem pertahanan sendiri, baru akan apik jika komponen-komponen di dalamnya juga berjalan dengan lancar. Saat penjaga gawang, bek, dan gelandang bertahan dapat bersinergi, pertahanan yang kuat akan tercipta.
ADVERTISEMENT
Hal inilah yang awalnya diharapkan dari Timnas Spanyol. Berisikan pemain-pemain mumpuni di lini pertahanan seperti Gerard Pique, Sergio Ramos, Dani Carvajal, Jordi Alba, hingga Nacho Fernandez, serta ditopang oleh gelandang bertahan cerdas macam Sergio Busquets, lini pertahanan Spanyol diprediksi menjadi salah satu lini pertahanan terkuat di Piala Dunia.
Namun, apa yang terjadi dalam 3 laga kemarin sungguh mengkhawatirkan. Spanyol kebobolan 5 gol, dengan rincian 3 gol ketika melawan Portugal dan 2 gol ketika melawan Maroko. Ketika Spanyol kebobolan. dua laga tersebut berakhir imbang (satu kemenangan Spanyol diraih ketika melawan Iran).
Blunder David De Gea. (Foto: REUTERS/Murad Sezer)
zoom-in-whitePerbesar
Blunder David De Gea. (Foto: REUTERS/Murad Sezer)
Statistik pertahanan Spanyol ini jadi lebih mengkhawatirkan jika kita menilik jumlah tembakan yang melesat ke gawang Spanyol. Total dari 3 laga, sebanyak 22 kali tembakan mendarat ke gawang Spanyol, dengan 6 di antaranya mengarah ke gawang. Menyambungkan dengan jumlah gol, berarti hanya 1 tembakan saja yang sukses terselamatkan.
ADVERTISEMENT
Memerhatikan catatan statistik di atas, memang bisa dilihat bahwa kesalahan ada di De Gea. Dari 6 tembakan yang mengarah ke gawangnya, hanya 1 yang sukses dia selamatkan. Tak heran, dilansir AS, pada babak 16 besar nanti De Gea akan digantikan oleh Kepa Arrizabalaga. Hal ini mencoreng catatan 115 penyelamatan gemilang yang ditorehkannya semasa membela Manchester United di Premier League musim 2017/2018.
Tapi, apakah memang harus menyalahkan De Gea? Setidaknya, catatan 22 kali tembakan yang mendarat ke gawang Spanyol bisa menjadi patokan.
Bagi tim sekelas Spanyol, dengan catatan 22 tembakan yang sukses dilesakkan lawan ke gawang mereka, hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah tersendiri. Dengan bek sekelas Pique dan Ramos, seharusnya mereka bisa menahan lawan agar tidak melepas tembakan ke gawang mereka. Apalagi, mereka juga ditopang oleh gelandang bertahan, yaitu Busquets.
ADVERTISEMENT
Namun, melihat catatan bertahan Ramos dan Pique, mereka memang tampil buruk dalam 3 pertandingan terakhir. Ramos hanya menorehkan rataan tekel dan intersep per laga sebanyak 2,3 kali (tekel) dan 0,7 kali (intersep). Sedangkan Pique, dia hanya mencatatkan rataan tekel dan intersep per laga sebanyak 1,3 kali (tekel) dan 0,7 kali (intersep).
Pada intinya, jeleknya pertahanan Spanyol sekarang bukan karena De Gea saja. De Gea memang bermain buruk, tapi para pemain bertahan Spanyol juga tak kalah buruk.
De Gea saat menghadapi Portugal. (Foto: Reuters/Ueslei Marcelino)
zoom-in-whitePerbesar
De Gea saat menghadapi Portugal. (Foto: Reuters/Ueslei Marcelino)
***
Di babak 16 besar nanti, Spanyol akan berhadapan dengan Rusia. 'Beruang Merah' sejauh ini menjadi tim paling produktif di Piala Dunia dengan toehan 8 gol, meski dia sudah pernah kalah 1 kali dari Uruguay di pertandingan terakhir fase grup. Total tembakan Rusia juga cukup apik, dengan catatan 27 tembakan, dengan 11 di antaranya mengarah ke gawang.
ADVERTISEMENT
Niat dari pelatih Spanyol, Fernandi Hierro, untuk mengganti De Gea dengan Arrizabalaga di babak 16 besar nanti mungkin adalah niatan yang baik. Demi menjaga gawang Spanyol, tentu dia harus melakukan apa yang perlu dia lakukan. Tapi, sebenarnya cacat Spanyol tidak hanya soal penjaga gawang saja. Ada sistem pertahanan yang harus dia benahi.
Jika Hierro gagal membenahi sistem pertahanan ini, bisa jadi Rusia akan menjadi tim yang menendang mereka di ajang Piala Dunia 2018 ini.