Ironi 'Kartu Kuning' yang Meloloskan Jepang ke Babak 16 Besar

30 Juni 2018 21:01 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kubu Jepang meryakan kemenangan. (Foto: REUTERS/Jason Cairnduff)
zoom-in-whitePerbesar
Kubu Jepang meryakan kemenangan. (Foto: REUTERS/Jason Cairnduff)
ADVERTISEMENT
Jepang benar-benar menjadi 'Cahaya Asia' saat menjadi satu-satunya utusan 'Benua Kuning' yang lolos ke babak 16 besar. Lucunya, mereka terselamatkan karena jumlah kartu kuning yang lebih sedikit dari Senegal.
ADVERTISEMENT
Jepang kalah 0-1 dari Polandia di laga pamungkas. Di waktu yang bersamaan, Senegal takluk dari Kolombia 0-1. Dengan hasil tersebut, susunan klasemen Grup H berubah. Kolombia di peringkat pertama dengan enam poin, disusul Jepang dan Senegal dengan empat angka, dan Polandia jadi juru kunci karena cuma mengoleksi tiga poin.
Nah, kebetulan torehan Jepang dan Senegal tak cuma identik dari torehan angka, tapi juga agregat gol. Kebetulannya lagi, Jepang dan Senegal bermain imbang, jadi head-to-head keduanya juga sama.
Itulah mengapa kemudian fair play point diterapkan (opsi ketujuh setelah jumlah poin, diferensiasi gol, jumlah gol memasukkan, head-to-head, diferensiasi head-to-head, dan gol kala head-to-head untuk menentukan urutan klasemen yang digunakan oleh FIFA).
ADVERTISEMENT
Jepang hanya diganjar empat kartu kuning (fair play point: -4), sementara Senegal mendapat enam kartu kuning (fair play point: -6). Hitung-hitungan demikian yang membuat 'Samurai Biru' melenggang sebagai runner-up Grup H, bukan Senegal.
Tak dimungkiri cara Jepang untuk melangkah ke fase gugur ini mengundang berbagai tanggapan, tak terkecuali darii Arnaldo Cezar Coelho, wasit yang pernah memimpin final Piala Dunia 1982. Wasit asal Brasil itu beranggapan jika fair play point yang dinilai dari kuantitas kartu kuning tidaklah bijak. Suka tak suka, subjektivitas wasit berpengaruh dalam hal ini.
"Masalahnya adalah kartu kuning itu bersifat subjektif ... dan beberapa wasit cenderung lebih 'ringan tangan' dan memberikan kartu kuning lebih banyak daripada yang lain," kata Coelho kepada Reuters.
ADVERTISEMENT
Coelho mengklaim jika tendangan sudut lebih bijak untuk dijadikan rujukan ketimbang jumlah kartu yang dikeluarkan wasit.
"Bagiku ada cara lain ... menghitung jumlah tendangan sudut. Ini adalah kriteria teknis dan untuk lolos, Anda harus menyerang, Aamu harus bermain sepak bola," imbuh pria 75 tahun ini.
Perkataan Coelho ada benarnya. Selain dari kartu kuning yang kental akan subjektivitas wasit, tendangan pojok mengindikasikan tingginya intensitas serangan atau produktivitas. Salah satu unsur penting dalam jumlah agregat dan head-to-head.
Dengan begitu tak akan ada permainan 'kotor' yang diperagakan Jepang di menit-menit akhir kala bersua Polandia. Pasukan Akira Nishino itu bermain aman dengan memainkan bola di area tengah lapangan. Alasannya, ya, menghindari risiko kontak fisik yang berujung kartu atau gol kedua bagi Polandia.
ADVERTISEMENT
Lalu, jika tendangan sudut yang jadi indikatornya, apakah Senegal bisa lolos dari fase grup? Sad but true, jumlah tendangan pojok Sadio Mane dan kawan-kawan hanya menyentuh angka 9, masih kalah dari Jepang yang sudah mencatatkan 13. See? Bagaiamana pun, Jepang lebih layak untuk lolos dibanding Senegal.