Efek Transformasi Bali United: Tajam di Depan, Kokoh di Belakang

18 Juli 2018 13:56 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bali United vs Persipura Jayapura (Foto: Dok. PT LIB)
zoom-in-whitePerbesar
Bali United vs Persipura Jayapura (Foto: Dok. PT LIB)
ADVERTISEMENT
Bali United bersalin rupa. Mereka bukan lagi tim yang militan saat membidik gawang lawan, melainkan kesebelasan yang mengutamakan efektivitas. Itulah yang diperlihatkan 'Serdadu Tridatu' ketika mengalahkan Persija Jakarta di Stadion Sultan Agung dalam lanjutan Liga 1, Selasa (17/7/2018) dengan skor 2-0.
ADVERTISEMENT
Perubahan susunan pemain dan skema dasar yang dilakukan Widodo Cahyono Putro dalam laga tersebut cukup memikat. Eks pelatih Sriwijaya itu memainkan dua ujung tombak secara bersamaan. Melvin Platje dan Ilija Spasojevic jadi pilihan Widodo di garda terdepan dalam balutan 5-3-2.
Spaso --demikian Spasojevic disapa-- yang biasanya ditugaskan untuk mencetak gol dan selalu berada di dalam kotak penalti, kini bermain lebih dinamis dan mendapatkan peran baru sebagai pelayan Platje. Itu terlihat dari pergerakan Spaso yang ke sana-sini guna melakukan kombinasi, menciptakan ruang, dan menyodorkan umpan-umpan akurat ke lini depan.
Lebih dari itu, kehadiran Spaso untuk merusak pertahanan lawan dan menjadi jembatan antarlini membuat Widodo dengan leluasa mendorong tiga gelandang mereka --I Gede Sukadana, Nick van der Velden, dan M. Taufiq--ke dalam dan memberikan hak untuk tampil lebih defensif. Bahkan, Van der Velden dan Taufiq mendapatkan peran tambahan sebagai pengumpan ulung dari lini belakang.
ADVERTISEMENT
Transformasi tersebut membikin Bali United kerap bermain di kedalaman. Ketika tak sedang menguasai bola, lima pemain belakang mereka selalu berada di dalam kotak penalti. Hal tersebut dilakukan untuk menutup ruang bagi penyerang-penyerang Persija.
Bali United berupaya menutup celah-celah bagi tembakan jarak jauh dengan menumpuk tiga gelandang di depan kotak penalti. Total ada delapan pemain Bali United --belum termasuk kiper-- saat Persija melancarkan serangan. Dengan cara seperti itu, Bali United berhasil mematikan pilar-pilar Persija macam Riko Simanjuntak, Marko Simic, dan Osas Saha.
Sebab, pertahanan Bali United selalu sedia menahan gempuran Persija. Kover dari lini tengah dan depan juga bagus. Semua pemain Bali United, kecuali Platje dan Spaso, selalu siap melakukan duel, menyumbat aliran bola di sepertiga pertahanan sendiri, dan meredam serangan lawan.
ADVERTISEMENT
Persija tuai kekalahan lawan Bali United. (Foto: Dok. Persija)
zoom-in-whitePerbesar
Persija tuai kekalahan lawan Bali United. (Foto: Dok. Persija)
Lalu, bagaimana cara Bali United membidik gawang lawan dan mencetak gol? Kuncinya terletak pada Van der Velden, Taufiq, dan Spaso. Van der Velden dan Taufiq yang bermain di kedalaman mendapatkan tugas untuk menginisiasi serangan balik. Nah, di sinilah peran kedua pemain tersebut sebagai deep lying playmaker sangat kentara.
Secara bergantian, Velden dan Taufiq mengarahkan bola ke Spaso melalui umpan panjang. Dengan postur yang ideal, tinggi dan kekar, pemain naturalisasi asal Montenegro itu dituntut untuk memenangi duel-duel udara dengan pemain belakang Persija.
Tugas Spaso tak cuma itu. Dalam mode menyerang, Spaso diharapkan dapat menahan bola lebih lama di kakinya dan memberi waktu kepada rekan-rekannya untuk mencari dan menciptakan ruang di teritorial Persija.
ADVERTISEMENT
Tengok saja proses gol pertama Bali United. Spaso dapat membuka ruang dan memberi waktu yang cukup bagi Dallen Ramadhan untuk merangsek masuk ke dalam kotak 16 Persija lewat sisi kanan dan menyodorkan umpan silang kepada Platje.
Di babak kedua, Widodo kembali melakukan perubahan. Pelatih berusia 47 tahun itu menarik keluar Platje dan memasukkan Stefano Lilipaly. Pergantian tersebut disertai pula keputusan untuk memainkan Spaso lebih ke dalam. Kehadiran Spaso di sepertiga membikin pertahanan Bali United semakin kokoh dan rapat.
Sebenarnya, Spaso yang bermain di kedalaman mendapatkan tugas untuk melayani Lilipaly --yang berada di lini depan sendirian-- dengan umpan-umpan panjang. Lagi-lagi perubahan itu sukses membikin lini depan dan belakang Persija kelimpungan. Dan, Bali United dapat mencetak gol kedua di pengujung laga.
ADVERTISEMENT
***
Secara tak langsung, Widodo mulai berpaling dari formasi 4-3-3 atau 4-2-3-1 yang menjadi andalannya semenjak musim lalu dan awal musim ini. Lewat dua skema dasar yang disebut paling terakhir itu, Bali United tak lagi berada di tempat yang diunggulkan pada setiap laganya musim ini.
Sebab, lawan sudah paham cara mematikan permainan Bali United. Tak heran bila sampai pekan ke-15, skuat asuhan Widodo itu tertahan di peringkat ke-12 dengan koleksi 20 poin hasil dari lima kemenangan, lima kekalahan, dan lima kali imbang.
Yang jadi pertanyaan kini, apakah Bali United akan mengandalkan susunan pemain dan skema dasar seperti itu dalam laga-laga selanjutnya? Melihat efek positif saat melawan Persija, Widodo seharusnya mempertahankan cara tersebut.
ADVERTISEMENT