Final Liga Champions: Firmino dan Sepatu Kaca Cinderella

22 Mei 2018 20:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Firmino cetak brace ke gawang Sevilla. (Foto: Reuters/Matthew Childs)
zoom-in-whitePerbesar
Firmino cetak brace ke gawang Sevilla. (Foto: Reuters/Matthew Childs)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Selayaknya sepatu kaca dalam cerita Cinderella, ada begitu banyak pemain yang datang ke Liverpool setelah Fernando Torres untuk mencoba kaus bernomor punggung “9” Liverpool. Namun, tak ada satu pun yang cocok.
ADVERTISEMENT
Lihat saja Iago Aspas. Ia datang pada musim panas 2013 dari Celta Vigo hanya untuk dikembalikan semusim setelahnya akibat gegar budaya. Rickie Lambert, yang sudah gaek, juga gagal. Lalu, jangan lupakan juga Christian Benteke, yang menjadi “korban” fase transisi dari era Brendan Rodgers ke era Juergen Klopp.
Beruntung, penantian Liverpool terhenti di musim panas 2017. The Reds mendatangkan Mohamed Salah dan mempersilakan ia memakai nomor punggung “11”. Dengan begitu, Firmino –pemilik nomor punggung sebelas sebelumnya– mengenakan kaus dengan nomor “9” di punggungnya.
Nomor “9” di punggung Firmino begitu pas. Tak perlu waktu lama, ia menjadi primadona bagi Juergen Klopp dan juga penggemar Liverpool. Dengan nomor punggungnya yang baru itu, ia (tentu saja dibantu rekan-rekannya) membawa Liverpool bertemu Real Madrid di final Liga Champions.
ADVERTISEMENT
Tentu sangat mustahil membandingkan Torres dengan Firmino mengingat mereka punya cara berpikir yang berbeda. Torres adalah seorang poacher licin bak belut yang tugasnya mencetak gol, sementara Firmino memerankan peran false-nine yang lebih kompleks lagi.
Pemain yang memerankan false-nine dalam sistem Klopp haruslah berkorban banyak. Ialah nyawa dari sistem itu sendiri. Ia tak hanya harus pandai membaca ruang, melainkan juga sanggup melakukan kerja kotor macam memenekan gelandang lawan agar melakukan kesalahan.
Untuk pemain yang baru saja menyelami peran false-nine dalam satu setengah musim yang lalu, Firmino sudah melakukan tugasnya dengan teramat baik.
WhoScored mencatat, Firmino biasa melakukan 1,8 tekel, 0,4 intersep, dan 0,2 sapuan per laga. Catatan yang impresif untuk seorang striker. Di sisi lain, Firmino sukses berkontribusi dalam 42 gol yang diciptakan Liverpool musim ini. 18 diantaranya hadir di Liga Champions.
ADVERTISEMENT
Namun, angka-angka ini belum bercerita tentang semua hal hebat yang dilakukan Firmino di musim ini. Karena statistik, sampai detik ini, belum bisa menggambarkan kercerdikan seorang pesepak bola dengan baik.
Maka, simaklah laga Liverpool lawan AS Roma dalam laga leg 1 babak semifinal Liga Champions pada April silam. Di partai yang berujung 5-2 bagi Liverpool itu, Firmino mencipta dua assist dan satu gol.
Saat laga itu berjalan 30 menit, Salah sukses mencetak gol usai mendapatkan umpan dari Salah. Namun, andaikata Firmino tak ikut menyelip di antara empat bek yang berada di kotak penalti usai melancarkan umpan, tentulah pemain-pemain Roma yang kadung menumpuk di kotak penalti takkan kebingungan.
Dan jika itu tak terjadi, mungkin bola di kaki Salah bisa direbut dengan mudah.
ADVERTISEMENT
Kemudian pada menit-menit akhir babak pertama, Salah sukses cetak gol lagi. Seperti yang sudah-sudah, ini ada sangkut pautnya dengan pergerakan tanpa bola Firmino yang apik. Usai Virgil van Dijk melancarkan umpan ke tengah lapangan dari kotak penalti Liverpool, Salah melancarkan umpan kepada Firmino.
Mengetahui Salah berlari kencang, ia memilih melakukan aksi dribel dengan kecepatan yang sedang. Tujuannya, agar empat sampai lima pemain Roma bisa fokus dengannya. Usai itu, Firmino melancarkan umpan terobosan kepada Salah yang membuatnya bisa berdua saja dengan kiper I Lupi, Alisson Becker.
Firmino baru mencetak gol di menit 60. Namun, seperti assist-nya, gol Firmino tercipta berkat pergerakan tanpa bola yang apik. Saat Salah melancarkan umpan dari sisi kanan, Firmino sengaja berada di antara dua pemain Roma.
ADVERTISEMENT
Setelah keduanya kebingungan siapa yang menjaga Firmino, Firmino pun bisa melancarkan tembakan yang sukses menggetarkan jala gawang Roma.
Tentu, Madrid takkan membuat segalanya mudah bagi Firmino. Bagaimanapun juga, mereka akan berusaha keras untuk menjadi tim pertama yang sukses menjuarai tiga Liga Champions dalam kurun tiga musim.
Namun, Firmino bukan tanpa harapan. Di La Liga, Los Blancos hanya menjadi tim dengan pertahanan terbaik ketiga bersama Valencia. Sementara, sejak babak 16 besar hingga semifinal Liga Champions, hanya satu laga yang berujung clean sheet.
Lantas, apa yang harus dilakukan Firmino? Tentu, terlampau gila jika hendak menembus Sergio Ramos dan Raphael Varane seorang diri. Maka, bersabarlah hingga celah Madrid terbuka dari Marcelo dan Dani Carvajal, full-back kiri dan kanan Madrid.
ADVERTISEMENT
Baik Carvajal dan Marcelo kerapkali terlampau fokus dalam menyerang hingga abai dalam perannya bertahan. Ia juga bisa membuat jebakan offside bek-bek Madrid itu jadi tak berguna akibat berdiri di tempat yang salah.
Setelah celah terlihat, lancarkanlah serangan balik seperti biasa. Toh, tim-tim lawan yang membobol Madrid musim ini hampir semuanya begitu, kok. Dan tentu saja, kalau sudah mencetak gol, Firmino tinggal berdoa saja: Semoga Cristiano Ronaldo tidak jadi orang terakhir yang menyombongkan diri begitu laga tersebut usai.
====
*Final Liga Champions akan dihelat di Stadion NSC Olimpiskiy, Kiev, Minggu (27/5/2018) dini hari WIB. Sepak mula dilakukan pukul 01:45 WIB.