Gareth Bale dan Déjà vu Karier Kaka di Real Madrid

23 Desember 2017 17:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gareth Bale kembali cetak gol di Anoeta. (Foto: Reuters/Vincent West)
zoom-in-whitePerbesar
Gareth Bale kembali cetak gol di Anoeta. (Foto: Reuters/Vincent West)
ADVERTISEMENT
Ricardo Izecson dos Santos Leite, atau yang biasa kita kenal dengan nama Kaka, punya segala alasan mengapa ia pantas ditebus dengan 65 juta Euro untuk kepindahannya dari AC Milan ke Real Madrid pada musim 2009/2010.
ADVERTISEMENT
Bersama AC Milan, ia menjadi yang terbaik di dunia. Ia membantu Milan meraih scudetto pada musim 2003/2004 dan memenangi Suppercoppa Italia pada 2004. Ia juga ikut ambil bagian dalam perjalanannya Milan ke final Liga Champions – dan menang salah satunya pada musim 2006/2007. Begitu pula dengan kemenangan UEFA Super Cup dan Piala Dunia Antarklub pada 2007.
Atas semua upaya membantu timnya itu, FIFA mengganjarnya dengan gelar Ballon d’Or tahun 2007. Itu menjadi Ballon d’Or terakhir yang diraih oleh seorang pemain yang bukan bernama Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo.
Kalau hendak menyalahkan mengapa karier Kaka pada akhirnya menjadi begitu muram di Madrid, kita perlu menyalahkan keputusannya sendiri untuk mewakili Brasil di Piala Dunia 2010. Sepulangnya dari Brasil, ia membawa oleh-oleh yang tak diinginkan Madrid: naik meja operasi.
ADVERTISEMENT
Gareth Bale, jadi pesakitan. (Foto: REUTERS/Sergio Perez)
zoom-in-whitePerbesar
Gareth Bale, jadi pesakitan. (Foto: REUTERS/Sergio Perez)
Menurut Marc Martens, yang saat itu menjadi penanggung jawab dalam operasinya, karier Kaka bisa saja kandas. Ia harus ditepikan selama empat bulan lamanya terhitung sejak Agustus.
Di sisi lain, muncul seorang bocah dari Werder Bremen. Mukanya asing, dan penggemar Madrid menganggap remeh dirinya. Semua orang di Madrid, menebak bahwa Kaka akan menggantikannya setelah ia sehat. Sialnya, tebakan ini tak jadi kenyataan. Bocah dari Bremen ini malah trengginas. Ia memberikan assist-assist yang ciamik bagi Cristiano Ronaldo atau Karim Benzema.
Namanya Mesut Oezil. Ia yang membuat karier Kaka kian meredup dan terus meredup. Pada akhirnya, Kaka-lah yang pergi. Ia pergi meninggalkan Real Madrid ke AC Milan pada musim 2013/2014 dengan status bebas transfer dengan catatan 85 laga dan 23 gol saat berkostum Los Blancos.
ADVERTISEMENT
***
Kaka pergi pada musim panas 2013, musim panas yang sama pula kala Gareth Bale datang ke Madrid. Tak berbeda jauh, ia ditebus dengan biaya transfer termahal pada masanya: 100 juta euro. Meski pencapaiannya sendiri tak segemilang pencapaian Kaka di Milan, tentu ada sebab mengapa ia ditebus Madrid dengan harga semahal itu.
Bale, yang sudah melewati musim-musim yang luar biasa di Tottenham Hotspurs, mampu berlari kencang dan dianggap akan menjadi penyeimbang kemampuan eksplosif Ronaldo.
Pada musim perdananya, Bale langsung membangun kesan yang luar biasa. Di final Copa Del Rey, yang mempertemukan Madrid dengan Barcelona, ia berlari setengah lapangan. Dihadang Marc Bartra, larinya justru makin kencang.
Tak lama, ia berhadapan dengan Jose Manuel Pinto dan mencetak gol penentu kemenangan di laga tersebut. Di musim itu, ia bermain di 40 laga dan mencetak 22 gol. Tak hanya di kompetisi liga, Bale punya andil mengantarkan Madrid merebut trofi Copa Del Rey dan Liga Champions di akhir musim.
ADVERTISEMENT
Musim kedua dan ketiganya tak jauh gila dengan musim perdananya. Di musim keduanya, meski tak meraih satu trofi, ia bermain di 49 laga dan mencetak 16 gol. Sementara di musim ketiganya, ia mencetak 19 gol dari 31 penampilannya. Trofi Liga Champions berhasil dimenangkan di musim tersebut.
Sama seperti Kaka, semua rona ceria kariernya meredup karena cedera. Pada musim 2016/2017, Bale menandatangani kontrak teranyar bersama Madrid yang membuatnya akan bersama Los Blancos hingga 2022. Namun pada 22 November 2016, Bale mengalami cedera engkel dalam kemenangan 2-1 atas Sporting CP. Sama seperti Kaka, durasi cederanya mencapai empat bulan.
El Real vs Blaugrana dalam angka. (Foto: Bagus Permadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
El Real vs Blaugrana dalam angka. (Foto: Bagus Permadi/kumparan)
Namun, itu bukan satu-satunya cedera yang diderita oleh Bale. 13 April tahun ini, ia mengalami cedera betis yang membuatnya harus menepi hingga seminggu. 11 hari berselang cedera betisnya kambuh. Ia harus menepi sampai akhir musim. Di saat Bale cedera, posisinya harus diganti demi kemaslahatan tim.
ADVERTISEMENT
Di posisi Bale, kini ada Isco Alarcon. Ajaibnya, ia mampu bermain di posisi sayap dengan luar biasa serta membangun hubungan yang istimewa dengan Ronaldo dan Benzema.
Musim ini, situasi tak kunjung membaik bagi Bale. Akibat cedera pada musim ini, ia hanya memainkan 12 laga dan menorehkan empat. Namun berbeda dengan Kaka, segala situasi masih bisa menjadi lebih baik bagi Bale. Bale turun ke lapangan pada laga semifinal Piala Dunia Antarklub melawan Al Jazira. Ia mencetak gol penentu kemenangan.
Sabtu (23/12), pukul 19.00 WIB, Real Madrid akan menghadapi Barcelona. Kalau kembali dengan skema 4-4-2 atau 4-2-3-1, dan bukannya 4-3-2-1, berarti masih ada harapan bagi Bale untuk bermain. Bagi Bale kini, bermain sebagai starter atau pemain pengganti tak lagi penting. Ia ingin membuktikan diri dan ia akan memanfaatkan segala momentum yang ada.
ADVERTISEMENT