Drupadi Wakili Indonesia ke Final AIA Championship 2019 di London

9 Maret 2019 5:52 WIB
clock
Diperbarui 20 Maret 2019 20:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tim Drupadi di AIA Championship 2019. Foto: Ahmad Fuad Sufyan/Dok.AIA/Footballicious
zoom-in-whitePerbesar
Tim Drupadi di AIA Championship 2019. Foto: Ahmad Fuad Sufyan/Dok.AIA/Footballicious
ADVERTISEMENT
Drupadi, tim sepak bola wanita Indonesia itu, bersorak, larut dalam euforia kemenangan di atas lapangan rumput Stadion Muangthong, Bangkok.
ADVERTISEMENT
AIA Regional Championship 2019 ditutup dengan raihan tiket final untuk berlaga di partai pemungkas AIA Championship for Women yang akan digelar lapangan latihan Tottenham Hotspur, Enfield Training Center, London, pada 9-13 Mei 2019.
Kepastian itu didapat sesaat setelah Drupadi menyegel kemenangan 2-1 atas wakil China, Chilli Peppers, pada Jumat (8/3/2019). Dua gol Drupadi lahir lewat lesakan tendangan salto sang kapten, Zahra Muzdalifah, dan tembakan Intan Nur Aini.
AIA Championship for Women Foto: Marini Saragih/kumparan
Tapi, kemenangan di pertandingan semifinal itu tidak datang begitu saja. Drupadi mesti melakoni all Indonesian quarter finals melawan Anjani.
Berbeda dengan semifinal, waktu normal babak perempat final itu berakhir dengan skor imbang tanpa gol. Karena laga sudah masuk dalam fase gugur, maka babak adu penalti menjadi cara untuk menentukan siapa yang berhak bertanding di empat besar.
ADVERTISEMENT
Sama ketatnya dengan waktu normal, babak adu penalti pun berlangsung alot dengan skor akhir 2-1 sebagai penanda.
Babak adu penalti semifinal AIA Championship for Women. Foto: Marini Saragih/kumparan
Adu penalti untuk sepak bola jenis five-a-side-football ini tidak sama dengan yang muncul di laga biasa. Aturan yang paling menyulitkan para eksekutor adalah sepakan hanya boleh dilakukan dengan satu langkah. Itu berarti, jangan pernah mencoba untuk mengambil ancang-ancang.
Jika ancang-ancang diambil, sekalipun sepakan penaltimu berbuah gol, jangan harap kau bisa beria-ria merayakannya. Yang ada, kau harus mengulang eksekusi penalti. Dan semua orang tahu, terkadang gol tak datang untuk kedua kalinya.
Namun, bukan aturan itu yang membikin laga berjalan dengan rumit. Kedua tim ini datang bersama, berlatih di atas satu lapangan yang sama, bahkan beberapa dari mereka menginap dalam kamar yang sama. Drupadi dan Anjani adalah kawan yang pada akhirnya menjadi lawan pada babak perempat final.
ADVERTISEMENT
"Lawan teman sendiri lebih deg-deg'an daripada lawan tim yang hebat-hebat, Mbak," seperti itu pendapat para penggawa Drupadi menyoal pertandingan perempat final kali ini.
Siapa pun yang turun arena sebagai pesepak bola tak punya pilihan selain berlaga dengan sehebat-hebatnya, dengan sekuat-kuatnya. Menjadikan kawan sebagai lawan memang bukan pekerjaan mudah.
Tim Anjani di AIA Championship 2019. Foto: Marini Saragih
Tapi, kemenangan juga bukan perkara gampangan. Maka bertandinglah mereka sebagai lawan, sambil memanggul pengertian bahwa yang harus dikalahkan pada kali ini bukan hanya tim lawan, tapi perasaan janggal di sepanjang pertandingan.
Kekalahan 1-2 untuk Anjani mengantarkan mereka pada pertandingan berikutnya. AIA Regional Championship memang memiliki sistem pertandingan yang unik.
Mereka yang kalah masih memiliki kesempatan untuk menutup kompetisi dengan trofi juara. Menariknya, babak ini disebut dengan fase Plate. Bukan tanpa sebab, karena siapa pun yang menjadi pemenang akan menutup kompetisi dengan mengangkat trofi perak berbentuk piringan besar.
ADVERTISEMENT
Yang menjadi lawan untuk Anjani di semifinal fase Plate adalah City Women Soccer. Serupa saat melawan Drupadi, Anjani mesti melakoni laga alot melawan wakil Thailand yang satu ini. Gol pertama Anjani baru lahir di pengujung babak pertama. Prosesnya pun berlangsung dengan dramatis.
Tingginya tensi pertandingan membikin kedua tim bertanding dengan cukup keras. Muncul fragmen yang menampilkan aksi defensif cukup keras kepada penggawa Anjani, Nindy San.
Hanya, lapangan bola acap memberimu berbagai pilihan untuk membalas perlakuan yang kau anggap menyenangkan. Kabar baiknya, Nindy membalasnya dengan cara paling elegan yang bisa dilakukan oleh pemain out-field mana pun.
Pemain Tim Anjani di AIA Championship 2019, Rahma (jersi kiper) dan Nindy. Foto: Marini Saragih/kumparan
Berlari melepaskan diri dari tiga kepungan pemain lawan, Nindy melepaskan tembakan mengarah gawang yang tak mampu dibendung oleh kiper. Lesakan keras itu seketika menyulut sorak-sorai meriah dari tepi lapangan.
ADVERTISEMENT
Dua rupa Nindy menjadi fragmen yang paling diingat. Di luar lapangan, pemain asal Cilacap ini dikenal sebagai sosok polos dan jenaka.
Yang berdiri di atas lapangan pada menit itu adalah Nindy yang lain, Nindy yang fierce, yang mengepalkan kedua tangannya sambil berteriak singkat, merayakan gol pembuka keunggulan bagi kawan-kawannya.
Walau keunggulan itu tidak berlangsung lama, Anjani berhasil mencetak gol yang menggeser skor pada kedudukan 2-1 jelang babak kedua berakhir. Kali ini, kapten Nurmala yang menjadi antagonis lawan lewat sepakan keras jarak jauhnya yang memaksa kiper memungut bola dari gawang sendiri.
Kemenangan 2-1 itu pulalah yang mengantarkan Anjani pada babak final fase Plate. Kali ini, wakil Australia-Selandia Baru, Kozzies, yang mesti dihadapi. Lagi-lagi pertandingan berlangsut alot.
ADVERTISEMENT
Tapi, lagi-lagi pula Nindy mencetak gol walau waktu normal selesai dengan kedudukan imbang 1-1. Itu artinya, adu penalti dengan segala tekanannya menjadi lawan yang juga mesti ditaklukkan oleh Anjani.
Laga satu lawan satu ini tidak berakhir dengan euforia kemenangan untuk Anjani. Kemenangan 2-1 untuk Kozzies menjadi jawaban mengapa piringan raksasa itu melayang dari tangan Anjani.
Tim Arjuna
Lain Drupadi dan Anjani, lain pula Tim Arjuna. Wakil Indonesia yang tergabung dalam Grup B kategori AIA League ini masih harus melakoni laga fase grup pada Jumat (8/3/2019).
Kekalahan 0-1 dari AIA SH V Team menjadi bagian yang harus ditanggung di laga pertama. Namun, kemenangan 1-0 atas Ready Steady (namanya memang aneh-aneh, haha) menjadi alasan mengapa Arjuna dapat menjejak ke babak perempat final menghadapi Forward United. Sayangnya, kekalahan 0-6 menjadi penutup perjalanan Arjuna di AIA Championship 2019.
ADVERTISEMENT
Tim Bimasena dan Yudistira
Bimasena yang menjadi wakil Indonesia di Grup A kategori AIA Partners League membuka hari kedua kompetisi dengan pertandingan melawan Elite Journey. Skor imbang 2-2 yang berlanjut pada kekalahan 2-3 di babak adu penalti membawa mereka pada semifinal fase Plate.
Tim Yudistira di AIA Championship 2019. Foto: Marini Saragih/kumparan
Namun demikian, Tottenham Hot Pho yang menjadi lawan mampu menutup laga dengan kemenangan 4-3. Itu berarti, langkah Bimasena juga selesai di fase Plate.
Sementara, Yudistira juga membuka kompetisi hari kedua dengan laga fase grup melawan Easy Win yang berlangsung sengit. Wasit bahkan sampai memberi kartu merah kepada pemain Yudistira.
Tertinggal 0-1, Yudistira berhasil menyamakan kedudukan menjadi 1-1 lewat sepakan Firman Utina. Namun, tim asal Korea Selatan ini kembali berhasil membalikkan keunggulan menjadi 2-1, dan berlanjut ke 3-1.
ADVERTISEMENT
Firman Utina di AIA Championship 2019. Foto: Marini Saragih/kumparan
Namun, Firman kembali menjadi pahlawan yang memperkecil ketertinggalan dengan sang lawan. Sayangnya, perlawanan sengit Yudistira ini tetap tuntas dengan kekalahan 2-3.
Pada akhirnya, Yudistira berhasil merengkuh kemenangan pertama mereka di AIA Championship 2019. Melawan Real Lanna, kemenangan 5-2 berhasil dibukukan oleh Markus Horison dan kawan-kawan.
Sayangnya, kemenangan ini tidak berhasil mengantarkan Yudistira ke fase selanjutnya. Walau demikian, AIA Championship rasanya bakal menjadi cerita tersendiri yang diingat baik-baik oleh Firman. Pasalnya, ia berhasil menjadi topskorer di kompetisi ini dengan torehan delapan gol.