Fans Chelsea yang Rasialis Akan Diedukasi ke Kamp Nazi

11 Oktober 2018 17:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Syal Chelsea di Wembley. (Foto: Reuters/John Sibley)
zoom-in-whitePerbesar
Syal Chelsea di Wembley. (Foto: Reuters/John Sibley)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Stereotipe buruk terhadap etnis Yahudi, atau antisemitisme, yang ditujukkan beberapa suporter Chelsea sudah beberapa kali membikin manajemen tim yang bermarkas di Stamford Bridge itu menanggung malu pada musim lalu. Salah satu yang paling menyita perhatian terjadi pada September 2017.
ADVERTISEMENT
Semua bermula karena beberapa suporter Chelsea menyanyikan chants dukungan untuk Alvaro Morata pada laga melawan Tottenham Hotspur. Memberi dukungan kepada seorang pemain jelas tidak ada salahnya. Tapi, yang menjadi masalah dari chants ini adalah liriknya.
“Alvaro, Alvaro. Dia datang dari Real Madrid. Dia benci para Yahudi brengsek.”
Adapun, chants ini dinyanyikan dengan tujuan untuk menyindir Spurs, yang kerapkali menunjukkan kedekatannya dengan orang-orang Yahudi. Ironisnya, suporter Chelsea yang memelihara chants yang begitu ofensif ini tak sadar jika pemilik klub mereka, Roman Abramovich, juga adalah seorang Yahudi.
Untuk memberantas tindakan rasialisme seperti ini, manajemen Chelsea bertindak. Mulanya hanya imbauan agar penyokong The Blues tak lagi menyanyikan yel-yel dengan muatan rasialisme. Lalu, karena situasinya tak kunjung membaik, Chelsea memberlakukan larangan bagi mereka yang masih melanggar.
ADVERTISEMENT
Lalu, pada Kamis (11/10/2018) pagi waktu Inggris, manajemen Chelsea menerapkan cara lain. Yaitu, dengan mengirim beberapa suporter yang ketahuan masih menunjukkan tindak-tanduk antisemitisme sebagai suporter Chelsea ke Kamp Konsentrasi Auschwitz.
Kamp Konsentrasi Auschwitz adalah saksi kekejaman tentara Nazi ketika melakukan genosida terhadap orang-orang Yahudi selama Perang Dunia Kedua. Pada 1979, tempat itu masuk ke dalam Situs Warisan Dunia versi UNESCO.
Di tempat inilah suporter Chelsea yang memiliki pandangan rasialisme akan mendapatkan edukasi dengan harapan tindakannya bisa berubah. Begitulah yang dikatakan chairman Chelsea, Bruce Buck.
“Jika kamu hanya melarang mereka ke stadion, kamu tak bisa mengubah kelakuannya. Kebijakan ini akan memberikan mereka kesempatan untuk menyadari kesalahan mereka. Sehingga, perangai mereka bisa berubah,” kata Buck, sebagaimana dilansir The Guardian.
ADVERTISEMENT
Salah satu sisi Stamford Bridge. (Foto: REUTERS/Eddie Keogh )
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu sisi Stamford Bridge. (Foto: REUTERS/Eddie Keogh )
“Dalam tiga tahun terakhir, kami selalu melarang mereka yang bertindak rasialis untuk ke stadion. Kini, kami memberikan opsi lain. Kami bisa melarang mereka, atau mereka boleh bergabung dengan kelas keberagaman yang telah kami buat agar mereka insaf,” imbuh Buck.
Chelsea bukan satu-satunya klub yang memiliki kebijakan ini. Pada musim lalu, Lazio mengirimkan 200 suporternya ke Auschwitz sebagai imbas dari spanduk antisemitisme dalam laga melawan AS Roma pada Oktober 2017. Kebijakan ini pada akhirnya menjadi tradisi tiap musim tim yang berjuluk I Biancocelesti itu.