Indra Sjafri Bicara Proses Panjang Menentukan 23 Pemain Timnas U-22

15 Februari 2019 15:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain sepak bola Timnas U-22 mengikuti latihan di Lapangan ABC Senayan, Jakarta, Kamis (14/2). Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
zoom-in-whitePerbesar
Pemain sepak bola Timnas U-22 mengikuti latihan di Lapangan ABC Senayan, Jakarta, Kamis (14/2). Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
39 hari sudah Timnas U-22 Indonesia berjibaku menempa diri. Dari mulai menggelar pemusatan latihan hingga uji tanding, semua sudah dilakoni. Kini, skuat 'Garuda Muda' pun bakal berlaga pada ajang sesungguhnya, Piala AFF U-22 di Kamboja pada 17-26 Februari 2019.
ADVERTISEMENT
Indonesia tergabung ke dalam Grup B bersama Kamboja, Myanmar, dan Malaysia. Laga perdana akan mempertemukan Andy Setyo dan kolega dengan Myanmar pada Senin (18/2) pukul 15:00 WIB.
Menjelang keberangkatan menuju Kamboja, kumparanBOLA sempat berbincang dengan pelatih Timnas U-22, Indra Sjafri. Ditemui di Hotel Sultan, Senayan, Jakarta, Kamis (14/2), Indra tampak santai menatap turnamen edisi perdana ini.
Meski tak bisa memakai jasa Egy Maulana Vikri, Ezra Walian, dan mungkin juga Saddil Ramdani, mantan juru latih Bali United ini tak khawatir sedikit pun. Ia mengaku yakin dengan kapabilitas dari 23 nama yang dibawanya.
Indra juga berbicara soal target timya di Piala AFF U-22, yang menjadi kontroversi menyusul pernyataan PSSI yang hanya menjadikannya sebagai ajang uji tanding. Untuk itu, simak petikan wawancara berikut ini.
ADVERTISEMENT
Timnas U-22 Indonesia bersama Pelatih Timnas U-22, Indra Sjafri, menggelar sesi latihan terakhir di Lapangan C SUGBK sebelum bertolak ke Piala AFF U-22, Kamis (14/2/2019). Foto: Alan Kusuma/kumparan
Bagaimana perkembangan tim menjelang turnamen, coach?
Saya terus terang, agak happy melihat perkembangan pemain. Dari 38 pemain yang dipanggil, saya enggak salah pilih. Gian Zola dan Billy Keraf misalnya, dulu sempat menghilang, sekarang mereka muncul lagi.
Itu yang bikin saya senang. Bisa memunculkan lagi bakat yang selama ini tenggelam karena enggak ada kesempatan main. Mereka ada kepercayaan diri baru. Tapi, ada juga pemain yang sudah sering main di kompetisi, tapi enggak ada progres yang terlihat.
Bagaimana proses menentukan 23 nama pemain?
Dari 38 pemain yang dipanggil, kami kerucutkan jadi 30 orang. Dan, dari 30 nama itu sekarang terpilih 23 orang. Menentukan 30 ke 23 nama itu yang enggak gampang. Karena mereka ini seimbang. Mulai dari perilaku, mental, dan skill.
ADVERTISEMENT
Tapi, kami cari pemain dengan kriteria yang punya pemahaman lebih terhadap skema tim yang saya bangun, mampu beradaptasi dengan jajaran pelatih dan juga latar belakang mereka. Artinya, mereka sudah berapa kali ikut pertandingan di level internasional, itu juga masuk ke dalam pertimbangan.
Pemain Timnas U-22 Indonesia, Septian Satria Bagaskara, kala melakoni sesi latihan. Foto: Alan Kusuma/kumparan
Cuma memang yang saya sayangkan itu cederanya top skor Liga 3 dari Persik, Septian (Bagaskara). Sayang, dia harus 10 hari istirahat, ada cedera kambuhan di selangkangan. Padahal, kalau enggak cedera, dia punya kesempatan besar. Dia punya potensi, saya pikir dia bisa jadi pemain bagus. Tapi, paling tidak dia bisa ikut nanti pas kualifikasi Piala Asia U-23.
Mengapa perilaku masuk ke dalam kriteria dalam menentukan 23 nama itu?
ADVERTISEMENT
Attitude (perilaku) itu penting, karena pemain timnas itu ‘kan modelnya kita (masyarakat Indonesia). Jadi wadah untuk menunjukkan kultur kita sebenarnya. Makanya, saya larang Osvaldo (Haay) pakai anting.
Karena timnas cerminan kultur dan kualitas dari orang Indonesia. Kita bisa kampanye lewat sepak bola, lewat timnas.
Saya punya pengalaman di Korea waktu dengan Timnas U-19, orang-orang di sana bertanya kenapa pemain-pemain Indonesia santun-santun, kalau bertemu orang lebih tua cium tangan. Mereka heran. Saya bilang, itulah aslinya Indonesia.
Pelatih Timnas U-22, Indra Sjafri bersama Timnas U-22 Indonesia menggelar sesi latihan terakhir di Lapangan C SUGBK sebelum bertolak ke Piala AFF U-22, Kamis (14/2/2019). Foto: Alan Kusuma/kumparan
Dari nama-nama itu, siapa yang paling menunjukkan perkembangan paling baik?
Hampir semua menunjukkan perkembangan bagus. Ada Zola, Witan (Sulaeman) juga terlihat dominan. Khusus Witan, dia bisa adaptasi dengan senior-seniornya, padahal dia paling muda di tim. Karena pemain paling muda, dia juga bukan enggak disenangi, dia cepat akrab dengan Marinus (Wanewar). Saya pikir itu bagus.
ADVERTISEMENT
Soal target Timnas U-22 di Kamboja sempat menimbulkan polemik. Bagaimana coach melihatnya?
Kami sudah bicara dengan Sekjen dan Ketum (PSSI), target kita itu medali emas SEA Games 2019 dan lolos Olimpiade 2020. Kalau Piala AFF sudah enggak jadi target, karena itu sudah harus. Statement Sekjen itu, (Piala AFF) sudah seperti uji tanding, jadi harus prestasi.
Target sebenarnya ‘kan (lolos) ke Piala Asia U-23, makanya nanti kami ngotot Egy, Ezra, dan Saddil dan harus pulang. Tapi, kalau untuk Piala AFF ini kami enggak ngotot bawa mereka pulang.
Enggak ada keinginan juara? Iya dong, pasti kita inginnya juara. Tapi, bukan target di sini, dalam arti kata, kalau ini jadi runner-up misalnya, jangan anggap kegagalan. Itu maksudnya.
ADVERTISEMENT
Suporter Timnas Indonesia dalam penyisihan grub B Piala AFF 2018 melawan Timnas Timor Leste di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Apa harapan coach untuk suporter Indonesia di Kamboja nanti?
Ini kesempatan bagi suporter untuk menunjukkan kecintaan mereka yang hakiki kepada timnas. PSSI mungkin lagi ada masalah, tapi ke timnasnya tetap harus didukung. Ini 'kan masalah nama bangsa. Itu harus ikhlas, kayak suporter yang sekarang lakukan, mereka keluarkan biaya sendiri. Itu yang buat saya pribadi milih melatih timnas daripada klub. Jadi, bisa persatukan orang. Dari mulai 2013 (saat melatih Timnas U-19), kami coba ke daerah, lihat bagaimana orang begitu mencintai timnas. Saya datang ke daerah mereka respek, itu 'kan lebih berharga daripada uang.