FK Crvena Zvezda, Lambang Serbia yang Siap Menggila (Kembali)

18 September 2018 18:29 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para pemain Crvena merayakan kemenangan. (Foto: Pedja Milosavljevic / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain Crvena merayakan kemenangan. (Foto: Pedja Milosavljevic / AFP)
ADVERTISEMENT
"Saya tidak membayangkan seorang Albania bisa membela klub Red Star (Crvena Zvezda). Di mata saya, Red Star adalah klub Serbia, sedangkan Partizan adalah klub Yugoslavia."
ADVERTISEMENT
Kutipan di atas dilontarkan oleh Direktur Umum Crvena Zvezda, Zvezdan Terzic. Menilik konteksnya, dilansir The Guardian, kutipan ini muncul karena kekhawatiran Terzic atas teror yang akan diterima pemain Liverpool berdarah Albania-Kosovo, Xherdan Shaqiri, yang akan main di Stadion Marakana dalam ajang Liga Champions musim 2018/19.
Hubungan Serbia dan Albania memang tidak pernah akur. Kedua negara punya masa lalu kelam. Pada dekade 1990an, tentara Serbia acap melakukan penyerangan ke Albania--juga Kosovo--, dalam rangka merebut daerah Albania menjadi milik Serbia. Invasi militer Serbia ini berhenti tatkala NATO melakukan intervensi pada 1999 silam. Meski sudah berhenti, dampak dari intervensi ini masih terasa sampai sekarang.
Tapi, ucapan Terzic, jika ditelisik, memiliki makna yang jauh lebih dalam daripada itu. Dengan menyebut bahwa Red Star (Crvena) adalah klub Serbia, Terzic seolah ingin mengatakan bahwa Crvena adalah lambang Serbia di sepak bola. Crvena adalah Serbia, Serbia adalah Crvena. Tak ada wakil Serbia lain yang lebih pantas mewakili Serbia di kancah persepak bolaan selain Crvena.
ADVERTISEMENT
Sebuah label yang, memang sudah melekat sejak lama, bahkan sejak zaman Josip Broz Tito masih memimpin sebuah negara komunis bernama Yugoslavia.
Bagaimana Crvena Menjadi Lambang Serbia
Menelisik bagaimana Crvena Zvezda menjadi lambang Serbia, maka harus menelisik pula sejarah dari pembentukan Crvena Zvezda itu sendiri. Crvena Zvezda didirikan pada 4 Maret 1945. Namun, insiasi pembentukan Crvena ini sudah muncul sejak Februari 1945, oleh para pemuda, pemain, mahasiswa, dan anggota dari Serbian United Antifacist Youth League. Kala itu, namanya adalah Youth and Sports Society.
Akhirnya, pada 4 Maret, nama Red Star atau Crvena dalam bahasa Serbia sendiri, hadir ke permukaan. Zoran Zujovic dan Slobodan Cosic, wakil ketua dari Youth and Sports Society, adalah pihak yang mengusulkan hadirnya nama ini. Setelah melalui banyak pertimbangan, nama ini pun dipakai, dan jadilah Red Star Beograd, atau FK Crvena Zvezda yang kita kenal sekarang.
ADVERTISEMENT
Saat Yugoslavia di bawah komando Tito, Crvena ikut dalam kompetisi Yugoslav First League bersama dengan tim-tim kuat Balkan lain seperti Dinamo Zagreb, Hajduk Split, FK Vojvodina, dan FK Sarajevo. Namun, lebih dari sekadar ikut kompetisi, Crvena, dengan lambang bintang merah menyala di logo klub, menjadi wujud dari nasionalisme orang-orang Serbia, meski kala itu Serbia masih berada di bawah bendera Yugoslavia.
Membawa kebanggaan seperti itu, Crvena tumbuh menjadi salah satu klub yang sukses di Yugoslavia. Total 19 trofi Yugoslav First League serta 12 trofi Yugoslav Cup sukses digondol. Crvena juga beberapa kali mewakili Yugoslavia di Eropa. Crvena bahkan pernah melawan Manchester United pada 1958, kala United diperkuat oleh generasi The Busby Babes. Mereka pun pernah menjuarai UEFA Cup pada musim 1978/79.
ADVERTISEMENT
Para pemain Crvena merayakan kemenangan. (Foto: Pedja Milosavljevic / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain Crvena merayakan kemenangan. (Foto: Pedja Milosavljevic / AFP)
Sampai sekarang, lambang bintang merah menyala di logo klub masih bisa dilihat. Lambang itu menegaskan dan mengingatkan, bahwa dari dulu, kini, atau mungkin sampai nanti, Crvena Zvezda adalah lambang dari Serbia. Dia adalah wujud dari nasionalisme orang-orang Serbia.
Lambang Serbia yang Pernah Menggila, tetapi Akhirnya Redup
Membawa kebanggaan sebagai lambang Serbia, Crvena mulai menggila. Puncaknya adalah pada European Cup (cikal bakal Liga Champions) 1990/91 silam. Saat itu, Crvena diperkuat pemain-pemain apik macam Robert Prosinecki, Dejan Savicevic, Sinisa Mihajlovic, Rade Tosic, serta Darko Pancev, dengan status sebagai juara Yugoslav First League musim 1989/90. Mereka adalah wakil Yugoslavia, dan tentu Serbia.
Sepanjang European Cup 1990/91, Crvena sukses menundukkan lawan-lawan berat, termasuk menundukkan Bayern Muenchen di babak semifinal dengan total agregat 4-3. Berhadapan dengan Olympique Marseille di Bari, Italia, yang saat itu diperkuat Jean-Pierre Papin, Crvena sukses menang lewat babak adu penalti dengan skor akhir 5-3, setelah kedua tim bermain imbang 0-0 selama 120 menit.
ADVERTISEMENT
Gelar European Cup 1990/91 ini seolah membuktikan bahwa Crvena dan sepak bola Serbia bisa bicara di ranah Eropa. Tapi, gelar ini juga jadi penanda kejatuhan Crvena dan sepak bola Serbia. Tak lama setelah gelar ini diraih, turbulensi terjadi di Yugoslavia, mengakibatkan negara ini terpecah. Hal ini memberikan dampak serius bagi Crvena.
Pada ajang European Cup 1991/92, Crvena harus main di luar Beograd seperti Szeged, Budapest, dan Sofia akibat dari turbulensi ini. Tidak hanya itu, setelah musim 1991/92, mereka tidak boleh lagi berkompetisi di Eropa akibat sanksi internasional yang diterima Yugoslavia. Mereka baru bisa ikut lagi kompetisi Eropa pada musim 1995/96. Itu pun hanya ajang UEFA Cup.
Usai turbulensi tersebut, Crvena sulit untuk bangkit. Mereka memang melahirkan pemain-pemain kenamaan macam Dejan Stankovic, Dusan Basta, Aleksandar Kolarov, maupun Marko Grujic, mereka kesulitan bersaing dengan klub-klub Eropa yang lain. Selain karena kesulitan finansial, tidak lamanya para pemain bertalenta ini bertahan di klub juga jadi alasan sulitnya Crvena bersaing.
ADVERTISEMENT
"Akan ada waktu ketika para pemain kami ditawar (oleh klub dari Eropa Barat) dengan gaji 10, 20, bahkan 50 kali lipat lebih banyak dari yang bisa kami berikan. Jika sudah begitu, kami tidak bisa apa-apa, walau sang pemain sangat mencintai Crvena," ujar Zoran Avramovic, manajer pemasaran Beograd, dilansir Tifo.
Sang bintang merah meredup untuk sementara. Meski masih rutin tampil di kompetisi Eropa, kebanyakan hanya habis di babak kualifikasi atau babak-babak awal. Tak ada lagi gebrakan seperti di musim 1990/91.
***
Lama tidak tampil di fase grup Liga Champions, Crvena akhirnya menjejakkan diri kembali di babak fase grup Liga Champions musim 2018/19, usai mengalahkan lawan-lawannya di babak kualifikasi, serta mengalahkan Red Bull Salzburg di babak play-off. Crvena berada satu grup di Grup C bersama dengan Paris Saint-Germain, Liverpool, dan Napoli.
ADVERTISEMENT
Secara hitung-hitungan peluang, melihat nama-nama menakutkan di atas, Crvena akan sulit untuk lolos ke fase gugur. Namun, kembalinya Crvena ke fase grup Liga Champions adalah sesuatu yang harus dirayakan, mengingat sudah lama mereka absen dari fase grup Liga Champions dan lebih banyak berkutat di Liga Europa beberapa musim ke belakang.
Di babak kualifikasi dan babak play-off, Crvena mulai menggila. Akan lebih menyenangkan juga menyaksikan mereka menggila lagi seperti musim 1990/91, dan terus menggila sampai beberapa musim ke depan.