Gol di Laga Milan vs SPAL yang Menyembuhkan Higuain

30 Desember 2018 23:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Higuain merayakan golnya bersama pemain-pemain Milan di laga vs SPAL. (Foto: Marco BERTORELLO / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Higuain merayakan golnya bersama pemain-pemain Milan di laga vs SPAL. (Foto: Marco BERTORELLO / AFP)
ADVERTISEMENT
"Sepak bola adalah tekanan yang konstan, yang berulang-ulang dari hari ke hari. Bila Anda ingin menjadi pesepak bola, maka Anda harus paham bagaimana hidup berdampingan dengan tekanan macam ini," seperti itu petikan wawancara eksklusif Gonzalo Higuain bersama Paolo Bandini yang tayang di The Guardian pada September 2017.
ADVERTISEMENT
Perjalanan Higuain di ranah sepak bola adalah ironi. Ia bagian dari Timnas Argentina yang besar dengan surealisme ala sepak bola Amerika Latinnya. Namun, lihatlah Argentina dewasa ini. Nama-nama besar ada di sana, bahkan pemain sekelas Lionel Messi, tapi gelar tak kunjung datang kepada mereka. Itu ironi pertama.
Sebelum menjejak ke Juventus, Higuain tumbuh bersama Napoli. Di Italia sana, Napoli adalah lambang perjuangan orang-orang selatan yang acap menjadi golongan termarjinalkan. Membela Napoli sejak 2013/14 hingga 2015/16, Higuain mencetak 85 gol di kompetisi Serie A dan Eropa. Ia menjadi pahlawan Napoli, membangkitkan keyakinan orang-orang Italia Selatan bahwa pahlawan tak melulu bermain untuk klub-klub utara yang masyhur.
Segalanya berubah pada 2016/17. Alih-alih memperpanjang masa bakti bersama Napoli, Higuain memutuskan untuk hengkang. Celakanya, Juventus-lah yang menjadi labuhan terbarunya. Keputusan radikal ini sontak menjadikan Higuain sebagai musuh sejuta umat di Naples. Tak masalah kalau mau pindah, tapi mbok, ya, jangan klub seperti Juventus. Barangkali itulah yang berkecamuk dalam alam pikir suporter Napoli.
ADVERTISEMENT
Gonzalo Higuain dan Massimiliano Allegri. (Foto: FRANCK FIFE / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Gonzalo Higuain dan Massimiliano Allegri. (Foto: FRANCK FIFE / AFP)
Setiap orang yang membenci Higuain pada akhirnya hanya bisa gigit jari. Di musim pertamanya bersama Juventus, Higuain menjadi mesin gol lewat torehan 29 golnya di kompetisi Serie A dan Liga Champions. Catatan gol di musim berikutnya memang menurun, tapi bukan angka yang membuatnya layak buat disebut terjun bebas. Di edisi 2017/18 untuk kompetisi yang sama, Higuain 'cuma' mendulang 21 gol.
Singkat cerita, ancaman serius menghampiri Higuain dalam rupa kedatangan Cristiano Ronaldo. Keberadaan sang bintang Portugal diisinyalir dapat menggusur peran Higuain di tim. Tak mau ambil risiko, Higuain pun setuju untuk hengkang ke Milan sebagai pemain pinjaman--beruntunglah ia karena Leonardo Bonucci homesick sehingga ingin pulang kembali ke Juventus.
ADVERTISEMENT
Langkah Higuain bersama Milan bertolak belakang dengan Juventus. Dalam 19 penampilannya bersama Milan di Serie A dan Liga Europa 2018/19 (sebelum laga melawan SPAL tadi), Higuain baru sanggup membukukan tujuh gol.
Beban Higuain semakin bertambah karena Milan juga sedang labil-labilnya. Rosonerri terdepak dari Liga Europa 2018/19. Mereka pun menuntaskan empat laga teraktual Serie A (pekan 15-18) tanpa kemenangan dan tanpa keberhasilan mencetak satu gol pun.
Higuain diganjar kartu merah di laga melawan Juventus. (Foto: REUTERS/Alberto Lingria)
zoom-in-whitePerbesar
Higuain diganjar kartu merah di laga melawan Juventus. (Foto: REUTERS/Alberto Lingria)
Kemandulan ini mengganjar Higuain dengan kritik tak sedap, termasuk dari mantan pemain Milan. Gennaro Gattuso, sang pelatih, juga sudah angkat bicara menyoal penurunan performa Higuain. Gattuso meminta Higuain untuk introspeksi dan lebih bersikap dewasa di atas lapangan.
Berangkat dari segala macam persoalan ini, gol di laga melawan SPAL itu menjadi begitu spesial bagi Higuain. Terlebih, itu merupakan gol penentu kemenangan. Sebelumnya, Samuel Castellijo mengantarkan Milan menyamakan kedudukan setelah pada menit 13 mereka tertinggal akibat gol Andrea Petagna.
ADVERTISEMENT
Gattuso sadar betul bahwa anak asuhnya itu sedang ada dalam periode tak mudah. Pukulan bertubi-tubi untuk Higuain bahkan memengaruhi kondisi mentalnya di beberapa pertandingan terakhir.
"Ia hidup untuk mencetak gol dan selalu menjadi pemain pembeda. Makanya, periode negatif seperti ini cukup membuatnya kepayahan. Kekalahan dari Juventus yang diwarnai dengan penalti dan kartu merah itu semakin mempersulit keadaannya," jelas Gattuso dilansir Football Italia.
"Higuain perlu untuk menemukan kembali konsistensi dan kepresisian dalam penyelesaian akhir karena elemen-elemen itu kerap menjadi bagiannya. Kami memang merindukan Higuain dengan kualitas seperti itu. Jadi, kami juga berharap keberhasilannya mencetak gol tadi juga meruntuhkan mental block yang sedang dihadapinya," ucap Gattuso.
Gonzalo Higuain merayakan golnya ke gawang SPAL bersama Gennaro Gattuso. (Foto: Marco BERTORELLO / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Gonzalo Higuain merayakan golnya ke gawang SPAL bersama Gennaro Gattuso. (Foto: Marco BERTORELLO / AFP)
Tidak ada yang menjamin apakah setelah ini produktivas gol Higuain akan kembali hidup atau malah memburuk. Namun, sepak bola memang gemar berulah seperti itu. Seorang pemain dapat melakoni tujuh laga dan mencetak gol-gol indah di setiap pertandingannya. Namun, di laga kedelapan, ia gagal mencetak gol.
ADVERTISEMENT
Seketika, hidupnya akan menjadi begitu buruk dan ada dalam krisis. Tapi, lucunya, hal-hal getir macam itulah yang menempa para pesepak bola menjadi para petarung lapangan hijau. Dan bukan tak mungkin, Higuain menjadi salah satunya.