Di Benak D'Aversa, Tak Ada yang Mustahil bagi Parma

1 September 2018 9:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Selebrasi para pemain Parma usai Roberto Inglese mencetak gol ke gawang Udinese. (Foto: Getty Images/Alessandro Sabattini)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi para pemain Parma usai Roberto Inglese mencetak gol ke gawang Udinese. (Foto: Getty Images/Alessandro Sabattini)
ADVERTISEMENT
Parma berkawan karib dengan masa-masa sulit. Itulah sebabnya, lawan sesulit Juventus pun disambut tanpa ketakutan.
ADVERTISEMENT
Pada musim 2014/15, Parma dinyatakan bangkrut. Pemilik klub, Tommaso Ghirardi, melakukan kesalahan fatal dengan bisnis plusvalenza (membeli pemain muda dan mengembangkannya, termasuk meminjamkan ke klub lain -red) yang dilakukannya sejak mulai memimpin Parma pada 2007. Eror itu membuat Parma gagal membayar utang sebesar 218 juta euro, termasuk 63 juta euro dalam bentuk gaji yang belum terbayar.
Saat dinyatakan bangkrut, Parma memiliki 200 pemain yang tersebar di berbagai klub. Bukannya untung, keberadaan para pemain yang jumlahnya melimpah itu justru menjadi beban berat bagi klub. Akibatnya tak tanggung-tanggung, Parma mesti mengulang semuanya dari awal. Merangkak perlahan-lahan sambil mengusir bayang-bayang kehancuran.
Namun, sesulit apa pun itu, Parma pada akhirnya memang bangkit. Di akhir musim 2017/18 mereka menjadi salah satu tim yang memegang kepastian berlaga di Serie A 2018/19. Berkaca pada setiap hal buruk yang toh berhasil mereka lalui, pelatih Parma, Roberto D'Aversa, menegaskan tak ada yang mustahil bagi timnya. Termasuk mengalahkan Juventus di Ennio Tardini pada Minggu (2/9/2018) dini hari WIB.
ADVERTISEMENT
Dua laga perdana Parma di Serie A 2018/19 diakhiri dengan satu hasil imbang dan satu kekalahan. Melawan Udinese, mereka sempat unggul 2-0 sebelum akhirnya kedudukan berhasil disamakan menjadi 2-2. Melawan SPAL, kekalahan 0-1 menjadi pelajaran yang harus dienyam baik-baik oleh keseluruhan tim.
"Juventus memiliki penguasaan bola yang begitu kuat dan mereka ditopang oleh mentalitas pelatihnya yang luar biasa. Kami harus bekerja sebaik mungkin sehingga bisa menjadi tim yang kompak dan mampu memanfaatkan peluang sekecil apa pun," jelas Aversa, dilansir Football Italia.
"Jelas ini akan menjadi laga yang begitu sulit, tapi tidak ada yang mustahil. Kami akan mencoba untuk bertanding dengan sesempurna mungkin sambil berharap Juventus sedang tidak ada dalam kondisi yang baik."
ADVERTISEMENT
Pelatih Parma, Roberto Aversa. (Foto: Mario Carlini / Iguana Press/Getty Images)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Parma, Roberto Aversa. (Foto: Mario Carlini / Iguana Press/Getty Images)
Di atas kertas, Juventus memang unggul atas Parma. Menilik skuat Parma saat ini, hanya Bruno Alves, Luigi Sepe, Massimo Gobbi, Gervinho, dan Inglese yang bisa disebut sebagai pemain berpengalaman di kompetisi sepak bola level tertinggi. Tapi, D'Aversa tak mau menyerah. Dalam konferensi pers jelang laganya, ia bahkan mengaku mencuri ilmu dari Massimiliano Allegri, sang pelatih Juventus.
"Saya pernah bertemu dengan Massimiliano Allegri saat saya datang ke sesi latihannya di Vivono. Faktanya, ia tidak merasa perlu untuk menyembunyikan metode kepelatihannya kepada siapa pun, termasuk saya. Ini adalah pertanda bahwa ia seorang pelatih hebat. Allegri memberikan pengaruh yang bisa membuat timnya tetap tenang. Faktor inilah yang membedakan Juventus dengan Napoli di perburuan scudetto musim lalu," ucap mantan pemain Messina ini.
ADVERTISEMENT
"Di waktu-waktu sekarang, pembicaraan soal (Cristiano) Ronaldo jauh lebih santer ketimbang tentang klub (Juventus). Ia adalah salah satu pemain terbaik dunia. Tapi, jangan lupa, Juventus adalah klub yang dipenuhi oleh pemain juara di setiap lininya, bahkan sampai bangku cadangan."
"Kami harus menggunakan ini sebagai motivasi. Kami harus melakoni laga melawan tim kuat dengan kebanggaan. Di sepanjang karier saya, kemenangan yang sangat menentukan itu justru terjadi pada mereka yang mengharapkannya. Makanya, tidak ada yang mustahil dalam hidup ini," jelas D'Aversa.