news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Inilah Getafe, Liliput yang Selalu Ingin Menjadi Besar

17 Agustus 2017 6:58 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suporter Getafe di Coliseum Alfonso Perez. (Foto: Getafe CF)
zoom-in-whitePerbesar
Suporter Getafe di Coliseum Alfonso Perez. (Foto: Getafe CF)
ADVERTISEMENT
Hanya ada dua klub di kota Madrid dan Getafe--atau Rayo Vallecano, atau Leganes--tidak termasuk di sana. Kedigdayaan Real dan Atletico yang reputasinya sudah terdengar sampai ujung dunia membuat Getafe dan Rayo menjadi seperti tamu di rumah sendiri.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, tak seperti Rayo yang bermarkas di Vallecas--sebuah wilayah yang identik dengan masyarakat kelas pekerja di Madrid--, Getafe tidak persis berada di Madrid. Sesuai namanya, mereka adalah klub yang berasal dari Getafe, sebuah kota yang menjadi bagian dari Area Metropolitan Madrid. Walau begitu, sulit untuk melepas bayang-bayang Madrid dari klub dan kota ini.
Bukti paling nyata tentu saja adalah stadion tempat Getafe bermarkas, Coliseum Alfonso Perez. Jika Anda membayangkan Alfonso Perez adalah sosok dari masa lampau macam Santiago Bernabeu (Real Madrid) atau Ramon Sanchez Pizjuan (Sevilla), maaf-maaf saja, tetapi Anda salah besar.
Alfonso Perez yang namanya diabadikan oleh Getafe sebagai nama stadion ini sekarang baru berusia 44 tahun. Di dekade 1990-an dulu, dia adalah salah satu penyerang terbaik yang dimiliki oleh Spanyol dengan medali emas Olimpiade 1992 menjadi raihan terbaiknya.
ADVERTISEMENT
Yang kemudian menjadi aneh adalah fakta bahwa Alfonso tidak pernah sekali pun bermain dengan kostum Getafe! Jangankan bermain untuk Getafe, bermain melawan Getafe pun dia belum pernah. Pria yang punya 38 caps untuk Tim Nasional Spanyol ini namanya justru besar bersama Real Madrid dan Real Betis. Bahkan, Alfonso sendiri tercatat sebagai alumnus La Fabrica.
Namun, jika kita menilik asal-usul sang pemain, maka keputusan Getafe menamai stadion dengan nama Alfonso sesungguhnya tidaklah aneh. Dia adalah putra asli Getafe, pernah menimba ilmu di akademi Getafe sebelum dibajak La Fabrica, dan dianggap sebagai pesepak bola terbaik yang pernah dimiliki oleh Kota Getafe. Agak menyedihkan, memang, tetapi mau bagaimana lagi? Getafe, toh, bukanlah Real atau Atletico Madrid.
ADVERTISEMENT
Sepak bola level top baru datang ke kota ini pada tahun 2004, atau persis delapan dekade setelah klub sepak bola pertama di Getafe muncul. Dalam penantian yang sangat lama itu, persepakbolaan di Getafe lebih kerap diwarnai oleh kekalahan, degradasi, bahkan kebangkrutan.
Getafe Club de Futbol yang kita kenal sekarang ini usianya baru 34 tahun. Yang menarik, kelahiran klub ini pun tidak bisa dilepaskan dari napas Real Madrid.
Alfonso saat memperkuat Real Betis. (Foto: Real Betis)
zoom-in-whitePerbesar
Alfonso saat memperkuat Real Betis. (Foto: Real Betis)
Ceritanya, satu dari dua klub amatir yang melebur untuk membentuk Getafe Club de Futbol adalah sebuah klub tempat para pendukung Real Madrid biasa bermain. Pada 1983, Getafe Club de Futbol resmi menggantikan Club Getafe Deportivo yang antara 1946 s/d 1982 mewakili kota ini di kompetisi antarklub "Negeri Matador".
ADVERTISEMENT
Pada 1983 itu, Getafe harus memulai dari level terbawah. Dalam perjalanannya menuju ke puncak, mereka menghabiskan sebagian besar waktunya di Segunda Division dan Segunda Division B (Divisi Tiga). Walau begitu, fakta bahwa mereka kemudian mampu lolos ke La Liga setelah memulai dari nol hanya dalam waktu 20 tahun adalah sebuah prestasi tersendiri.
Meski sempat kesulitan di awal-awal, Getafe kemudian mampu menjelma menjadi salah satu kekuatan yang cukup disegani di Spanyol. Puncaknya tentu saja ketika mereka berhasil lolos ke Piala UEFA pada musim 2007/08 setelah di musim sebelumnya sukses mencapai final Copa del Rey.
Di Piala UEFA ketika itu, mereka bahkan mampu menembus babak perempat final dan berhadapan dengan Bayern Muenchen. Mereka sebenarnya mampu mengimbangi Bayern kala itu dengan menahan imbang raksasa Bavaria ini 4-4 secara agregat. Hanya saja, mereka kalah agresivitas gol tandang karena di Coliseum Alfonso Perez, Franck Ribery dkk. mampu memaksakan skor imbang 3-3.
ADVERTISEMENT
Pada musim yang sama, Getafe kembali berhasil menembus babak final Copa del Rey. Sayang, setelah di musim 2006/07 kalah dari Barcelona, pada musim itu giliran Valencia yang mengalahkan El Geta.
Untuk ukuran klub seperti mereka, prestasi Getafe sebenarnya cukup stabil. Pada musim 2010/11, misalnya, mereka kembali berlaga di Liga Europa setelah pada musim sebelumnya finis di urutan keenam. Akan tetapi, setelah itu prestasi mereka terus menurun sampai akhirnya terdegradasi pada musim 2015/16.
Sebenarnya, ketika terdegradasi itu, Getafe memiliki pemain-pemain yang cukup bagus seperti Santiago Vergini, Pablo Sarabia, Vicente Guaita, Pedro Leon, dan Bernard Mensah. Namun, Fran Escriba yang kini menangani Villarreal tidak mampu menyelamatkan mereka dari demosi.
Saat berlaga di Segunda Division itu, mereka kemudian ditinggal oleh Escriba dan menunjuk Juan Esnaider sebagai pelatih. Namun, pria yang pernah memperkuat Juventus itu hanya bertahan tujuh pekan saja dan ketika itu, Getafe sedang duduk di peringkat ke-21 klasemen. Jose Bordalas, pelatih mereka saat ini, kemudian ditunjuk dan akhirnya mampu membawa mereka promosi ke La Liga.
ADVERTISEMENT
Pelatih Getafe, Jose Bordalas. (Foto: Getafe CF)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Getafe, Jose Bordalas. (Foto: Getafe CF)
Untuk mencapai La Liga, Bordalas dan anak-anak asuhnya harus bersusah payah terlebih dahulu karena mereka harus melewati hadangan Huesca dan Tenerife terlebih dahulu. Ketika menghadapi Huesca, mereka harus bermain imbang 2-2 sebelum menang 3-0 di leg kedua.
Lalu, pada laga final play-off menghadapi Tenerife, mereka bahkan sempat kalah 0-1 terlebih dahulu. Baru pada leg kedua mereka sanggup meraih kemenangan 3-1. Satu gol Alejandro Faurlin plus dua gol Dani Pacheco ketika itu hanya mampu dibalas Tenerife lewat satu gol Anthony Lozano. Getafe pun resmi kembali ke La Liga.
Menghadapi musim kompetisi 2017/18 ini, Getafe sudah memperkuat diri dengan melakukan overhaul besar-besaran. 17 pemain--menurut data Transfermarkt--sekaligus didatangkan, termasuk dengan mempermanenkan Dani Pacheco dari Betis. Selain itu, pemain-pemain berpengalaman seperti Francisco Portillo (Betis), Faycal Fajr (Deportivo La Coruna), dan Vitorino Antunes (Dynamo Kiev) juga turut direkrut.
ADVERTISEMENT
Skuat Getafe sendiri saat ini memang masih jauh dari kata mewah dan bayang-bayang degradasi tentu masih baal senantiasa menaungi mereka. Namun, musim lalu Bordalas sudah berhasil menyulap Azulones dari kandidat degradasi menjadi tim promosi. Dengan begitu, bukan mustahil jika pelatih 53 tahun itu bakal bisa mempertahankan Getafe di La Liga.