Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Di Hari Perempuan Internasional, Timnas Putri AS Ajukan Class Action
9 Maret 2019 18:23 WIB
Diperbarui 20 Maret 2019 20:08 WIB
ADVERTISEMENT
Tak semua orang merayakan Hari Perempuan Internasional, yang jatuh pada 8 Maret, dengan cara yang sama. Timnas Putri Swedia, misalnya, merayakan itu dengan merilis jersi untuk Piala Dunia 2019. Di jersi itu, nomor punggung setiap pemain akan dihiasi oleh foto-foto perempuan yang dianggap inspiratif baik oleh para anggota tim maupun suporter.
ADVERTISEMENT
Lain Timnas Swedia, lain pula Timnas Amerika Serikat. Juara dunia tiga kali itu memilih Hari Perempuan Internasional 2019 sebagai momentum untuk memperjuangkan kesetaraan pendapatan antara laki-laki dan perempuan. Perjuangan itu mereka wujudkan dalam tuntutan hukum yang dialamatkan kepada Federasi Sepak Bola Amerika Serikat (USSF).
NPR mewartakan bahwa tuntutan Timnas Putri Amerika Serikat tersebut diajukan pada Jumat (8/3) ke pengadilan wilayah California. Di situ, tertulis bahwa USSF memiliki kebijakan dan praktik diskriminatif berbasis gender terhadap anggota timnas perempuan dengan membayar mereka lebih kecil dari para pemain timnas putra.
Dalam tuntutan class action tersebut, 28 anggota timnas tercantum sebagai penuntut, termasuk bintang-bintang besar macam Alex Morgan, Megan Rapinoe, dan Carli Lloyd. Lewat tuntutan ini, mereka merepresentasikan para perempuan lain yang sudah bermain untuk Timnas Putri Amerika Serikat dan mereka yang tidak mendapat kesetaraan gaji untuk beban kerja yang sama.
ADVERTISEMENT
Ketidaksetaraan gaji di, khususnya di Timnas Putri Amerika Serikat, memang sudah lama menjadi isu panas. Pada 2016 lalu, Morgan, Lloyd, Rapinoe, dan Becky Sauerbrunn sudah menuntut USSF dengan tuduhan diskriminasi. Tuntutan itu mereka ajukan kepada Komisi Kesetaraan Kesempatan Kerja (EEOC) tetapi baru pada bulan lalu hak untuk menuntut secara legal tersebut mereka terima.
Sebagai catatan, selama ini para pemain Timnas Putri Amerika Serikat hanya mendapat 38% dari apa yang didapatkan para pemain Timnas Putra. Dalam tuntutan tersebut disebutkan contoh komparasi ketidaksetaraan tersebut.
"Sebuah komparasi antara Timnas Putri dan Putra menunjukkan bahwa jika kedua tim memainkan 20 laga persahabatan dalam setahun dan kedua tim memenangi semuanya, Timnas Putri hanya akan menerima maksimal 99 ribu dolar AS atau 4.950 dolar AS per laga, sementara di situasi yang sama Timnas Putra bisa menerima 263.320 dolar AS atau 13.166 dolar AS per pertandingan siapa pun lawannya," demikian penjelasan tersebut dituliskan.
ADVERTISEMENT
Situasi ini dianggap tidak adil oleh para pemain Timnas Putri Amerika Serikat. Apalagi, prestasi mereka di kancah internasional jauh lebih menterang dibanding para kolega laki-lakinya. Selain sudah menjuarai tiga Piala Dunia, Timnas Putri Amerika Serikat yang dikenal luas dengan nama USWNT ini juga punya koleksi empat medali emas Olimpiade. Namun, pada Piala Dunia 2015 lalu, misalnya, di mana mereka menjadi juara, para penggawa Timnas Putri masih dibayar lebih sedikit dibanding para pemain Timnas Putra yang tersingkir di 16 besar Piala Dunia 2014.
Kepada Associated Press, Morgan berkata, "Kami semua sangat bangga bisa mengenakan jersi Timnas Amerika Serikat dan segala tanggung jawab yang datang bersamanya kami emban dengan sungguh-sungguh. Kami percaya bahwa memperjuangkan kesetaraan gender di olahraga adalah bagian dari tanggung jawab itu. Sebagai pemain, kami berhak dibayar setara untuk pekerjaan kami, terlepas dari segala bias gender."
ADVERTISEMENT
Ketidaksetaraan dalam sepak bola memang tidak cuma terjadi di Amerika Serikat. Di Timnas Norwegia, ketidakadilan dalam memperlakukan Timnas Putra dan Putri membuat peraih Ballon d'Or Ada Hergerberg sampai saat ini menolak untuk memperkuat timnas. Hergerberg pun diprediksi bakal absen di Piala Dunia 2019 di Prancis, Juni-Juli mendatang. Padahal, di Timnas Norwegia sendiri sudah ada perjanjian yang membuat Timnas Putra dan Putri dibayar setara.
Kemudian, ada contoh lain dari Argentina. Di negara kelahiran Diego Armando Maradona dan Lionel Andres Messi tersebut, sepak bola perempuan masih belum beranjak dari status amatir. Situasi ini membuat persepakbolaan perempuan di sana, termasuk Timnas Putri Argentina, harus beroperasi dalam keadaan serba pas-pasan. Salah satu contohnya adalah bagaimana Asosiasi Sepak Bola Argentina (AFA) kerap memaksa Timnas Putri Argentina untuk menjalani perjalanan jarak jauh pulang-pergi di hari yang sama untuk menghemat pengeluaran.
ADVERTISEMENT
Jika di Amerika Serikat perjuangan untuk mencapai kesetaraan gender di sepak bola sudah diperjuangkan secara kolektif, di Argentina sampai saat ini hanya ada nama Macarena Sanchez yang menonjol namanya. AP melansir bahwa Sanchez, 27 tahun, telah mengajukan tuntutan kepada mantan klubnya, UAI Urquiza, dan AFA agar para perempuan pesepak bola bisa mendapat status profesional.