Ivan Juric Pulang ke Genoa, Kemenangan Juventus Runtuh

21 Oktober 2018 8:27 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Daniel Bessa merayakan gol ke gawang Juventus. (Foto: REUTERS/Stefano Rellandini)
zoom-in-whitePerbesar
Daniel Bessa merayakan gol ke gawang Juventus. (Foto: REUTERS/Stefano Rellandini)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ivan Juric menandai kedatangannya sebagai pelatih Genoa untuk ketiga kalinya dengan penuh gaya: memutus tren kemenangan Juventus di Serie A 2018/19.
ADVERTISEMENT
Juventus Stadium dengan segala cerita kedigdayaan 'Si Nyonya Tua' tak menciutkan nyali Juric sebagai juru taktik. Laga pekan kesembilan Serie A 2018/19, Sabtu (20/10/2018), itu dituntaskannya dengan keberhasilan Genoa menahan imbang sang juara bertahan dengan skor 1-1.
Juventus sudah unggul pada menit 18 berkat lesakan gol Cristiano Ronaldo. Namun, keceriaan di Turin malam itu hanya sesaat. Pada menit 67, Genoa sanggup menyamakan kedudukan menjadi 1-1 lewat gol Daniel Bessa.
Genoa memang tidak menang di laga ini. Tapi, mereka pun tidak kalah. Mereka bahkan menjadi tim pertama di Serie A musim ini yang berhasil merusak kemenangan 100% Juventus.
Ini memang bukan pertama kalinya Juric menjadi juru taktik Genoa. Keberhasilannya membawa Crotone berlaga di Serie A pada 2016/17 membawanya pulang ke Genoa. Disebut pulang karena pada 2006 hingga 2010, pemain asal Kroasia ini tercatat sebagai salah satu pemain Genoa.
ADVERTISEMENT
Sialnya, pada 19 Februari 2017 ia dipecat setelah tim asuhannya itu menelan kekalahan telak 0-5 dari Pescara. Lucunya, Juric kembali menjadi pelatih Genoa setelah penggantinya, Andrea Mandorlini, hanya sanggup menjabat selama dua bulan. Keganjilan belum berhenti karena pada 6 November 2017, jabatannya jatuh ke tangan Davide Ballardini. Lantas, pada 9 Oktober 2018, Juric didaulat kembali menjadi juru taktik Genoa.
"Saya kembali untuk mengerjakan apa yang saya cintai. Saya melihat ada begitu banyak hal positif hari ini dan kami menunjukkan perkembangan dengan margin yang begitu besar," ujar Juric.
"Saya juga menyukai kinerja tim di babak pertama. Di periode ini, mereka menunjukkan kesabaran untuk mengatasai permainan lawan dan menghantam di momentum yang tepat, walaupun sebenarnya, saya percaya, tim ini bisa bermain dengan kualitas yang lebih bagus lagi," jelas Juric dalam konferensi pers usai laga, dilansir Football Italia.
ADVERTISEMENT
Daniel Bessa dan Romullo merayakan gol di laga Juventus vs Genoa. (Foto: REUTERS/Stefano Rellandini)
zoom-in-whitePerbesar
Daniel Bessa dan Romullo merayakan gol di laga Juventus vs Genoa. (Foto: REUTERS/Stefano Rellandini)
Juventus bermain selayaknya Juventus sejak babak pertama. Agresivitas di segala lini menjadi nama tengah bagi permainan mereka. Dari segi serangan, mereka unggul dengan 11 upaya tembakan, berbanding 5 upaya yang ditorehkan Genoa. Dari segi pressing saat tak menguasai bola, Juventus memang kalah, tapi keunggulan Genoa itu juga bukan keunggulan yang mencolok. Anak-anak asuh Juric mencatatkan 30 kombinasi aksi bertahan, berbanding 26 aksi bertahan Juventus.
Walaupun Juventus tampil dominan perkara ancaman, bukan berarti Genoa tak berusaha membangun serangan di tengah-tengah upayanya menahan gempuran. Umpan-umpan pendek yang sempat alirannya sempat pampat di tengah lapangan saat diperhadapkan dengan agresivitas Juventus menjadi cara mereka mencuri peluang dan keunggulan.
Kesabaran Genoa membuahkan hasil di babak kedua. Prosesnya terbilang unik karena diawali dengan kekeliruan pembacaan bola oleh para pemain Juventus. Umpan panjang yang dilepaskan oleh salah satu rekannya dari area sayap kanan berhasil diterima oleh Christian Kouame.
ADVERTISEMENT
Pemain bernomor punggung 11 itu berusaha memecah kebuntuan dengan mengirimkan umpan ke tengah kotak penalti. Sayangnya, upaya ini berhasil dimentahkan oleh Leonardo Bonucci yang mematahkan umpan tadi dengan sundulannya.
Nah, di sinilah kekeliruan itu bermula. Pemain-pemain Juventus mengira bola itu akan keluar lapangan sehingga tidak memberikan upaya lebih untuk menjaga Kouame. Ternyata, Kouame masih sanggup menjangkau dan memiliki ruang untuk mengendalikan bola.
Ditambah, kawannya, Bessa, sudah lebih dulu melepaskan diri kawalan lawan dan menemukan posisi strategis di dalam kotak penalti. Lantas, umpan lambung Kouame berubah menjadi assist karena berhasil dikonversi via sundulan jarak dekat Bessa menjadi gol penyama kedudukan.
Pelatih Genoa, Ivan Juric. (Foto: REUTERS/Stefano Rellandini)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Genoa, Ivan Juric. (Foto: REUTERS/Stefano Rellandini)
Kegigihan para pemain Genoa masih berlanjut setelahnya. Pada menit 71, Paulo Dybala dimasukkan demi menambah daya gedor Juventus. Peluang demi peluang berbahaya hadir seiring dengan kedatangan Dybala.
ADVERTISEMENT
Menyadari intensitas permainan lawan meninggi, Genoa langsung membentuk pertahanan rapat di area kotak penalti. Kedisiplinan mereka dalam mengawal para penggawa Juventus yang membordir pun patut diberi kredit. Walau sempat kelabakan, cara ini efektif untuk menutup keran gol Juventus hingga akhir laga.
Keberhasilan menahan imbang Juventus yang berstatus sebagai pemuncak klasemen sementara ini pada akhirnya memberikan kepercayaan lebih kepada Juric dan Genoa. Setelah Juventus, Udinese dan AC Milan siap menantang mereka di dua laga berikutnya. Barangkali yang menancap dalam benak penggawa Genoa sekarang, kalau Juventus saja berhasil mereka imbangi, apalagi Udinese atau Milan.
"Pemain-pemain di sini memiliki semangat yang benar dan kami memiliki fondasi untuk membangun tim ini. Pertandingan melawan Udinese akan berjalan dengan sangat sulit. Apalagi, mereka kerap tampil sebagai tim yang berbahaya di kandang. Namun, saya punya keyakinan dengan tim ini dan kami akan bekerja dengan kepercayaan diri," jelas Juric.
ADVERTISEMENT